bioindustri padi sapi 2015

(1)

MODEL SI ST

BERBASI S I

LOKASI

BALAI PENGKA

LAPORAN AKHI R

SI STEM PERTANI AN BI OI N

S I NTEGRASI PADI - SAPI S

ASI DI PROVI NSI BENGKU

WAHYU WI BAWA

KAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN B

2015

I NDUSTRI

SPESI FI K

KULU


(2)

LAPORAN AKHI R

MODEL SI STEM PERTANI AN BI OI NDUSTRI

BERBASI S I NTEGRASI PADI - SAPI SPESI FI K

LOKASI DI PROVI NSI BENGKULU

Wahyu Wibaw a

Ahmad Damiri

Yong Farmanta

Harw i Kusnadi

Wilda Mikasari

I rma Calista Siagian

Taupik Rahman

Ujang Hamidi

Ahyadi Ja` far

Hendri Suyanto

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

2015


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi – Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu dapat disusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2015.

Kegiatan ini bertujuan untuk: (1). Menyusun database (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan menyusun desain serta road map model sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi. (2).Membangun/ menumbuhkan dan mengimplementasikan desain/ model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi. (3). Meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi. (4). Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian dari komponen model pertanian bioindustri. (5). Meningkatkan efisiensi usahatani dalam sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih.

Bengkulu, Desember 2015 Penanggungjawab Kegiatan

Dr. Wahyu Wibawa, MP NI P. 196904271998031001


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi – Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu.

Judul ROPP : Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi – Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu.

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : JL. I rian Km. 6,5 Bengkulu 38119

4. Sumber Dana : DI PA BPTP BENGKULU TA. 2015

5. Status Kegiatan (L/ B) : (Baru) 6. Penanggung Jawab

a. Nama : Dr. Wahyu Wibawa, MP.

b. Pangkat/ Golongan : Penata Tingkat I / I I I d c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda

7. Lokasi : Kabupaten Seluma

8. Agroekosistem : Lahan sawah

9. Tahun Mulai : 2015

10. Tahun Selesai : 2017

11. Output Tahunan (2015) : 1. I nformasi database (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan desain serta road map model sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi.

2. Terwujud/ tumbuhnya model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.

3. Peningkatan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi.

4. Peningkatan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai


(5)

12. Output Akhir (201

13. Biaya

Koordinator Program,

Dr. Wahyu Wibaw a, M

NI P.1969042719980310

Mengetahui, Kepala BBP2TP

Dr. I r. Abdul Basit,MS

NI P. 19610929 198603 1

bagian dari kom pertanian bioindustri 5. Peningkatan efisie dalam sistem perta berbasis integrasi pa

017) : 1. Rekomendasi Model S Bioindustri Berbasis I Sapi Spesifik Lokasi d Bengkulu.

2. Pengembangan dan sistem pertanian berbasis I ntegrasi Spesifik Lokasi di Pro

: Rp. 455.130.000-, (Emp Puluh Lima Juta Seratus Rupiah )

a, MP

1001

Penanggung Jawab R

Dr. Wahyu Wibaw a,

NI P.19690427199803

MS

3 1 003

Kepala BPTP Bengkulu

Dr. I r. Dedi Sugand

NI P. 19590206198603

omponen model stri.

isiensi usahatani tanian bioindustri padi-sapi potong.

el Sistem Pertania sis I ntegrasi Padi–

si di Provinsi

an replikasi model ian bioindustri si Padi – Sapi rovinsi Bengkulu

mpat Ratus Lima s Tiga Puluh Ribu

RPTP,

aw a, MP

031001

ulu,

ndi, MP


(6)

DAFTAR I SI

Halaman

KATA PENGANTAR... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

DAFTAR I SI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPI RAN... ix

RI NGKASAN ... x

SUMMARY... xiii

I . PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 3

1.3. Keluaran... 4

I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Kerangka Teoritis ... 5

2.2. Hasil-Hasil Penelitian/ Pengkajian ... 9

I I I . METODOLOGI PENELI TI AN ... 15

3.1. Ruang Lingkup ... 15

3.2. Waktu dan Tempat... 15

3.3. Tahapan Pelaksanaan ... 16

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1. Koordinasi I nternal dan antar I nstansi... 18

4.2. Participatory Rural Apraisal (PRA) ... 19

4.2.1 Pelaksanaan PRA ... 19

4.2.2 Penyusunan desain model sistem pertanian bioindustri ... 27

4.2.3 Penyusunan road mapsistem pertanian bioindsutri ... 30

4.3. Penumbuhan model sistem pertanian bioindustri berbaasisi integrasi padi - sapi ... 32

4.4. Budidaya padi aromatik pada sawah irigasi... 32

4.5. Perbaikan kandang dan pemeliharaan sapi ... 37

4.6. Efisiensi usaha tani padi - sapi... 39

4.6.1 Efisiensi usaha tani padi dan sapi ... 39

4.6.2 Efisiensi usahatani ternak sapi potong ... 41

4.6.3 Efisiensi usahatani integraasi padi - sapi ... 42

4.7. Pembuatan tempat prosesing pakan dan kompos... 44

4.8. Pembuatan I nstalasi Biogas ... 45

4.9. Pembuatan I nstalasi prosesing biourine... 46

4.10. I nventarisasi RMU, kinerja mesin dan tenaga pengelolanya... 47

4.11. Analisa gabah, beras , tanah dan kompos... 49

4.12. Desain dan pengadaan kemasan produk-produk bioindustri ... 53

4.13. Pembinaan dan penguatan peran lembaga pelaksana dan pendukung model pertanian bioindustri... 55

4.14 Penyebarluasan inovasi teknologi dalam percepatan model sistem pertanian bioindustri... 57


(7)

KI NERJA HASI L ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

ANALI SI S RI SI KO ... 69

JADWAL KERJA... 71

PEMBI AYAAN ... 72

TENAGA DAN ORGANI SASI PELAKSANA ... 74


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Luas lahan menurut subsektor usaha tani kelurahan Rimbo Kedui Tahun

2014/ 2015 ... 23

2. Pola usaha tani di kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015 ... 23

3. Tingkat penerapan teknologi usaha tani Tanaman pangan dan perkebunan di Kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015... 25

4. Data Kelompok Tani Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2015 ... 26

5. Lembaga masyarakat dan Kepemudaan di Kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015 ... 26

6. Road map sistem pertanian Bioindustri Sapi- Padi 2015 - 2017... 30

7. Deskripsi varietas Padi aromatik Gilirang, Sintanur, dan I npari 23 ... 33

8. I novasi teknologi budidaya padi aromatik yang diterapkan pada sistem model sistem pertanian bioindustri di Kabupaten Seluma tahun 2015 ... 34

9. Keragaan Pertumbuhan dan hasil varietas padi aromatik di Kabupaten Seluma pada tahun 2015 ... 36

10. Kandungan unsur hara tanah setelah panen pada lahan yang diperlakukan dengan 3 teknologi budidadya padi di Kabupaten Seluma pada tahun 2015 ... 37

11. Analisa usaha tani padi aromatik di Kabupaten Seluma tahun 2015 ... 39

12. Analisa usaha tani ternak sapi non integrasi di Kabupaten Seluma... 41

13. Analisa usaha tani ternak sapi terintegrasi di Kabupaten Seluma ... 43

14. I nventarisasi RMU, Kinerja mesin dan SDM pengelola di Kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015 ... 48

15. Hasil analisas kualitas gabah pada 3 komponen teknologi budidaya ... 50

16. Hasil analisa kualitas bera giling pada 3 komponen teknologi budidaya .... 51

17. Daftar resiko dan dampak pengkajian Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis I ntegrasi Padi - Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu tahun 2015... 69

18. Daftar penanganan risiko ... 70

19. Jadwal pelaksanaan kegiatan ... 71

20. Pembiayaan kegiatan ... 72

21. Realisasi penggunaan anggaran ... 73


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Konsep Sistem Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi ... 7 2. Diagram alir Sistem Pertanian Bioindustri berbasis I ntegrasi Padi- Sapi .. 8 3. Pohon industri dari komoditas padi. ... 10 4. Struktur Organisasi Kelurahan Rimbo Kedui ... 21 5. Diagram Venn kelembagaan Kelurahan Rimbo Kedui ... 27 6. Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis I ntegrasi Padi - Sapi

di Kabupaten Seluma... 29 7. Sketsa perbaikan kandang sapi... 38 8. Desain Kemasan produk Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis

I ntegrasi Padi - Sapi di Kabupaten Seluma... 55 9. Struktur organisasi Gapoktan Rimbo Jaya Kabupaten Seluma ... 56 10. Alur peningkatan kinerja gapoktan dan perluasan jaringan pasar melalui


(10)

DAFTAR LAMPI RAN

Halaman

1. Hasil Analisa Tanah Sawah dan saat panen pada tahun 2015 ... 75

2. Hasil Analisa Kompos dari Kelompok Tani Margosuko ... 76

3. Caplak roda untuk percepatan adopsi Jarwo 2 : 1 ... 78

4. Serangan penyakit blast pada fase vegetatif ... 81

5. Kondisi Kandang setelah renovasi dan proses renovasi ... 82

6. Tempat pembuatan kompos dan pakan ternak... 85

7. I nventarisasi RMU, kinerja mesin dan SDM pengelola di Kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015 ... 86

8. SNI 6128 - 2008 tentang mutu beras ... 89

9. Temu lapang panen padi aromatik 2015 ... 90

10. Sosialisasi dan teknis pertanaman serta teknis budidaya Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis I ntegrasi Padi - Sapi ... 91


(11)

RI NGKASAN

1 Judul : Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi-Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu

2 Unit kerja : BPTP Bengkulu

3 Lokasi : Provinsi Bengkulu

4 Status (L/ B) : Baru

5 Tujuan : 1. Menyusun database (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan desain serta road map model sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi.

