32
kemandirian lembaga produksi dan
pemasaran yang telah diinisiasi.
4.3 Penumbuhan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis integrasi Padi- Sapi
Lembaga pertanian yang sudah diakui dan diregistrasi adalah Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani Gapoktan. Gapoktan Rimbo Jaya yang
didukung oleh Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani dijadikan sebagai lembaga pelaksana Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis sistem integrasi
padi-sapi spesifik lokasi. Tidak mudah menggerakkan suatu lembaga yang bergerak pada usaha produksi untuk dibawa menjadi lembaga profesional yang
profit oriented berkelanjutan dengan usaha dari hulu sampai hilir bahkan ke pemasaran.
Dalam model ini Gapoktan yang didorong untuk menjadi badan usaha yang mengelola sistem pertanian bioindustri Gambar 2
. Dalam hal ini sejak awal,
mulai dari perencanaan Gapoktan dan Poktan sudah dilibatkan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah mengupayakan atau menciptakan pasar bagi produk-
produk bioindustri melalui jaringan pemasaran yang multi chanel. Hal ini menjadi
sangat penting mengingat bahwa keberlanjutan suatu usaha adalah ketersedian pasar bagi produk yang dihasilkan.
4.4 Budidaya Padi Aromatik pada Saw ah I rigasi
Peningkatan nilai tambah dalam usahatani padi dapat dilakukan melalui perbaikan mutu beras. Hal ini akan berdampak positif bagi petani. Varietas padi
mempengaruhi kualitas dan pendapatan petani. Konsumen umumnya memilih kualitas beras yang baik. Salah satu parameter yang menjadi tolak ukur
pemilihan kualitas adalah aroma dan rasa nasi. Penanaman padi aromatik dapat memberikan nilai tambah bagi petani
karena harganya relatif lebih mahal dibandingkan harga padi nonaromatik. Padi varietas aromatik antara lain: Gilirang, Sintanur dan I npari 23. Adapun deskripsi
darivarietas tersebut disajikan pada Tabel 7.
33
Tabel 7. Deskripsi Varietas Padi Aromatik Gilirang, Sintanur dan I npari 23 Klasifikasi
Varietas Gilirang
Sintanur I npari 23
Umur 116-125 hari
115-125 hari 113 hari
Bentuk tanaman Tegak
Tegak Tegak
Tinggi 108-115 cm
115-125 112 cm
Kerontokan Sedang
Sedang Sedang
Kerebahan Tahan
Agak tahan Sedang
Kadar amilosa 18,9
18 ± 17
Tekstur nasi Pulen
Pulen Pulen
Bobot 1000 butir 28 gram
27 gram 26 gram
Rataan hasil 6 ton ha
6 ton ha 6,9 ton ha
Potensi hasil 7,5 ton ha
7 ton ha 9,2 ton ha
Dilepas 2002
2001 2012
Varietas padi aromatik yang ditanam pada kawasan model sistem pertanian bioindustri adalah I npari 23 dan
Sintanur. Varietas Sintanur mempunyai umur yang lebih panjang dan ukuran gabah yang lebih besar
dibandingkan dengan varietas I npari 23. Pada kawasan bioindustri telah ditanam padi dengan luasan 21 ha dalam 2 musim tanam. Musim tanam pertama 6 ha,
sedangkan pada musim ke 2 ditanam dalam luasan 15 ha. Jumlah petani kooperator yang terlibat dalam kegiatan ini ada 23 orang petani.
Sebelum dilakukan pengolahan lahan dilakukan pengambilan sampel tanah awal untuk mengetahui status hara tanah. Status hara awal diperlukan
untuk menyusun dosis pupuk yang akan diaplikasikan pada pertanaman padi. Semakin subur kondisi tanaman semakin rendah dosis pupuk yang diberikan,
begitu juga sebaliknya. Hal ini diperlukan dalam upaya untuk mendapatkan produktivitas padi yang diharapkan 7 ton GKG ha. Hasil analisis tanah
menunjukkan bahwa tekstur tanah sawah irigasi di Kelurahan Rimbo Kedui termasuk dalam tekstur tanah debu berlempung dengan komposisi masing -
masing pasir 2,67 , lempung 45,77 dan debu 51,56 dengan pH 5,75 agak masam. Adapun tingkat kesuburan lahannya dapat dikategorikan cukup subur
dengan indikator kandungan unsur N 0,29 , P 6,28 ppm, K 0,26 me 100 g, Na 0,47 me 100 g, Ca 2,18 me 100 g, dan Mg 3,65 me 100 gLampiran 2.
