Sikap Produsen Keripik Tentang Label Makanan

label makanan sesuai dengan yang telah ditetapkan pada kemasan, penjualan masih tetap berjalan lancar dan konsumen juga tidak pernah mengeluhkan masalah tersebut.

5.2 Sikap Produsen Keripik Tentang Label Makanan

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup Notoatmodjo, 2003. Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa produsen memiliki sikap baik tentang label makanan sebesar 85,7, sedangkan yang memiliki sikap sedang sebesar 14,2. Hasil ini menunjukkan bahwa proudsen sudah mempunyai sikap baik, dimana dari pendidikan yang diperoleh umumnya produsen berpendidikan tingkat SLTA, sehingga pengetahuan yang dimiliki produsen tentu lebih baik karena diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan produsen keripik maka akan semakin baik pula pengetahuan dan sikap produsen keripik tentang label makanan. Dari sikap yang ditunjukkan oleh produsen terhadap beberapa pernyataan tentang label makanan dapat dilihat bahwa produsen keripik memiliki sikap yang baik seperti pada pernyataan ; setuju dengan informasi label nama makanan harus dicantumkan dalam kemasan yaitu sebesar 100, setuju setiap produsen keripik IRT harus mencantumkan informasi label makanan tentang nomor pendafaran dan nama pihak yang memproduksi pada kemasan yaitu sebesar 100, setuju produsen harus mendapatkan izin Dinkes terlebih dahulu kalau hendak membuka usaha industri rumah tangga yaitu sebesar 85,7, yang setuju dengan BPOM telah mengeluarkan Universitas Sumatera Utara Peraturan Pemerintah tentang label makanan dalam kemasan hasil industri rumah tangga yaitu sebesar 85,7. Namun masih ada sikap produsen yang lain yang menunjukkan ke arah kurang baik yaitu kurang setuju dengan pernyataan bahwa setiap produsen industri rumah tangga harus mencantumkan informasi label makanan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 tentang Label Pangan dan Iklan yaitu sebesar 64,2, dan kurang setuju dengan pernyataan bahwa pelabelan makanan merupakan informasi penting dalam kemasan makanan yaitu sebesar 71,4, sedangkan pernyataan tentang harus mencantumkan informasi label tanggal kadaluwarsa agar konsumen mengetahui batas akhir dari makanan tersebut, produsen kurang setuju sebesar 92,9, dan kurang setuju harus mencantumkan label makanan tentang kode produski pada setiap kemasan yaitu sebesar 92,9. Tanggal kadaluwarsa dan kode produksi merupakan informasi penting yang selalu diperhatikan oleh konsumen ketika hendak memilih dan membeli makanan tersebut sampai saat mengkonsumsinya, karena banyak kejadian keracunan makanan akibat dalam kemasan makanan tidak ditemukan tanggal kadaluwarsa dari makanan tersebut. Tanggal kadaluwarsa merupakan informasi mengenai waktu dan tanggal yang menunjukkan suatu produk makanan masih memenuhi syarat mutu dan keamanan untuk dikonsumsi. Penulisan tanggal kadaluwarsa ini dilakukan oleh produsen atau pabrik yang memproduksi pangan tersebut, agar konsumen lebih aman untuk mengkonsumsinya. Berdasarkan hasil penelitian moniharapon 1999 tentang analisis klaim iklan dan label pada produk pangan bahwa produsen tidak mencantumkan label makanan Universitas Sumatera Utara sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang Iklan dan Label Pangan yang berlaku, seperti pada produk pangan bubur Promina yang memiliki pilihan rasa beras merah, sari pisang, kacang hijau dan sari buah, ternyata komposisi untuk masing-masing pilihan rasa berbeda, namun memiliki nilai gizi yang sama, dan pada produk pangan lainnya seperti wong coco, Quaker Oats, Anlene, tetapi setelah dilakukan pengamatan ternyata gambar atau tulisan dalam kemasan tidak sesuai dengan isi. Informasi tersebut merupakan pelanggaran dan menyesatkan konsumen sehingga konsumen merasa dirugikan. Sementara tujuan dari pelabelan makanan adalah agar konsumen yang membeli dan mengkonsumsi pangan memperoleh informasi yang jelas baik menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi maupun keterangan lainnya. Hasil tabulasi silang antara sikap produsen dengan tindakan produsen diperoleh bahwa produsen yang mempunyai sikap dengan kategori baik memiliki tindakan sedang yaitu sebesar 14,3, sedangkan produsen dengan kategori sikap sedang memiliki tindakan sedang yaitu sebesar 78,6. Hal ini menunjukkan bahwa produsen dengan sikap baik belum tentu mempunyai tindakan yang baik pula karena sikap belumlah merupakan suatu tindakan akan tetapi merupakan predisposisi terjadinya tindakan atau perilaku. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk menilai atau mengevaluasi seseorang atau situasi dengan cara tertentu, untuk bertindak sesuai dengan evaluasi tersebut baik dengan cara disukai atau tidak disukai. Sikap akan mengarahkan secara langsung perilaku seseorang. Semua ini berhubungan dengan pengetahuan serta pengertian seseorang terhadap objek tertentu. Universitas Sumatera Utara

5.3 Tindakan Produsen Keripik Tentang Label Makanan