Hasil- hasil Penelitian Pengkajian

9 Sistem pertanian-bioindustri adalah untuk menghasilkan pangan sehat, beragam dan cukup. Sebagai negara dengan sumber keanekaragaman hayati sangat tinggi dengan masyarakatnya yang juga sangat plural, maka sistem pertanian pangan harus mampu memanfaatkan pangan yang beragam untuk kebutuhan masyarakat beragam sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayahnya Kementerian Pertanian, 2014. Selain untuk kebutuhan pangan sehat, pertanian-bioindustri ditujukan untuk menghasilkan produk-produk bernilai tinggi. Pilihan prioritas pengembangan produk-produk pertanian-bioindustri dilandasi pertimbangan nilai tambah tertinggi yang dimungkinkan dari proses biorefinery. Orientasi pada pengembangan produk-produk bernilai tambah tinggi akan menciptakan daya saing pertanian-bioindustri yang tinggi. Daya saing dicirikan oleh tingkat efisiensi, mutu, harga dan biaya produksi, serta kemampuan untuk menerobos pasar, meningkatkan pangsa pasar, dan memberikan pelayanan yang profesional Kementerian pertanian, 2014.

2.2 Hasil- hasil Penelitian Pengkajian

Produk utama yang diharapkan dari pertanaman padi adalah beras. Hasil samping dari pertanaman padi adalah jerami, sekam, dedak bekatul, dan menir. Beras dapat berfungsi sebagai pangan pokok, pangan fungsional dan panganan Hendriadi dan Hendayana, 2014. Dalam proses penggilingan padi menjadi beras diperoleh hasil samping berupa sekam 15-20 , dedak 8-12 , dan menir 5 Widowati, 2001. Jerami dan dedak dapat digunakan sebagai pakan alternatif untuk ternak sapi. Selain untuk pakan, jerami juga dapat digunakan sebagai pupuk organik melalui pengomposan Gambar 3. G Jerami padi jumlahnya yang bany padi dihasilkan 5-7 pemeliharaan 2 ekor sa dengan berat badan Kelemahan dari jeram daya cerna relatif ren serat kasar dan kada kebutuhan hidup po 2005 dan Martawidja I R 64 adalah bahan lemak kasar 3,88 , a Agar jerami p hasil yang optimal, padaternak. Pra perla 10 Gambar 3. Pohon I ndustri dari Komoditas Pad i sangat potensial sebagai sumber pakan nyak dan mudah diperoleh. Dalam setiap hekt -7 ton jerami kering dan mampu men or sapi. Bahan jerami kering yang diperlukan un an 300 kg adalah 6 kg hari atau 2 dari rami padi ini adalah kandungan gizi, vitamin rendah Kushartono, 2001; Sutrisno dkk., 200 adarproteinnya yang rendah belum mampu u pokok ternak ruminansia Trisnadewi dkk., idjaja 2003 melaporkan bahwa komposisi kim n kering 91,29 , proteinkasar 4,10 , serat , abu 21,35 dan bahan organik 69,94 . i padi dapat digunakan sebagai pakan terna l, maka perludilakukan pra perlakuan seb rlakuan tersebut dimaksudkan untukmenurun adi. n ternak karena ktare pertanaman endukung untuk untuk 1 ekor sapi ari bobot ternak. in, mineral serta 006. Kandungan untukmemenuhi ., 2011. Preston imiawijerami padi at kasar 33,35 , nak dan memberi sebelum diberikan unkan kadar serat 11 kasar yang tinggi dan meningkatkan kadar protein jerami padi, dengan prosesamoniasi dan fermentasi menggunakan bantuan bakteri selulolitik Wina, 2005. Wiyono 1989 melaporkan bahwa salah satu teknik yang mudah, praktis, murah adalah dengan cara amoniasi, yaitu teknik penyimpanan jerami padi dengan penambahan amonia. Amonia berfungsi dan berperan dalam melarutkan sebagian dari mineral silika, memuaikan serat kasar sehingga memudahkan penetrasi enzim, dan meningkatkan kandungan protein kasar. Sebagai sumber amonia adalah urea. Teknologi amoniasi dapat meningkatkan kandungan protein kasar jerami padi kering maupun segar di atas 10 sehingga memenuhi persyaratan untuk pakan ternak Martawidjaja, 2003.Pada penggemukan sapi PO dengan pakan dasar jerami padi teramoniasi ditambah konsentrat 4 kg ekor hari menghasilkan Pertambahan Berat Badan Harian PBBH sebesar 0,717 kg ekor hari Daryanti dkk., 2002. Akhir-akhir ini digalakkan usaha perbaikan lahan dengan pengembalian jerami Direktorat Pengelolaan lahan, 2009. Kandungan hara N, P, K, dan S pada jerami berturut-turut adalah 0,5-0,8 ; 0,07-0,12 ; 1,2 – 1,7 ; dan 0,05- 0,10 Dobermann dan Fairhurst, 2000; Prasetiyono dkk., 2007. Pengomposan jerami mampu meningkatkan kandungan unsur hara P, K, Na, Ca, Mg, Mn, dan Cu. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pupuk organik akan lebih efektif apabila secara bersama digabung dengan limbah ternak kotoran ternak melalui proses fermentasi sehingga unsur hara pupuk organik yang dihasilkan dapat lebih mudah diikat didalam tanah. Limbah ternak urine dan feses mengandung bahan organik yang sangat pent ing dalam memperbaiki kesuburan tanah.Lahan sawah memerlukan pupuk organik untuk mempertahankan kesehatan tanah serta kecukupan unsur hara tanaman. Penggunaan pupuk kimia secara terus- menerus dalam jangka waktu yang lama dapat merusak kondisi tanah sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Penurunan kandungan bahan organik pada sebagian lahan sawah menuntut perlunya penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas tanah. Dilain pihak, usaha peternakan terutama ternak ruminansia memberikan peluang yang besar untuk menghasilkan kotoran yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Di samping itu, limbah-limbah pertanian juga berpotensi digunakan sebagai bahan baku pupuk organik Budi Haryanto, 2002. 12 Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran feses sebanyak 8-10 kg setiap hari. Dari kotoran sapi sebanyak ini dapat dihasilkan 4-5 kg pupuk organik hari setelah melalui diolah. Penggunaan pupuk organik pada lahan sawah rata-rata 2 ton ha musim, sehingga pupuk organik yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi lahan sawah seluas 1,8 – 2,7 ha untuk dua musim tanam padi Badan Litbang Pertanian, 2002. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah yang pada akhirnya memiliki dampak positif pada peningkatan hasil panen, sehingga mewujudkan usaha agribisnis yang berdaya saing dan ramah lingkungan. Pembuatan pupuk kompos dari limbah ternak yang dicampur dengan jerami padi memiliki kandungan hara yaitu: pH 7,15; N-total 0,64 , C-organik 9,31 , P 2 O 5 0,02 , K 2 O 0,59 , dan C N 14,55 Elma Basri. Standar kualitas kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 minimum mengandung Nitrogen N 0,40 , Fosfor P 2 O 5 0,1 danKalium K 2 O 0,20 . Kandungan N dalam kompos berasal dari bahan organik kompos yang didegradasi oleh mikroorganisme, sehingga berlangsungnya proses degradasi pengomposan sangat mempengaruhi kandungan N dalam kompos. Kandungan P 2 O 5 dalam komposan diduga berkaitan dengan kandungan N dalam komposan. Kalium K 2 O tidak terdapat dalam protein, elemen ini bukan elemen langsung dalam pembentukan bahan organik, kalium hanya berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substrat sebagai katalisator, dengan kehadiran bakteri dan aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalium. I mbangan feses sapi potong dan sampah organik 25 : 75 menghasilkan kualitas kompos terbaik N = 2.18 ; P = 1,17 dan K = 0,95 Hidayati dkk., 2010. Potensi pengembangan biogas di Provinsi Bengkulu masih cukup besar. Setiap 1 ekor ternak sapi kerbau dapat dihasilkan + 2m 3 biogas hari. Potensi ekonomis biogas sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m 3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah Ali dkk., 2010. Residu pembuatan biogas, dalam bentuk kompos merupakan sumber pupuk organik bagi tanaman, sekaligus sebagai pembenah tanah