Pupuk kandang dan biopestisida yang digunakan berbasis limbah ternak sapi. Limbah sapi berbentuk padatan digunakan sebagai pupuk kandang
sementara urine sapi dimanfaatkan sebagai biopestisida. Pupuk kandang yang
34
digunakan terlebih dahulu dilakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kandungan unsur haranya.Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa pupuk
kandang yang tersedia di petani mempunyai kandungan sebagai berikut: N-total 8,03 , P2O5 4,02 , K2O 0,17 , pH 7,5Lampiran4.
Ada 3 inovasi teknologi budidaya yang diterapkan dalam model sistem pertanian bioindustri di Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma. Ke 3 inovasi
teknologi budidaya tersebut adalah teknologi budidaya padi organik, teknologi budidaya
padi ramah lingkungan, dan teknologi budidaya padi dengan
pendekatan PTT Tabel 8. Jenis dan dosis pemupukan pada inovasi teknologi budidaya padi aromatik ditentukan berdasarkan analisis laboratorium terhadap
tanah awal dan kompos pupuk kandang yang digunakan dalam pengkajian. Tabel 8. I novasi Teknologi Budidaya Padi Aromatik yang Diterapkan pada Model
Sistem Pertanian Bioindustri di Kabupaten Seluma Tahun 2015. I novasi Teknologi
Budidaya Padi Jenis dan Dosis Pupuk
Pestisida Organik
Pupuk Kandang: 7.200 kg ha
Biopestisida Ramah Lingkungan
Pupuk Kandang: 3.600 kg ha
Phonska: 150 kg ha
Urea: 100 kg ha
Biopestisida Biourine
Pendekatan PTT Phonska:
300 kg ha Urea:
200 kg ha Pestisida
Sintetik
Penanaman padi aromatik dilakukan dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo 2: 1. Untuk mempercepat adopsi jajar legowo 2: 1 didistribusikan
caplak roda jajar legowo 2: 1 kepada kelompok tani di Gapoktan Rimbo Jaya Lampiran 5. Penggunaan sistem tanam jajar legowo telah dikenal dan diadopsi
oleh petani di Kelurahanm Rimbo Kedui. Sistem tanam jajar legowo 2: 1 diyakini lebih unggul dalam hal meningkatkan produktivitas melalui peningkatan populasi
tanaman yang sangat nyata. I novasi teknologi ini diyakini dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
Penanaman padi aromatik mempunyai tantangan dan resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas non aromatik. Varietas aromatik yang
tersedia di BB padi hanya ada 3 varietas yaitu Gilirang, Sintanur dan I npari 23. Berbeda dengan varietas non aromatik yang mempunyai ratusan pilihan varietas
yang spesifik lokasi. Varietas aromatik lebih disukai oleh Organisme Pengganggu
35
Tanaman OPT karena mempunyai daya tarik tersendiri, di mana aromanya sudah dapat tercium mulai dari fase vegetatif.
Salah satu tantangan dalam budidaya padi aromatik, khususnya dengan teknologi budidaya organik dan semi organik ramah lingkungan adalah adanya
serangan blast yang sudah dimulai sejak fase vegetatif. Penyakit ini mudah sekali menyerang dengan adanya stimulasi cuaca. Penyakit ini menyerang jika
mendapatkan lingkungan yang sesuai yaitu lingkungan dengan kelembaban tinggi dan suhu yang tinggi. Pertanaman padi aromatik varietas I npari 23 dengan
teknologi organik dan semi organik ramah lingkungan terkena serangan blast cukup berat, sedangkan dengan teknologi organik Varietas Sintanur dan I npari
23 tidak terserang blast. Kondisi ini membuka peluang untuk melaksanakan kajian yang lebih mendalam mengenai metode pengendalian blast yang efektif,
efisien baik melalui penggunaan pestisida maupun culture teknis misalnya dengan varietas maupun jenis dan dosis pupuk yang digunakan.Serangan
penyakit blast sangat berbahaya pada fase vegetatif maupun generatif. Penyakit ini dapat menyebabkan gagal panen Lampiran6. Melalui pengamatan dan
pemilihan racun pestisidayang tepat penyakit ini mampu dikendalikan dengan baik. Pencegahan dan persedian fungisida sangat penting untuk mencegah
maupun mengendalikan penyakit ini. Memberikan keyakinan pada petani untuk menggunakan teknologi