2. Menumbuhkan model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.

3. Meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi.

4. Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian dari komponen model pertanian bioindustri.

5. Meningkatkan efisiensi usahatani dalam sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

6 Keluaran : 1. I nformasi database (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan desain serta road map model sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi.

2. Terwujud/ tumbuhnya model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.

3. Peningkatan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi.


(12)

4. Peningkatan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian dari komponen model pertanian bioindustri. 5. Peningkatan efisiensi usahatani dalam sistem

pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

7 Hasil yang Diharapkan

: Rekomendasi dan replikasi model pertanian bioindustri spesifik lokasi ke kawasan dengan agroekosistem yang hampir sama.

8 Prakiraan Manfaat : 1. Tersedianya informasi dan database wilayah pengkajian, kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan), serta sistem dan mekanisme (desain) bioindustri spesifik lokasi.

2. Berkembangnya sistem pertanian bioindustri padi- sapi di Kabupaten Seluma

3. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani terhadap inovasi teknologi sistem pertanian bioindustri.

4. Meningkatnya peran dan perilaku SDM petani dalam sistem pertanian bioindustri.

5. Terbentuknya kelembagaan pertanian bioindustri yang kuat dan tangguh.

6. Berkembangnya model pertanian bioindustri spesifik lokasi.

9 Prakiraan Dampak : 1. Terciptanya pertanian ramah lingkungan dengan menghasilkan sesedikit mungkin limbah tak bermanfaat melalui integrasi padi – sapi spesifik lokasi, sehingga produk-produknya dapat diterima di pasar domestik dan pasar nasionall yang semakin kompetitif. 2. Mampu menggunakan sesedikit mungkin

input produksi dari luar sekaligus mengurangi ancaman peningkatan pemanasan global dalam suatu sistem integrasi tanaman-ternak.

3. Mampu berperan dalam menghasilkan produk pangan sekaligus sebagai pengolah biomasa dan limbahnya sendiri menjadi bioproduk baru yang bernilai tinggi (obat -obatan, pangan fungsional, pestisida nabati, media tanam, dan sebagainya).

4. Mampu meningkatkan pendapatan usahatani sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan usahatani berbasis iptek maju dalam menghasilkan pangan sehat dan non pangan bernilai ekonomi tinggi melalui integrasi tanaman-ternak.


(13)

10 Metodologi : Pengkajian dilakukan selama 3 tahun, mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Pada tahun ketiga, kelompok binaan sudah mandiri dan dapat menjadi visitor plot/ percontohan bagi kelompok lainnya. Pengkajian dilaksanakan di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma dengan pertimbangan sebagai berikut : (1) Merupakan sentra pengembangan padi dan sapi di Provinsi Bengkulu; (2) Mempunyai kesesuaian agroekosistem untuk pengembangan tanaman padi dan ternak di Provinsi Bengkulu; (3) Adanya dukungan program pengembangan padi dan ternak sapi dari Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi dan Kabupaten. Pengkajian dilakukan melalui survey, pengkajian lapangan dan laboratorium, dengan tahapan : (1) Koordinasi antar pemangku kepentingan; (2) Penelusuran literatur (desk study); (3) Penyusunan instrument penggalian data primer (kuesioner); (4) Survey lapang menggunakan metode pengamatan lapangan secara cepat (Rapid Rural Appraisal/ RRA); (5) I dentifikasi dan analisis data melalui pendekatan evaluasi teknis dan sosial ekonomi; (6) Penyusunan desain dan road map model bioindustri berkelanjutan spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu; (7) I mplementasi model/ design melalui sosialisasi, pelatihan dan demplot; (8) Pengumpulan data sosial ekonomi, kelembagaan, agronomi, kandungan nutrisi pada pakan, kandungan hara pada kompos, efikasi biopestisida dari urine, kandungan hara pada tanah, kandungan hara pada jaringan tanaman, peningkatan nilai tambah dalam penerapan pertanian bioindustri, peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan tingkat adopsi petani kooperator, petugas dan stakeholders lainnya. (10) Pelaporan.

11 Jangka Waktu : 3 (tiga) tahun (2015 -2017)

12 Biaya : Rp. 455.130.000,00 (Empat ratus lima puluh lima juta seratus tiga puluh ribu rupiah )


(14)

SUMMARY

1 Title : The Model of Bioindustry Farming System Based on Specific Location of Paddy – Cattle I ntegration in Bengkulu Province

2 I mplementing Unit : Bengkulu Assessment I nstitution of Agriculture Technology

3 Location : Bengkulu Province

4 Status : New

5 Objectives : 1. To arrange the database (monographs) of assessment area, to inventory the innovation needs (technological and institutional), to build the agricultural system and mechanism of specific location bioindustry (design) and to strengthen the competencies of human resources’ group.

2. Grow the Bioindustry farming system model based on integration of cattle- paddy.

3. I mprove competencies (knowledge, skilss and understanding) of human resources of farmers group, officers and stakeholder associated with the acquisutuion and implementation of technology todrive system and mechanism of site-specific bioindustry agriculture system.

4. Enhance the role of institusional and socio-economic potency as part of bioindustry agricultural systems.

5. I mprove farming efficiency in Bioindustry farming system model based on integration of cattle- paddy.

6 Output : 1. Database information of assessment area, the innovation needs (technological and institutional), system and mechanism (design) of specific location bioindustry and strengthening the competencies of human resources.

2. Growth of the Bioindustry farming system model based on integration of cattle- paddy 3. I mprovement of competencies (knowledge,

skilss and understanding) of human resources of farmers group, officers and stakeholder associated with the acquisutuion and implementation of technology todrive system and mechanism of site-specific bioindustry agriculture system.

4. Enhancement of the role of institusional and socio-economic potency as part of bioindustry agricultural systems.


(15)

Bioindustry farming system model based on integration of cattle- paddy.

7 Expected Output : The replication model of bioindustry agriculture specific location to the region

8 Benefits forecast : 1. Availability of database in the assessment area, the needs of innovation (technological and institutional), as well as systems and mechanisms (design) site-specific bioindustry.

2. The development of bioindustry padi- cattle farming system in Seluma

3. I ncreased knowledge, attitude and skills of farmers to technology innovation bioindustry farming system.

4. I ncreasing the role and behavior of farmers in bioindustry farming systems.

5. The establishment of bioindustry agricultural institutions which strong and resilient.

6. The development of site-specific bioindustry farming system model.

9 I mpact forecast : 1. The creation of environmentally friendly agriculture that produce minimal waste through site-spesific integration of paddy-cattle, so that products can be accepted in the domestic market and the competitive global market.

2. Capable to utilize local inputs while reducing global warming in a crop-livestock integration system.

3. Capable to play a role in producing food products as well as the processing of biomass and bio-waste into new high-value products (functional foods, feeds, energy, biopesticides, growing media, andso on).

4. Able to increase farm income at the same time preserving the environment for sustainability of farming system basd on advanced science and technology to produce healthy food, feed, pesticides and energy which has high economic value through the integration of crop-livestock.

10 Procedure : The assessment is conducted 3 years, from 2015 to 2017 in Rimbo Kedui Village Seluma District with the following considerations: 1) Paddy and cattle development centers in Bengkulu Province; 2) Apropriate agroecosystem for the development of paddy and catt le in Bengkulu Province; 3) The supporting of paddy and cattle development program from


(16)

Agriculture and Livestock Department in province and districts levels. I n the fourth year, the group was independent and could be visitor plot for the other groups. The assessment is conducted through survey, field and laboratory studies, with the following phases: 1) Coordination among stakeholders; 2) Arrangement of action preparation; 3) Searching literature (desk study); 4) Preparations of extracting primary data instrument preparation (questionnaire); 5) Field survey using Rapid Rural Appraisal/ RRA; 6) The data identification and analyzing through technical evaluation and social economy approach; 7) Design and road map arrangement of sustainable specific location bioindustry model in Bengkulu Province; 8) The collection of social economy, institutional, agronomic, nutrient content of food, nutrient content of compost, urine biopesticide efficacy, soil nutrient content, plant tissues nutrient; 9) Socialization, training, and demonstration plots; 10) data analize and intepretation of data/ Reporting.

11 Duration : 3 years (2015 -2017) 12 Budget : I DR. 455.130.000,00


(17)

I .

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian di Provinsi Bengkulu karena menyumbangkan porsi terbesar (38,93% ) dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2013). Cakupan kegiatan pertanian terdiri atas beberapa jenis kegiatan yaitu pertanian tanaman bahan makanan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.Padi dan sapi merupakan komoditas utama dari sub sektor tanaman pangan dan sub sektor peternakan di Provinsi Bengkulu.

Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 105.177 ha. Produktivitas padi di Provinsi Bengkulu masih relat if rendah dibandingkan dengan produktivitas nasional. Pada tahun 2012, rata-rata produktivitas padi sawah baru mencapai 4,29 ton GKG/ hektar, sedangkan produktivitas secara nasional sudah mencapai 5,50 ton GKG/ hektar (BPS, 2013).

Di Provinsi Bengkulu, pengembangan ternak sapi juga belum optimal, yang diindikasikan oleh rendahnya populasi sapi yaitu 105.550 ekor (Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2013). Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan peternak, kurangnya pemanfaatan (pengolahan dan penyediaan) pakan berbasis limbah pertanian, minimnya usaha perbibitan sapi merupakan masalah umum dalam pengembangan ternak sapi.

Pakan merupakan kebutuhan terbesar dalam pemeliharaan ternak. Kelemahan sistem produksi peternakan umumnya terletak pada ketidaktepat an tatalaksana pakan dan kesehatan. Keterbatasan pakan berhubungan erat dengan rendahnya populasi ternak pada suatu kawasan/ wilayah (Kushartono, 2001). Kemampuan peternak dalam penyediaan pakan menentukan jumlah ternak yang mampu dipelihara. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Potensi limbah pertanian perlu dipertimbangkan dalam usaha peternakan.

Sebagian besar komoditas tanaman pangan dan hortikultura, di Provinsi Bengkulu masih diusahakan secara monokultur dan belum ke pola usahatani


(18)

tanaman multikultur maupun integrasi tanaman ternak. Kondisi ini banyak menimbulkan permasalahan dalam sistem pertanian yang diantaranya adalah: (1). Produktivitas dan kualitas produk yang rendah (2). Banyak limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal (3). Sangat tergantung dengan input eksternal (4). Bersifat subsisten dan belum mempertimbangkan economic scale.

Berkelanjutan, meminimalkan limbah, ramah lingkungan, memaksimalkan pendapatan melalui peningkatan nilai tambah serta mempertimbangkan economic scale merupakan prinsip dasar dalam sistem pertanian bioindustri. I ntegrasi tanaman ternak merupakan salah satu upaya dan dukungan dalam mewujudkan sistem pertanian bioindustri. Manfaat dari implementasi integrasi tanaman ternak diantaranya adalah: (1). Diversifikasi penggunaan sumberdaya produksi (2). Mengurangi resiko dalam sistem usahatani (3). Efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja (4). Efisiensi penggunaan komponen produksi (5). Mengurangi ketergantungan energi kimia dan energi biologi serta masukan sumberdaya lainnya dari luar (6). Sistem ekologi lebih lestari dan tidak menimbulkan polusi (ramah lingkungan) (7). Meningkatkan output (8). Mengembangkan rumah tangga petani lebih stabil melalui peningkatan pendapatan.

Salah satu contoh sistem pertanian bioindustri di I ndonesia adalah di Kebun Percobaan (KP) Manoko. KP Manoko adalah salah satu KP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang telah mengimplementasikan model pertanian bioindustri dari hulu hingga hilir pada pengembangan tanaman atsiri terpadu. Minyak atsiri diekstrak dari daun serai wangi melalui proses penyulingan. Hasil ekstraksi kemudian diolah menjadi berbagai macam produk, diantaranya sabun antiseptik, penolak nyamuk, dan ramuan aditif untuk bahan bakar. Limbah dari proses tersebut dimanfaatkan sebagai pakan hijauan untuk sapi perah yang menghasilkan susu dan anak sapi yang bernilai jual tinggi. Kotoran sapinya diproses kembali menjadi biogas untuk bahan bakar mesin suling (Zubaidi, 2014).

Di Provinsi Bengkulu, sistem pertanian bioindustri belum diterapkan dan perlu diinisiasi penumbuhannya sesuai dengan kondisi wilayah (spesifik lokasi). Padi dan sapi merupakan komoditas unggulan dan diusahakan oleh sebagian besar masyarakat tani di Provinsi Bengkulu. Selama ini, kedua usaha pertanian tersebut dilaksanakan secara terpisah dan belum diusahakan secara terintegrasi,


(19)

sehingga masing-masing mempunyai permasalahan yang spesifik. Jika keduanya diusahakan secara terintegrasi, maka keduanya saling bersinergi dan dapat saling melengkapi satu dengan lainnya.

Potensi pupuk organik padat yang berasal dari satu ekor sapi dewasa selama satu tahun mencapai 2 ton/ tahun yang dapat digunakan sebagai pupuk organik pada lahan padi (Gunawan, 2014). Sementara potensi jerami padi mencapai 50 % dari produksi gabah kering panen (Yunilas, 2009).

Usaha pemeliharaan ternak sapi pada daerah persawahan akan bermanfaat ganda yaitu; jerami padi sebagai pakan yang tersedia sepanjang tahun dengan jumlah yang tidak terbat as dengan harga murah dan sebagai sumber pupuk kandang bisa menjadi hasil sampingan bernilai ekonomi tinggi. Pupuk kandang tersebut dapat menjadi bahan pupuk organik untuk tanaman padi dan tanaman lainnya (Zulbardi dkk, 2001).

Kedua komoditas tersebut dapat diintegrasikan dalam upaya membangun model sistem pertanian bioindustri yang spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu. Pada integrasi ini, ternak merupakan komponen pendukung dari usahatani padi. Komoditas padi yang lebih diprioritaskan dan difokuskan dalam peningkatan nilai tambah, diversifikasi produk dan pemanfaatan limbahnya. I ntegrasi padi-sapi potong memiliki prospek yang cerah sebagai embrio berkembangnya agribisnis yang berdaya saing dan memiliki keunggulan spesifik.

1.2 Tujuan

Tujuan tahun 2015

1. Menyusun data base (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi/ identifikasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan menyusun design pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

2. Membangun/ menumbuhkan dan mengimplementasikan desain/ model pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.

3. Meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi. 4. Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian


(20)

5. Meningkatkan efisiensi usahatani dalam model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

Tujuan jangka panjang

1. Mengembangkan dan mereplikasikan model pertanianbioindustri spesifik lokasi ke kawasan dengan potensi dan agroekosistem yang serupa.

2. Merekomendasikan alternatif model pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.

1.3 Keluaran

Keluaran tahun 2015

1. I nformasi dan data base (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi/ identifikasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan menyusun design model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

2. Pembangunan/ penumbuhan dan implementasi desain/ model pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.

3. Peningkatan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi. 4. Peningkatan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian

dari komponen model pertanian bioindustri.

5. Peningkatan efisiensi usahatani sapi-padi dalam sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

Keluaran jangka panjang

1. Pengembangan dan replikasi model pertanian bioindustri spesifik lokasi ke kawasan dengan potensi dan agroekosistem yang serupa.

2. Rekomendasi model pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.


(21)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

Tantangan dan permasalahan pembangunan pertanian secara nasional maupun global semakin besar. Degradasi sumberdaya pertanian, variabilitas dan ketidakpastian iklim, konversi dan alih fungsi lahan, serta pencemaran di sektor pertanian menjadi ancaman sekaligus tantangan dalam mewujudkan sistem pertanian bio-industri yang berkelanjutan. Bioindustri adalah sistem pertanian yang mengelola dan/ atau memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati termasuk biomasa dan/ atau limbah organik pertanian, bagi kesejahteraan masyarakat dalam suatu ekosistem secara harmonis (Kementerian Pertanian, 2013).

Sistem pertanian bioindustri memandang lahan pertanian tidak semata-mata merupakan sumberdaya alam, namun juga dipandang sebagai industri yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan untuk ketahanan pangan maupun produk lain yang dikelola menjadi bioenergi serta bebas limbah dengan menerapkan prinsip mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang (reduce, reuse dan recycle) (Hendriadi dan Hendayana, 2014).

Prinsip dari konsep bioindustri adalah proses produksi yang mampu menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang tidak merusak lingkungan. Jadi konsep ini menyediakan berbagai siklus produk melalui proses produksi yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah. Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero waste.

Konsep ini dapat bersifat spesifik lokasi yang berkaitan dengan keragaman dari variabel penyusun maupun lingkungan/ agroekosistemnya. Hal ini dapat terjadi karena konsep ini mempunyai karakteristik penting yaitu independensi terhadap bahan baku alam, dimana proses produksi dapat di kontrol. Konsep ini akan dapat berjalan jika semua komponen, akademisi, bisnis, goverment dan komunitas bergerak bersama secara sinergi. Kaitan antar pelaku bersifat interlocked, yang berarti ada keterkaitan yang erat antara satu dengan lainnya. Jika salah satu dari 4 komponen (quatro helix) tidak dapat berjalan


(22)

dengan baik, maka hampir dipastikan konsep tidak dapat berjalan dengan optimal.