soil amendment Budi Haryanto, 2009. Kompos adalah bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi, baik secara alam maupun karena perlakuan manusia dengan memberikan 13 aktivator berupa mikro organisme dekomposer. Proses pengomposan dapat dilakukan secara aerob proses pengomposan yang memerlukan udara bebas, maupun secara anaerob proses pengomposan yang tidak memerlukan udara bebas. Proses pengomposan secara aerob biasanya berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan secara anaerob. Bahan organik merupakan hasil lapukan sisa-sisa tanaman tumbuh-tumbuhan atau hewan yang penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Bahan organik merupakan sumber hara tanaman, merupakan sumber energi dari sebagian besar organisme tanah, media penyimpanan hara bagi tanaman, sehingga mempunyai potensi dalam memperbaiki potensi tanah dan hasil tanaman. Beberapa peranan bahan organik tanah diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Menjaga kelembaban tanah. Bahan organik tanah terutama yang telah menjadi humus, dengan C N 20 dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari bobotnya. Karena kandungan air tersebut, humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air, sehingga kelembaban tanah akan lebih baik. 2. Menawarkan sifat racun dari Al dan Fe. I on-ion Al dan Fe yang bebas dalam tanah dapat diikat oleh bahan organik. Proses ini adalah proses kimia, sehingga kelarutan Al dan Fe dalam tanah yang semula tinggi dan bersifat racun bagi tanaman dapat dikurangi. Dengan berkurangnya kadar Al dan Fe pada penggunaan bahan organik, maka pengapuran Ca tanah yang bertujuan untuk mengurangi keracunan Al dan Fe juga dapat dikurangi. 3. Penyangga hara tanaman. Bahan organik yang berbentuk humus dapat menahan hara tanaman menjadi bentuk tidak larut dan tidak mudah tercuci air hujan. Makin tinggi kadar bahan organik, makin banyak hara dapat ditahan, sehingga bahan organik dapat berfungsi sebagai gudang atau media penyimpanan hara tanaman dan pemupukan anorganik yang dilakukan dapat lebih efisien. 4. Membantu meningkatkan penyediaan hara tanaman. Bahan organik berfungsi sebagai gudang penyimpanan hara, juga mudah melepaskan hara tersebut untuk dipakai oleh tanaman. Fosfat yang semula terikat oleh Al dan Fe dan 14 tidak dapat diserap tanaman akan menjadi tersedia bila unsur-unsur Al dan Fe tersebut diikat oleh bahan organik. 5. Memperbaiki suhu tanah. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi, sebaliknya juga dapat menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas rendah. Karena itu walaupun permukaan tanah mendapat panas yang tinggi dari sinar matahari, tetapi tanah bagian bawah tidak terlalu terpengaruh. 6. Memperbaiki aktivitas mikro organisme. Bahan organik adalah sumber energi atau menjadi bahan makanan bagi jasad mikro yang hidup dalam tanah. Bahan organik yang masih segar atau yang belum menjadi humus akan dirombak, dan kehidupan jasad mikro dalam tanah menjadi stabil setelah humus terbentuk 7. Memperbaiki struktur tanah. Sifat humus dari bahan organik adalah gembur, sehingga percampurannya dengan tanah memberikan struktur tanah yang gembur dan mudah diolah. Struktur tanah yang demikian merupakan keadaan fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang berstruktur liat, berpasir, atau tanah yang berstruktur gumpal, bila dicampur dengan bahan organik akan memberikan sifat fisik yang lebih baik. 8. Meningkatkan efisiensi pemupukan. Pemupukan dengan pupuk anorganik pupuk pabrik. Dengan pemberian bahan organik, pemberian pupuk anorganik dapat diberikan lebih sedikit dan hasil optimum yang dicapai dapat lebih tinggi. 15 I I I . METODOLOGI

3.1 Ruang Lingkup