mereka harus membagi dari hasil yang diberikan suaminya tidak terkecuali untuk memenuhi kebutuhan makanan yang dikonsumsi, melalui pengamatan peneliti
didapatkan bahwa masyarakat setempat memakan makanan yang tidak memenuhi kecukupan energi dan gizi yang diperlukan oleh tubuh, mereka makan dengan menu
apa adanya. Dari survei awal yang dilakukan ditemukan 80 pasangan usia subur terdapat 45 pasangan yang menikah dibawah usia 20 tahun. Beberapa hal yang
mempengaruhi mereka untuk menikah di usia muda adalah ekonomi yang rendah sehingga masyarakat daerah tersebut berasumsi dengan menikah cepat dapat
mengurangi beban ekonomi keluarga. Disamping itu karena pencapaian tingkat pendidikan anak yang tergolong rendah mendorong mereka untuk menikahkan
anaknya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik meneliti tentang “Gambaran
Perilaku Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau
Tahun 2012.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku ibu yang menikah diusia dini dalam
pemenuhan gizi balita di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu yang menikah diusia dini yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pemenuhan gizi balita di Desa Pulau
Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan singingi Provinsi Riau Tahun 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu yang meliputi pekerjaan, pendapatan dan pengetahuan.
2. Untuk mengetahui gambaran pola makan dan status gizi balita.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk memberikan informasi kepada remaja tentang penundaan usia perkawinan. 2. Untuk memberikan masukan bagi ibu tentang pentingnya pemenuhan gizi balita.
3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat untuk dapat menerapkan ilmu pengetahuan dalam pemenuhan gizi balita.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Balita
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi
dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia
prasekolah Proverawati dan wati, 2010. Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya sehingga anak batita sebaiknya diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih
besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi
sering karena perut balita masih lebih kecil sehingga tidak mampu menerima jumlah makanan dalam sekali makan.
Pada usia prasekolah akan menjadi konsumen aktif yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh keadaan
psikologis, kesehatan dan sosial anak. Oleh karena itu keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar
anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya Proverawati dan wati, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makan pada Balita