Pertanian ramah lingkungan merupakan konsep model yang bertujuan agar kegiatan ekonomi tidak merusak lingkungan, dengan tetap memperhatikan keterkaitan antara ekologi, ekonomi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Manfaat utama dari pendekatan ini adalah pada proses dan inovasi produk dan penciptaan rantai nilai, seperti pangan yang sehat dan aman, sumberdaya terbarukan, dan energi berbasis bio-massa, yang seluruh proses dan aplikasinya menggunakan sumberdaya tanaman, mikro organisme, dan hewan/ ternak . Salah satu contoh konsep pengembangan pertanian Bioindustri berbasis sumberdaya lokal adalah intergrasi antara tanaman dan ternak.

Di dalam sistem usahatani, ternak diintegrasikan dengan tanaman pangan untuk mencapai kombinasi yang optimal dimana dengan kombinasi tersebut input produksi menjadi lebih lebih rendah (zero waste/ low input) sedangkan produksi didorong menjadi setinggi- tingginya (Diwayanto, 2004).

Usaha pemeliharaan ternak sapi pada areal persawahan irigasi akan bermanfaat ganda yaitu ketersediaan jerami padi sebagai pakan yang tersedia sepanjang tahun dengan jumlah yang tidak terbatas dengan harga murah dan sebagai sumber pupuk kandang bisa menjadi hasil sampingan bernilai ekonomi tinggi. Pupuk kandang tersebut dapat menjadi bahan pupuk organik untuk tanaman padi dan tanaman lainnya (Zulbardi dkk., 2001). Keuntungan pendekatan integrasi tanaman ternak diantaranya adalah: (1). Diversifikasi penggunaan sumberdaya produksi (2). Mengurangi resiko dalam sistem usahatani (3). Efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja (4). Efisiensi penggunaan komponen produksi (5). Mengurangi ketergantungan energi kimia dan energi biologi serta masukan sumberdaya lainnya dari luar (6). Sistem ekologi lebih lestari dan tidak menimbulkan polusi (ramah lingkungan) (7). Meningkatkan output (8). Mengembangkan rumah tangga petani lebih stabil melalui peningkatan pendapatan (Devendera, 1993). Analisis biaya dan pendapatan dari integrasi usaha sapi-padi mampu meningkatkan pendapatan hingga 100% jika dibandingkan dengan pola tanam padi tanpa ternak, sekitar 40% dari hasil berasal dari pupuk organik yang diperoleh dari sapi. (Ruli Basuni dkk. 2010).


(23)

Prinsip dari k menghilangkan damp tidak merusak lingku melalui proses produ dari sebuah produk Produk-produk dalam digunakan kembali se waste. Dengan me keuntungan diantara usahatani (2). Mening limbah (ramah lingku nilai tambah (4). M bahan organik dari te

Gambar 1. Kon

I ntegrasi tern integrasi utama da mengeluarkan feses sebagai sumber ene diberikan kepada tan

i konsep bioindustri adalah proses produksi pak polusi dan sekaligus menawarkan berbag kungan. Jadi konsep ini menyediakan berbaga oduksinya yang tidak menghasilkan polusi dan

k setelah selesai digunakan, dan tidak me lam suatu proses akan menjadi residual yan li sebagai input bagi proses lainnya yang bia

melakukan integrasi tanaman-ternak diper aranya adalah: (1). Mampu menjamin ingkatkan pemanfaatan produk sampingan dan

kungan) (3). Meningkatkan pendapatan mela Meningkatkan produktivitas tanaman melalu i ternak (Gambar 1).

. Konsep Sistem Pertanian Bioindustri Spesifik

rnak sapi dengan tanaman padi merupak dalam konsep bioindustri spesifik Bengku s dan urine.Feses ini dapat dimanfaatkan nergi dan bisa juga sebagai pupuk organik anaman padi. Dari proses biogas, limbah dari

ksi yang mampu agai produk yang agai siklus produk n tidak ada akhir menjadi sampah. yang tetap dapat iasa disebut zero eroleh beberapa keberkelanjutan an meminimalkan elalui peningkatan lalui penambahan

sifik Lokasi

akan salah satu kulu.Ternak sapi n menjadi biogas ik yang langsung ari kotoran ternak


(24)

akan diberikan juga ke tanaman padi sebagai pupuk organik. Bagian lain dari kotoran ternak sapi adalah dalam bentuk cairan yaitu urine.Bagian cairan ini dapat difermentasi atau diolah menjadi pupuk cair dan pestisida organik yang dapat diberikan kepada tanaman padi. Di sisi lain, tanaman padi menghasilkan limbah pertanian berupa jerami, sekam, menir, dan dedak. Jerami dan dedak padi dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi.

Pembangunan pertanian dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan teknologi alat dan mesin pertanian (Tambunan dan Sembiring, 2007).Unadi dan Suparlan (2011) menyatakan bahwa fungsi dari alat dan mesin pertanian adalah untuk: (1). Mengisi kekurangan tenaga kerja manusia dan ternak yang semakin langka; (2). Meningkatkan produktivitas tenaga kerja; (3). Meningkatkan efisiensi usahatani melalui penghematan tenaga, waktu dan biaya produksi; (4). Menyelamatkan hasil dan meningkatkan mutu produk pertanian (Gambar 2).


(25)

Sistem pertanian-bioindustri adalah untuk menghasilkan pangan sehat, beragam dan cukup. Sebagai negara dengan sumber keanekaragaman hayati sangat tinggi dengan masyarakatnya yang juga sangat plural, maka sistem pertanian pangan harus mampu memanfaatkan pangan yang beragam untuk kebutuhan masyarakat beragam sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayahnya (Kementerian Pertanian, 2014).

Selain untuk kebutuhan pangan sehat, pertanian-bioindustri ditujukan untuk menghasilkan produk-produk bernilai tinggi. Pilihan prioritas pengembangan produk-produk pertanian-bioindustri dilandasi pertimbangan nilai tambah tertinggi yang dimungkinkan dari proses biorefinery. Orientasi pada pengembangan produk-produk bernilai tambah tinggi akan menciptakan daya saing pertanian-bioindustri yang tinggi. Daya saing dicirikan oleh tingkat efisiensi, mutu, harga dan biaya produksi, serta kemampuan untuk menerobos pasar, meningkatkan pangsa pasar, dan memberikan pelayanan yang profesional (Kementerian pertanian, 2014).

2.2 Hasil- hasil Penelitian/ Pengkajian

Produk utama yang diharapkan dari pertanaman padi adalah beras. Hasil samping dari pertanaman padi adalah jerami, sekam, dedak/ bekatul, dan menir. Beras dapat berfungsi sebagai pangan pokok, pangan fungsional dan panganan (Hendriadi dan Hendayana, 2014).

Dalam proses penggilingan padi menjadi beras diperoleh hasil samping berupa sekam (15-20% ), dedak (8-12% ), dan menir (5% ) (Widowati, 2001). Jerami dan dedak dapat digunakan sebagai pakan alternatif untuk ternak sapi. Selain untuk pakan, jerami juga dapat digunakan sebagai pupuk organik melalui pengomposan (Gambar 3).


(26)

G

Jerami padi jumlahnya yang bany padi dihasilkan 5-7 pemeliharaan 2 ekor sa dengan berat badan Kelemahan dari jeram daya cerna relatif ren serat kasar dan kada kebutuhan hidup po (2005) dan Martawidja I R 64 adalah bahan lemak kasar 3,88% , a

Agar jerami p hasil yang optimal, padaternak. Pra perla

Gambar 3. Pohon I ndustri dari Komoditas Pad

i sangat potensial sebagai sumber pakan nyak dan mudah diperoleh. Dalam setiap hekt -7 ton jerami kering dan mampu men or sapi. Bahan jerami kering yang diperlukan un

an 300 kg adalah 6 kg/ hari atau 2% dari rami padi ini adalah kandungan gizi, vitamin rendah (Kushartono, 2001; Sutrisno dkk., 200 adarproteinnya yang rendah belum mampu u pokok ternak ruminansia (Trisnadewi dkk., idjaja (2003) melaporkan bahwa komposisi kim

n kering 91,29% , proteinkasar 4,10% , serat , abu 21,35% dan bahan organik 69,94% . i padi dapat digunakan sebagai pakan terna

l, maka perludilakukan pra perlakuan seb rlakuan tersebut dimaksudkan untukmenurun adi.

n ternak karena ktare pertanaman endukung untuk untuk 1 ekor sapi ari bobot ternak. in, mineral serta 006). Kandungan untukmemenuhi ., 2011). Preston imiawijerami padi at kasar 33,35% ,

nak dan memberi sebelum diberikan unkan kadar serat


(27)

kasar yang tinggi dan meningkatkan kadar protein jerami padi, dengan prosesamoniasi dan fermentasi menggunakan bantuan bakteri selulolitik (Wina, 2005). Wiyono (1989) melaporkan bahwa salah satu teknik yang mudah, praktis, murah adalah dengan cara amoniasi, yaitu teknik penyimpanan jerami padi dengan penambahan amonia. Amonia berfungsi dan berperan dalam melarutkan sebagian dari mineral silika, memuaikan serat kasar sehingga memudahkan penetrasi enzim, dan meningkatkan kandungan protein kasar. Sebagai sumber amonia adalah urea. Teknologi amoniasi dapat meningkatkan kandungan protein kasar jerami padi kering maupun segar di atas 10% sehingga memenuhi persyaratan untuk pakan ternak (Martawidjaja, 2003).Pada penggemukan sapi PO dengan pakan dasar jerami padi teramoniasi ditambah konsentrat 4 kg/ ekor/ hari menghasilkan Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) sebesar 0,717 kg/ ekor/ hari (Daryanti dkk., 2002).

