4. Semua bayi disusui ibunya sampai berusia 2 tahun dan mendapatkan makanan tambahan sesuai dengan kebutuhannya.
5. Pemanfaatan pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga. 2.9 Pernikahan
Pernikahan adalah hubungan yang sah dari dua orang yang berlainan jenis kelamin. Sahnya hubungan tersebut berdasarkan atas hukum perdata yang berlaku,
agama atau peraturan-peraturan lain yang dianggap sah dalam negara bersangkutan. Sedangkan di Indonesia perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan
bukan merupakan komponen yang langsung memengaruhi pertambahan penduduk akan tetapi mempunyai pengaruh cukup besar terhadap fertilitas yang merupakan
salah satu unsur pertumbuhan penduduk Lembaga Demografi FEUI, 2007. Perkawinanpernikahan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluargarumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa UU Perkawinan No1 Tahun 1974
Sudarsono, 2005.
2.9.1 Pernikahan Usia Dini
Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai pernikahan dini. Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimnal Undang-undang Perkawinan,
secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah pernikahan dini menurut negara dibatasi
Universitas Sumatera Utara
dengan umur. Sementara dalam kaca mata agama, pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh Fatawie, 2012.
Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diizinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun
pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah
menetapkn kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana Yeni, 2011.
2.9.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Pernikahan Usia Dini
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan usia dini antara lain :
1. Faktor Ekonomi Persoalan ekonomi keluarga, orang tua menganggap jika anak gadisnya telah
ada yang melamar dan mengajak menikah, setidaknya ia diharapkan akan mandiri tidak lagi bergantung kepada orang tua karena sudah ada suami yang siap
menafkahinya. Sekalipun usia anak perempuannya belum mencapai kematangan, baik secara fisik terlebih mental. Sayangnya, para gadis ini juga menikah dengan pria
berstatus ekonomi tak jauh berbeda, sehingga menimbulkan kemiskinan baru. 2. Faktor Sosial Budaya
Di suatu desa di pantai utara Pulau Jawa, biasa menikah diusia muda, biarpun bercerai tak lama kemudian. Di daerah tersebut perempuan yang berumur 17 tahun
apabila belum kawin dianggap perawan tua yang tidak laku. Di kabupaten Bantul masih ada anggapan perempuan tak laku karena tak kunjung menikah di usia 20-an
tahun.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor Lingkungan dan Pergaulan Tidak bisa dipungkiri, masih ada pula perkawinan usia muda yang terjadi
karena hamil dimasa pacaran. 4. Faktor Pendidikan
Remaja khususnya wanita mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya mempengaruhi
kemampuan pengambilan keputusan dari pemberdayaan mereka untuk menunda perkawinan Ellya Sibagariang, dkk, 2010.
2.9.3 Risiko Pernikahan Usia Dini