budidaya secara organik dan semi organik juga cukup sulit. Para petani belum yakin dan belum terbiasa bahwa pupuk kandang dan biopestisida dalam jumlah
yang cukup juga dapat memberikan produktivitas yang sebanding dengan kualitas yang lebih baik. Secara umum petani belum bersedia menerapkan
karena resikonya yang cukup tinggi dari menurunnya produktivitas hingga kemungkinan gagal panen. Ketersediaan pasar beras organik dan kesediaan
masyarakat untuk membeli Willingness to Pay: WTP juga menjadi
pertimbangan petani dalam mengadopsi teknologi budidaya organik dan semiorganik. Dalam kegiatan ini juga akan dilakukan penciptaan pasar dan
promosi keunggulan produk organik kepada masyarakat menengah ke atas. Saat ini para petani masih memilih untuk mengadopsi teknologi budidaya semiorganik
dan pendekatan PTT. Pada kajian ini diperoleh hasil bahwa penggunaan kompos atau bahan
organik dan biopestisida mampu memberikan hasil yang cukup tinggi dan hampir
36
sebanding dengan penggunaan pupuk anorganik dan pestisida sintetik. Produktivitas padi varietas I npari 23 dengan budidaya organik, semiorganik dan
pendekatan PTT berturut-turut adalah 7,56; 7,66; 8,62 t GKP ha Tabel 9. Tabel 9. Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Varietas Padi Aromatik di Kabupaten
Seluma pada Tahun 2015.
Budidaya Padi Tinggi Tan. cm
Jumlah Anakan Hasil
GKP t ha
K.A. Gabah
HI 28 HST
45 HST
28 HST 45 HST
Organik Semiorganik
PTT 75,29
74,64 68,68
103,20 112,00
106,34 13,29
12,27 12,11
8,87 10,89
10,48 7,56
7,66 8,62
19,36 19,15
20,89 41,70
34,14 30,77
Tabel 9 menunjukkan bahwa teknologi budidaya padi aromatik dengan pendekatan PTT memberikan hasil yang paling tinggi dan diikuti oleh teknologi
budidaya semiorganik dan organik. Hal ini didukung oleh data komponen pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Pada tanaman padi dengan t eknologi
organik pada awalnya mempunyai jumlah anakan yang tinggi, yaitu 13,29 anakan per rumpun tetapi jumlahnya menurun dengan drastis pada umur 45 HST
menjadi 8,87 anakan rumpun. Kondisi ini berkaitan dengan kemampuan dari tanah dalam menyediakan nutrisi untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Teknologi budidaya
padi organik
dan semiorganik
mempunyai produktivitas yang hampir sama yaitu 7,56 dan 7,66 GKP t ha, sedangkan
teknologi budidaya dengan pendekatan PTT mempunyai pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta hasil yang jauh lebih baik yaitu 8,62 GKP t ha. Hal
ini berkaitan dengan tingkat ketersediaan unsur hara makro, khususnya N yang relatif rendah Tabel 10dan tingginya tingkat serangan hama dan penyakit
tanaman.
37
Tabel 10. Kandungan Unsur Hara Tanah setelah Panen pada Lahan yang Diperlakukan dengan 3 Teknologi Budidaya Padi di Kabupaten
Seluma pada Tahun 2015. Teknologi
Budidaya pH
Kandungan Unsur Hara Makro Me 100 g
N P
K Na
Ca Mg
Organik Semi organik
Pendekatan PTT 5,60
5,10 5,80
0,13 0,26
0,24 26,61
29,27 21,78
1,13 1,36
1,35 0,16
0,16 0,51
2,14 2,06
1,67 5,95
3,99 4,95
Tabel 10 menunjukkan bahwa pH dan kandungan unsur hara setelah panen pada lahan yang diperlakukan dengan 3 teknologi budidaya padi hampir
sama, kecuali unsur hara N dan K. Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa kandungan unsur hara N berkisar antara 0,13 - 0,26 , dengan kriteria rendah
sampai dengan sedang dengan nilai pH berkisar antara 5,10 - 5,80 agak masam. Rendahnya kandungan unsur nitrogen dan kalium dalam tanah
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman khususnya jumlah anakan aktif dan produktif serta menurunnya kemampuan tanaman
dalam pengisian gabah yang berakibat pada rendahnya produktifitas. Jumlah anakan produktif dan jumlah gabah isi per malai merupakan komponen hasil
utama yang menentukan produktivitas tanaman padi.
4.5 Perbaikan Kandang dan Pemeliharaan Sapi