Akhir-akhir ini digalakkan usaha perbaikan lahan dengan pengembalian jerami (Direktorat Pengelolaan lahan, 2009). Kandungan hara N, P, K, dan S pada jerami berturut-turut adalah 0,5-0,8% ; 0,07-0,12% ; 1,2 – 1,7% ; dan 0,05-0,10% ) (Dobermann dan Fairhurst, 2000; Prasetiyono dkk., 2007). Pengomposan jerami mampu meningkatkan kandungan unsur hara P, K, Na, Ca, Mg, Mn, dan Cu.

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pupuk organik akan lebih efektif apabila secara bersama digabung dengan limbah ternak (kotoran ternak) melalui proses fermentasi sehingga unsur hara pupuk organik yang dihasilkan dapat lebih mudah diikat didalam tanah. Limbah ternak (urine dan feses) mengandung bahan organik yang sangat pent ing dalam memperbaiki kesuburan tanah.Lahan sawah memerlukan pupuk organik untuk mempertahankan kesehatan tanah serta kecukupan unsur hara tanaman. Penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat merusak kondisi tanah sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Penurunan kandungan bahan organik pada sebagian lahan sawah menuntut perlunya penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas tanah. Dilain pihak, usaha peternakan terutama ternak ruminansia memberikan peluang yang besar untuk menghasilkan kotoran yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Di samping itu, limbah-limbah pertanian juga berpotensi digunakan sebagai bahan baku pupuk organik (Budi Haryanto, 2002).


(28)

Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran (feses) sebanyak 8-10 kg setiap hari. Dari kotoran sapi sebanyak ini dapat dihasilkan 4-5 kg pupuk organik/ hari setelah melalui diolah. Penggunaan pupuk organik pada lahan sawah rata-rata 2 ton/ ha/ musim, sehingga pupuk organik yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi lahan sawah seluas 1,8 – 2,7 ha untuk dua musim tanam padi (Badan Litbang Pertanian, 2002).

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah yang pada akhirnya memiliki dampak positif pada peningkatan hasil panen, sehingga mewujudkan usaha agribisnis yang berdaya saing dan ramah lingkungan. Pembuatan pupuk kompos dari limbah ternak yang dicampur dengan jerami padi memiliki kandungan hara yaitu: pH (7,15); N-total (0,64 % ), C-organik (9,31 % ), P2O5 (0,02 % ), K2O (0,59 % ), dan C/ N (14,55) (Elma Basri).

Standar kualitas kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 minimum mengandung Nitrogen (N) 0,40% , Fosfor (P2O5) 0,1% danKalium (K2O) 0,20% . Kandungan N

dalam kompos berasal dari bahan organik kompos yang didegradasi oleh mikroorganisme, sehingga berlangsungnya proses degradasi (pengomposan) sangat mempengaruhi kandungan N dalam kompos. Kandungan (P2O5) dalam

komposan diduga berkaitan dengan kandungan N dalam komposan. Kalium (K2O)

tidak terdapat dalam protein, elemen ini bukan elemen langsung dalam pembentukan bahan organik, kalium hanya berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substrat sebagai katalisator, dengan kehadiran bakteri dan aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalium. I mbangan feses sapi potong dan sampah organik 25 : 75 menghasilkan kualitas kompos terbaik (N = 2.18% ; P = 1,17% dan K = 0,95% ) (Hidayati dkk., 2010).

Potensi pengembangan biogas di Provinsi Bengkulu masih cukup besar. Setiap 1 ekor ternak sapi/ kerbau dapat dihasilkan + 2m3 biogas/ hari. Potensi ekonomis biogas sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah (Ali dkk., 2010).Residu pembuatan biogas, dalam bentuk kompos merupakan sumber pupuk organik bagi tanaman, sekaligus sebagai pembenah tanah (soil amendment) (Budi Haryanto, 2009).

Kompos adalah bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi, baik secara alam maupun karena perlakuan manusia dengan memberikan


(29)

aktivator berupa mikro organisme dekomposer. Proses pengomposan dapat dilakukan secara aerob (proses pengomposan yang memerlukan udara bebas), maupun secara anaerob (proses pengomposan yang tidak memerlukan udara bebas). Proses pengomposan secara aerob biasanya berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan secara anaerob. Bahan organik merupakan hasil lapukan sisa-sisa tanaman/ tumbuh-tumbuhan atau hewan yang penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Bahan organik merupakan sumber hara tanaman, merupakan sumber energi dari sebagian besar organisme tanah, media penyimpanan hara bagi tanaman, sehingga mempunyai potensi dalam memperbaiki potensi tanah dan hasil tanaman.

Beberapa peranan bahan organik tanah diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menjaga kelembaban tanah. Bahan organik tanah terutama yang telah menjadi humus, dengan C/ N 20 dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari bobotnya. Karena kandungan air tersebut, humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air, sehingga kelembaban tanah akan lebih baik.

2. Menawarkan sifat racun dari Al dan Fe. I on-ion Al dan Fe yang bebas dalam tanah dapat diikat oleh bahan organik. Proses ini adalah proses kimia, sehingga kelarutan Al dan Fe dalam tanah yang semula tinggi dan bersifat racun bagi tanaman dapat dikurangi. Dengan berkurangnya kadar Al dan Fe pada penggunaan bahan organik, maka pengapuran (Ca) tanah yang bertujuan untuk mengurangi keracunan Al dan Fe juga dapat dikurangi. 3. Penyangga hara tanaman. Bahan organik yang berbentuk humus dapat

menahan hara tanaman menjadi bentuk tidak larut dan tidak mudah tercuci air hujan. Makin tinggi kadar bahan organik, makin banyak hara dapat ditahan, sehingga bahan organik dapat berfungsi sebagai gudang atau media penyimpanan hara tanaman dan pemupukan anorganik yang dilakukan dapat lebih efisien.

4. Membantu meningkatkan penyediaan hara tanaman. Bahan organik berfungsi sebagai gudang penyimpanan hara, juga mudah melepaskan hara tersebut untuk dipakai oleh tanaman. Fosfat yang semula terikat oleh Al dan Fe dan


(30)

tidak dapat diserap tanaman akan menjadi tersedia bila unsur-unsur Al dan Fe tersebut diikat oleh bahan organik.

5. Memperbaiki suhu tanah. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi, sebaliknya juga dapat menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas rendah. Karena itu walaupun permukaan tanah mendapat panas yang tinggi dari sinar matahari, tetapi tanah bagian bawah tidak terlalu terpengaruh.

6. Memperbaiki aktivitas mikro organisme. Bahan organik adalah sumber energi atau menjadi bahan makanan bagi jasad mikro yang hidup dalam tanah. Bahan organik yang masih segar atau yang belum menjadi humus akan dirombak, dan kehidupan jasad mikro dalam tanah menjadi stabil setelah humus terbentuk

7. Memperbaiki struktur tanah. Sifat humus dari bahan organik adalah gembur, sehingga percampurannya dengan tanah memberikan struktur tanah yang gembur dan mudah diolah. Struktur tanah yang demikian merupakan keadaan fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang berstruktur liat, berpasir, atau tanah yang berstruktur gumpal, bila dicampur dengan bahan organik akan memberikan sifat fisik yang lebih baik.

8. Meningkatkan efisiensi pemupukan. Pemupukan dengan pupuk anorganik (pupuk pabrik). Dengan pemberian bahan organik, pemberian pupuk anorganik dapat diberikan lebih sedikit dan hasil optimum yang dicapai dapat lebih tinggi.


(31)

I I I . METODOLOGI

3.1 Ruang Lingkup

Pengkajian dilakukan selama 3 tahun, mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Pengkajian dilakukan melalui survey, pengkajian lapangan, display, demplot, pelatihan, dan analisis laboratorium. Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Seluma dengan ruang lingkup sebagai berikut: (1). Koordinasi internal dan antar instansi (2). PRA, penyusunan desain dan road map model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi (3). I nisiasi penumbuhan/ pembangunan model sistem pertanian bioindustri dan lembaga pelaksananya (4). Budidaya tanaman padi aromatik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (5). Pemeliharaan ternak sapi dan pengaturan tata laksana perkandangan (6). Efisiensi usaha tani padi dan sapi (7). Pembuatan tempat prosesing pakan dan kompos (8). Pembuatan instalasi biogas (9). Pembuatan instalasi biourine (10). I nventarisasi RMU, kinerja mesin dan tenaga pengelolanya (11). Mendisain dan membuat kemasan produk-produk bioindustri (12). Pembinaan dan penguatan peran lembaga pelaksana dan pendukung model pertanian bioindustri (13). Percepatan penyebarluasan inovasi teknologi dalam model sistem pertanian bioindustri.

3.2 Waktu dan Tempat

Pengkajian model sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi dilaksanakan mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Kegiatan dilaksanakan di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma.Kabupaten Seluma memiliki lahan sawah seluas 20.150 Ha dan merupakan kabupaten yang memiliki lahan sawah terluas di Provinsi Bengkulu. Di samping itu, Kabupaten Seluma memiliki potensi untuk pengembangan komoditi peternakan, seperti ternak sapi, kerbau, kambing, domba, ayam buras, itik, dan ayam broiler. Ternak sapi di Kabupaten Seluma pada tahun 2012 berjumlah 19.122 ekor dan merupakan salah satu komoditas peternakan utama. Di sisi kelembagaan, Kabupaten Seluma memiliki kelompok tani sebanyak 526 kelompok dengan anggota berjumlah 11.436 orang serta gabungan kelompok tani (Gapoktan) sebanyak 120 Gapoktan dengan anggota berjumlah 3.120 orang lebih. Kelas kelompok tani yang ada masih didominasi kelas pemula yaitu 488 kelompok.


(32)

3.3 Metode

1. Menyusun database (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi/ identifikasi kebutuhan inovasi (teknologi dan lembaga) dan menyusun desain pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.

Prosedur :

1. Penelusuran alur sejarah desa 2. Pengambilan potret profil desa 3. Penyusunan kalender musim 4. Pembuatan peta desa 5. Penelusuran desa/ transect.

6. Pembuatan diagram venn/ kelembagaan 7. Wawancara keluarga tani

8. Kajian kebutuhan dan peluang

2. Membangun/ menumbuhkan dan mengimplementasikan desain/ model pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi. Prosedur :

1. Penyusunan rencana kegiatan melalui identifikasi permasalahan serta merumuskan tindakan dan aksi kegiatan yang mempunyai titik ungkit tinggi.

2. I mplementasi model/ design melalui sosialisasi, pelatihan, prosesing, packing, demplot dan pemasaraan produk-produk bioindustri.

3. Budidaya padi aromatik pada sawah irigasi

4. Analisis kandungan produk biopestisida dan pupuk cair urine sapi 5. Analisis residu pestisida dalam beras

6. Analisis kandungan hara dalam kompos

7. Efikasi biopestisida dan pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil serta kualitas beras

8. Kandungan nutrisi pakan ternak (jerami/ dedak) 9. Perbaikan kandang sapi

10. Pembuatan tempat prosesing pakan dan kompos 11. Pembuatan instalasi biogas

12. Pembuatan instalasi prosesing biourine

13. I nventarisasi RMU, kinerja mesin dan tenaga pengelolanya 14. Analisa gabah, dan beras


(33)

15. Desain dan pengadaan kemasan produk-produk bioindustri Analisis Data :

1. Analisis kandungan hara dalam tanah pH H2O (pH meter), C-organic (Walkley and Black), N-total (Kjedahl), P (Metode Bray), K (ekstrak NH4OAc), Na (Ekstrak NH4OAc), Ca-dd (Ekstrak NH4OAc), Mg-dd (Ekstrak NH4OAc) (Balai Penelititan Tanah, 2005).

2. Analisis Kandungan hara dalam kompos N-total (Kjedahl), P (Metode Bray), K (ekstrak NH4OAc), pH H2O (pH meter) (Balai Penelititan Tanah, 2005).

3. Pengukuran komponen pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah anakan) dan generatif tanaman (hasil produktivitas padi)

4. Pengukuran kualitas beras berdasarkan SNI 6128-2008 (Badan Standarisasi Nasional, 2008)

3. Meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholdersyang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi. Prosedur :

1. Sosialisasi kegiatan sistem pertanian Bioindustri berbasis integrasi padi-sapi pada stakeholder dan kelompok tani

2. Temu lapang panen padi varietas inpari 23 dan sintanur

3. Pelatihan pembuatan kompos dan pembuatan pestisida biourine

4. Pelatihan pemanfaatan biogas, pengemasan berasa dan managemen pemasaran

5. Launching produk-produk pertanian bioindustri

4. Meningkatkan peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian dari komponen model pertanian bioindustri.

Prosedur:

1. Melakukan pelatihan administrasi kelompok berupa administrasi keuangan dan administrasi kegiatan.

2. Mengaktifkan peran lembaga yang ada di desa (PKK, Kios tani, KUBE, Koperasi, Kelompok Tani dan Sekolah) sebagai agen pemasaran (marketing agents).


(34)

3. Menjalin kerjasama dengan SKPD (Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, BP4K, dan Perguruan Tinggi) dalam hal kebijakan.

4. Menjalin kerjasama dengan koperasi, mini market/ swalayan, pedagang dalam pemasaran produk beras aromatic.

5. Meningkatkan efisiensi usahatani padi dan sapi dalam pertanian bioindustri berbasis integrasi sapi/ padi.

Prosedur:

1. Meminimalisir penggunaan input usahatani padi dan sapi melalui implementasi rekomendasi teknologi bioindustri berbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasi.

Analisis data:

1. Mengetahui besarnya pendapatan bersih petani dari usahatani padi dan sapi digunakan “Analisa biaya dan pendapatan” dengan rumus menurut (Bishop dan Toussaint, 1979), yaitu :

NR = TR-TC, TR = Tp x P dan TC = FC + VC dimana

NR = Net Revenue atau pendapatan bersih TR = Total Revenue atau pendapatan kotor TC = Total Cost atau total biaya yang dikeluarkan Tp = Total Produksi

P = Tingkat Harga,

FC = Fixed Cost atau Biaya Tetap VC = Variable Cost atau Biaya Variabel

2. Untuk mengukur peningkatan efisiensi usahatani padi – sapi digunakan analisi B/ C ratio (benefit cost ratio) dengan membandingkan pendapatan sistem usahatani integrasi padi – sapi dan non integrasi.


(35)

I V.

HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1 Koordinasi I nternal dan Antar I nstansi

Koordinasi internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan tim dalam perencanaan kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi – Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu yang dilaksanakan di Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma. Dalam pertemuan rutin yang dilaksanakan tiap bulannya dibahas mengenai kemajuan kegiatan, hambatan dan kendala pada pelaksanaan kegiatan, tingkat serapan dana, pencapaian dan rencana tindak lanjut pada kegiatan.

Koordinasi antar instansi terkait di tingkat Kabupaten dilaksanakan dalam bentuk kunjungan dan pemaparan maksud kegiatan kepada Stakeholders, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Seluma, Bappeda, Dinas Koperasi, BP4K dan Lurah Rimbo Kedui). Selain dengan Stakeholders kabupaten juga dilakukan koordinasi dengan stakeholders tingkat provinsi yang berkaitan dengan teknis, kebijakan, pemasaran maupun perijinan dan sertifikasi. Dinas/ instansi Provinsi yang berkaitan dengan pelaksanaan dan keberlanjutan Model sistem pertanian bioindustri diantaranya adalah Dinas pertanian, Bakorluh, BPSB, Badan POM, Dinas Perindustrian, swasta (pengusaha kemasan dan pedagang beras).

Koordinasi dengan stakeholdersterkait ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi, memperoleh informasi mengenai kondisi agroekosistem wilayah pengkajian, perluasan jaringan kerjasama (Networking), dukungan kebijakan, dan juga ketersediaan sarana produksi yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pengkajian.

Koordinasi dengan institusi penyedia inovasi teknologi di lingkup Badan Litbang pertanian dan di luar lingkup Badan Litbang Pertanian, misalnya perguruan tinggi juga dilakukan. Koordinasi dengan institusi lingkup Badan Litbang Pertanian diantaranya adalah dengan Puslitbangtan, BB Padi, BB Pengkajian, Balitnak, dan BB Pasca Panen. Koordinasi di luar lingkup Badan Litbang Pertanian diantaranya adalah dengan UNI B, UMB, dan perusahaan swasta penyedia kemasan untuk packing produk-produk yang dihasilkan dalam kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri di Kabupaten Seluma.


(36)

4.2 Participatory Rural Apraisal ( PRA) 4.2.1 Pelaksanaan PRA

Kegiatan PRA Kawasan Bioindustri Padi - Sapi di laksanakan pada tanggal 21-23 Mei 2015 di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma. Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang petani, 6 orang peneliti/ penyuluh/ staf BPTP Bengkulu, Lurah Rimbo Kedui, Kepala BP3K Talang Datuk dan Penyuluh Lapang Desa Rimbo Kedui.

Lingkup kegiatan PRA dibatasi pada penggalian informasi yang berhubungan dengan kegiatan usaha tani padi dan ternak sapi serta kelembagaan (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Metode PRA yang dilaksanakan meliputi pembuatan peta desa, pembuatan transek dan penetapan prioritas masalah. I nformasi diperoleh berdasarkan data sekunder, wawancara dengan petani, wawancara dengan key person (tokoh masyarakat, Lurah, dan ketua kelompok tani), pengamatan langsung ke lapangan (observasi), diskusi/ curah pendapat dengan masyarakat desa. Kegiatan PRA diakhiri dengan wawancara mendalam dengan anggota kelompok tani, sertapemaparan hasil PRA kepada masyarakat desa, tokoh-tokoh masyarakat, petugas lapang, Lurah.

Kelurahan Rimbo Kedui merupakan bagian dari Kecamatan Seluma Selatan yang merupakan I bukota Kabupaten Seluma. Jumlah penduduk Kelurahan Rimbo Kedui sebanyak 1.920 orang dengan 998 orang laki-laki dan 922 orang perempuan. Jumlah KK mencapai 423 dan 148 diantaranya keluarga sejahtera. Luas wilayah Kelurahan Rimbo Kedui mencapai 8 km2 dengan ketinggian 40 m dpl. Struktur Organisasi Kelurahan Rimbo Kedui disajikan pada Gambar 4.


(37)

Gambar 4. Struktur Organisasi Kelurahan Rimbo Kedui

Mayoritas penduduk Kelurahan Rimbo Kedui bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 1.017 orang dan yang lain sebagai anggota Polri, PNS, buruh, dan swasta. Tingkat pendidikan di Kelurahan Rimbo Kedui beragam, mulai dari tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan terbanyak didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 773 orang.

Penggunaan lahan di Kelurahan Rimbo Kedui sangat beragam, terbagi dalam penggunaan lahan pertanian, lahan perkebunan, lahan pekarangan, pemukiman, perkantoran dan lain-lain. Lahan pertanian dominan digunakan

Kasi Pemerintahan Renawi, SH

NI P 196207081991031003

Haryadi

Kasi Pembangunan Marzen, SH

NI P 198408012005021004

Kasi Pelayanan Umum Nuver Santri, S.Pd NI P 198311142011002

Atik Kurniawati Lurah

Dedi Kurdianto, SP, M.Si NI P 197605302006041014

Sekretaris Lurah

Ketua RW I Ketua RW I I Ketua RW I I I

Ketua RT 1 Ketua RT 2 Ketua RT 3

Ketua RT 1 Ketua RT 2 Ketua RT 3

Ketua RT 1 Ketua RT 2


(38)

untuk sawah irigasi dengan tanaman utama adalah padi. Lahan perkebunan paling banyak diusahakan penduduk adalah sebagai kebun sawit dan pekarangan dimanfaatkan untuk beternak sapi, kambing, dan ayam. Penggunaan lahan lainnya adalah untuk kolam/ tebat/ empang.

Penggunaan lahan oleh masyarakat Kelurahan Rimbo Kedui terjadi perubahan setiap tahunnya. Sering terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke lahan perkebunan dan bangunan. Kebutuhan penduduk akan tempat tinggal menjadikan salah satunya lahan pertanian atau perkebunan untuk dijadikan pemukiman. Keinginan yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan menjadikan lahan pertanian dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan.

Karakteristik tanah di wilayah Kelurahan Rimbo Kedui yaitu tanah hitam lempungan dengan kandungan gambut tinggi dan regosol endapan dengan kedalaman 0,15 m, kemiringan tanah antara 2-80. Kondisi lahan pertanian yang diusahakan antara lain sawah irigasi, tadah hujan, lahan kering dan rawa dengan total luas 510 ha. Usaha tani yang menjadi mata pencaharian masyarakat Kelurahan Rimbo Kedui yang utama antara lain tanaman padi, kelapa sawit dan peternakan sapi. Rincian lahan berdasarkan ekosistemnya adalah sebagai berikut: sawah irigasi 158 ha, sawah tadah hujan, lahan kering basah 32 ha, lahan kering 95 ha, dan rawa lebak 150 ha.Luas lahan menurut subsektor usaha tani tahun 2014/ 2015 disajikan pada Tabel 1 dan pola tanam nya pada Tabel 2.


(39)

Tabel 1. Luas Lahan Menurut Subsektor Usaha Tani Kelurahan Rimbo Kedui Tahun 2014/ 2015

No Subsektor/ komoditi Luas lahan (ha)/ populasi (ekor) Produksi rata-rata (ton/ ha)/ (kg/ ekor) Total produksi (ton/ th)

1. Tanaman pangan dan hortikultura:

a. Padi sawah

b. Jagung

c. Kacang tanah

d. Sayuran/ cabe merah

e. Ubi kayu

f. Ubi jalar

g. Jeruk h. Semangka 395 30 10 5 8 20 1 5 6,5 5,5 2 1 8 7 25 20 2.054 165 20 5.000 64.000 140.000 25.000 100.000 2. Tanaman perkebunan :

a. Kelapa sawit

b. Karet c. Kelapa 296,5 -3 2,509(bln) -40.000 butir 741,25 (bln) -120.000 butir 3. Peternakan :

a. Ayam Buras

b. Sapi

c. Kambing/ domba

d. Enthok/ bebek

5.300 310 531 1200 1 100 45 1,5 5.300 31.000 23.895 1.800 4. Perikanan :

a. Kolam/ tebat 12.000 1kg/ ekor 12.000

Sumber data : Ketua Kelompok Tani

Tabel 2. Pola Usahatani di Kelurahan Rimbo Kedui Tahun 2015.

No. Uraian Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Lahan sawah

Padi sawah

Padi sawah

Palawija 2. Lahan pekarangan

Buah-buahan

Sayuran 3. Peternakan

Ternak besar

Unggas 4. Perikanan


(40)

Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang utama ditanam oleh petani. Dalam satu tahun ada tiga musim tanam tanaman padi ditanam pada dua musim pertama. Pada musim kedua ditanami dengan tanaman palawija terutama jagung. Produksi tanaman pangan, palawija, dan hortikultura di Kelurahan Rimbo Kedui masih dapat ditingkatkan. Beberapa upaya dalam rangka meningkatkan produksi tanaman pangan, palawija, dan hortikultura antara lain :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi padi dan palawija dengan cara penerapan teknologi buidaya yaitu penggunaan varietas unggul dan mutu benih, pengolahan tanah, pengaturan jarak tanam, pemupukan sesuai anjuran, pengendalian hama penyakit serta panen dan pascapanen menjadi lebih baik dan meningkat dari sebelumnya. Disamping itu manajemen yang baik dengan melaksanakan intensifikasi.

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman hortikultura dan buah-buahan yang meliputi cabe, ubi kayu, ubi jalar, semangka, jeruk melalui penerapan teknologi dan peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) petani.

Pengelolaan usaha peternakan, khususnya sapi sudah dilakukan secara intensif yaitu dikandangkan dengan pemberian pakan yang baik oleh peternak. Potensi pakan di wilayah Kelurahan Rimbo Kedui masih banyak sehingga populasi ternak sapi masih dapat ditingkatkan. Minimnya pengetahuan petani tentang pemanfaatan dan pengolahan pakan berbasis jerami serta hijauan pakan ternak yang memiliki nilai gizi yang baik bagi ternak mereka, menjadi salah satu pembatas dalam peningkatan kapasitas pemeliharaan ternak. Upaya-upaya yang dilakukan dalam bidang peternakan, antara lain adalah :

1. Meningkatkan populasi dan produksi ternak sapi, kambing, ayam buras, itik melalui cara penerapan usahatani yang lebih baik.

2. Meningkatkan penerapan teknologi pemeliharaan sapi, kambing, domba, ayam buras dan enthok dengan penggunaan bibit unggul, sistem perkandangan, pemberian pakan.

3. Pengembangan hijauan makanan ternak melalui pembibitan rumput unggul. Tingkat penerapan teknologi pada tanaman pangan dan perkebunan di Kelurahan Rimbo Kedui diukur dengan menggunakan lima indikator, meliputi benih varietas unggul, pengolahan tanah, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, pengairan, dan pasca panen. Tingkat


(41)

penerapan komponen teknologi pada budidaya tanaman pangan di Kelurahan Rimbo Kedui tergolong dalam kategori tinggi. Dari lima komponen yang menjadi indikator, terdapat komponen benih, pengolahan tanah dan pasca panen yang terkategori tinggi. Hal ini menjadikan produktivitas tanaman pangan di Kelurahan Rimbo Kedui tergolong tinggi. Karena komponen teknologi pasca panen tidak berkaitan langsung dengan peningkatan produktivitas. Kesadaran masyarakat pertanian untuk meningkatkan hasil pertanian merupakan modal yang besar. Penerimaan terhadap teknologi yang baru begitu mudah sehingga langsung dapat diterapkan. I novasi teknologi baru di wilayah Kelurahan Rimbo Kedui selalu diharapkan. Tingkat adopsi teknologi beberapa komoditas tanaman secara rinci disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.Tingkat Penerapan Teknologi Usahatani Tanaman Pangan dan Perkebunan di Kelurahan Rimbo Kedui Tahun 2015.

No. Sub Sektor/ Komoditi

Benih (% )

Pengolahan Tanah (% )

Pemupukan (% ) Pengairan (% ) Pasca Panen (% ) 1. Tanaman Pangan

Padi sawah

Jagung

Kacang tanah

Cabai 90 90 60 85 95 60 70 60 40 25 10 30 50 20 20 30 60 75 80 80 2. Tanaman Perkebunan

Kelapa sawit

Kelapa 75 80 0 0 55 50 -85 90

Kelembagaan petani yang ada di Kelurahan Rimbo Kedui terdiri dari kelompok tani dan gabungan kelompok tani. Didamping itu ada kelompok perkebunan, kelompok wanita tani (KWT), kelompok ternak dan kelompok pengolahan hasil. Untuk mendukung pemberdayaan kelompok tani ada beberapa lembaga antara lain RMU, kios pupuk, RPH dan pasar. Data kelompok tani disajikan pada Tabel 4.


(42)

Tabel 4. Data Kelompok Tani Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma Tahun 2015.

No Nama Poktan Jumlah

anggota (orang) Luas lahan (ha) Pengurus

Ketua Sekretaris Bendahara 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Harapan Maju Margo Suko I Panca Usaha Rimbo Damar Serunting Sakti Tunas Harapan Tunas Harapan I I Rawa Sari (perkebunan) KWT Melati I I

KWT Harapan Maju Sumber Makmur (ternak) Sauyunan

Alhasnah (olah hasil) Sauyunan Wanita (telur asin) Mawar (opak)

Ketela (keripik) I na (tempe)

27 33 46 27 24 22 25 25 20 25 15 14 15 15 15 10 10 19 21 27,25 19 27 21,25 22 22,75 0,50 0,70 -Mispan Boirin Sarmin Usep Syahiril Akraludin Suparma Sugito Meli A Sumi L Boirin Usep Yoto Sabidah Upik Rohayati Narti Nurhakim Puji Lestari Dahniar Yadi Mulyan Eri D Subarna Ridwan Titi Elmi Da Suyotok Baharudin Alip S. Ratim Suwito Heriadi Sopian T Deti H Sarmanul H Rasdi Sujadi Yunarti -Gupuh Ade a. Sugianto

Terdapat beberapa lembaga masyarakat dan kepemudaan yang mendukung kegiatan pembangunan di Kelurahan Rimbo Kedui. Lembaga masyarakat dan kepemudaan yang berada di Kelurahan Rimbo Kedui disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Lembaga Masyarakat dan Kepemudaan di Kelurahan Rimbo Kedui Tahun 2015.

No. Nama Lembaga Jumlah

1. Gabungan Kelompok Tani 1

2. Kelompok Tani, Ternak, Perkebunan dan KWT 12

3. Kelompok Majlis Taklim 1

4. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 5

5. Karang Taruna 1

6. KUD

-7. Pos KB/ Posyandu 1

8. PKK 1

Lembaga yang ada di Kelurahan Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma terdiri dari karang taruna, remaja masjid, kelompok tani, posyandu, pasar, PAUD/ SD/ SMA, PKK, Majlis Taklim, Koperasi, KUBE. Karang taruna, majlis ta’lim, masjid saling beririsan satu dan yang lain dan beririsan dengan masyarakat. Hal ini berarti ketiga organisasi tersebut saling


(43)

berpengaruh dan sangat berperan dalam masyarakat terutama masjid. PAUD, SD dan SMA sudah sangat berperan dalam masyarakat, terutama dalam kegiatan pendidikan di Kelurahan Rimbo Kedui. Posyandu, Puskesmas dan PKK sangat berperan dalam pembangunan di bidang kesehatan. Mayoritas masyarakat telah memanfaatkan sarana dan pra sarana posyandu dan Puskesmas dengan dukungan penuh dari PKK. Kios tani memberikan dukungan yang besar terhadap pertanian, perkebunan dan peternakan. Kelompok tani menjadi tumpuan pembangunan pertanian didukung oleh penyuluh dan pihak kelurahan. Pasar menjadi tumpuan masyarakat Kelurahan Rimbo Kedui dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga peranannya sangat besar. Lembaga masyarakat yang ada di Kelurahan Rimbo Kedui digambarkan pada diagram venn (Gambar 5).

Sumber : Data primer yang diperoleh dari wawancara dengan key person Gambar 5. Diagram Venn Kelembagaan Kelurahan Rimbo Kedui.

4.2.2 Penyusunan Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri

Prinsip dari konsep bioindustri adalah proses produksi yang mampu menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang tidak merusak lingkungan. Jadi konsep ini menyediakan berbagai siklus produk

Masyarakat

Posyandu

SD

PAUD

SMA

Masjid BKKBN

Kios tani

Karang taruna

PKK

Majlis

Ta’lim

Pasar

Puskesmas

KUBE

Kelompo ktani Kantor lurah

Kantor camat

koperasi

Kantor pos


(44)

melalui proses produksi yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah. Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero waste.

Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri disusun berdasarkan desk study dan diperkuat dan dimantapkan oleh hasil penggalian kajian potensi dan peluang pengembangan kawasan melalui PRA. Hasil PRA menunjukkan bahwa Kelurahan Rimbo Kedui mempunyai potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagaan pendukung yang cukup sesuai untuk pelaksanaan Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis sistem integrasi padi-sapi spesifik lokasi. Hasil PRA menunjukkan bahwa luas lahan sawah di Kelurahan Rimbo Kedui mencapai 395 ha dan populasi sapinya mencapai 310 ekor. Padi dan sapi merupakan komoditas pertanian yang dominan diusahakan oleh masyarakat Kelurahan Rimbo Kedui.

Kedua komoditas tersebut dapat diintegrasikan dalam upaya membangun model sistem pertanian bioindustri yang spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu. Pada integrasi ini, ternak merupakan komponen pendukung dari usahatani padi. Komoditas padi yang lebih diprioritaskan dan difokuskan dalam peningkatan nilai tambah, diversifikasi produk dan pemanfaatan limbahnya. I ntegrasi padi-sapi potong memiliki prospek yang cerah sebagai embrio berkembangnya agribisnis yang berdaya saing dan memiliki keunggulan spesifik.

Usaha pemeliharaan ternak sapi pada daerah persawahan akan bermanfaat ganda yaitu jerami padi sebagai pakan yang tersedia sepanjang tahun dengan jumlah yang tidak terbatas dengan harga murah dan sebagai sumber pupuk kandang bisa menjadi hasil sampingan bernilai ekonomi tinggi(Gambar 6). Pupuk kandang tersebut dapat menjadi bahan pupuk organik untuk tanaman padi dan tanaman lainnya.


(45)

Gambar 6. Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi-Sapi di Kabupaten Seluma.

Gambar 6 menunjukkan bahwa sistem pertanian bioindustri memandang lahan pertanian tidak semata-mata merupakan sumberdaya alam, namun juga dipandang sebagai industri yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan untuk ketahanan pangan maupun produk lain yang dikelola menjadi bioenergi serta bebas limbah dengan menerapkan prinsip mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang (reduce, reuse dan recycle).

Prinsip dari pertanian bioindustri adalah proses produksi yang mampu menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang tidak merusak lingkungan. Jadi dalam model pertanian ini menyediakan berbagai siklus produk melalui proses produksi yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah. Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero waste.

Oleh karena itu perlu inovasi teknologi dari yang bersifat aplikatif sampai dengan yang komplek sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk, diversifikasi produk yang bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan serta efisien. Pertanian ramah lingkungan merupakan konsep model yang bertujuan agar kegiatan ekonomi tidak merusak lingkungan, dengan tetap memperhatikan


(46)

keterkaitan antara ekologi, ekonomi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Manfaat utama dari pendekatan ini adalah pada proses dan inovasi produk dan penciptaan rantai nilai, seperti pangan yang sehat dan aman, sumberdaya terbarukan, dan energi berbasis bio-massa, yang seluruh proses dan aplikasinya menggunakan sumberdaya tanaman, mikro organisme, dan hewan/ ternak . Salah satu contoh konsep pengembangan pertanian Bioindustri berbasis sumberdaya lokal adalah intergrasi antara tanaman dan ternak.

4.2.3 Penyusunan Road Map Sistem Pertanian Bioindustri

Road map disusun sebagai pemandu arah dalam pencapaian tujuan dan output yang telah ditetapkan. Road map berisi tentang upaya, usaha dan implementasi kegiatan dalam kurun waktu 3 tahun mulai dari PRA hingga launching dan rekomendasi model sistem pertanian bioindustri pada tahun ke 3 (Tabel 6). Road map dijabarkan dalam bentuk implementasi kegiatan yang berupa display, pelatihan, pertemuan, koordinasi, pengadaan barang jasa, monev, maupun study banding. Road map disusun untuk mempermudah penilaian pencapaian tujuan melalui evaluasi dini secara internal.

Tabel 6. Road Map Sistem Pertanian Bioindustri Sapi - Padi 2015/ 2017 Kegiatan Tahun 1 Kegiatan Tahun 2 Kegiatan Tahun 3

PRA untuk identifikasi

potensi wilayah dan identifikasi kebutuhan inovasi teknologi.

FGD.

Membentuk

kelembagaan produksi dan pasar pada tingkat Gabungan Kelompok Tani.

Membangun instalasi biogas, renovasi kandang, pembuatan tempat produksi biourine, kompos dan pakan.

Pembuatan display budidaya padi dan penanaman padi organik untuk menghasilkan beras

Penguatan dan pemantapan sistem budidaya dan pengujian efikasi biourine dan kompos

Penguatan dan

pemantapan serta evaluasi kinerja kelembagaan produksi dan pemasaran hasil/ produk bioindustri (Gapoktan)

Mendorong dan

memperkuat terjadinya sinergi kelembagaan di kawasan bioindusri dalam mendukung keberlanjutan sistem pertanian bioindustri.

Meningkatkan

pastisipasi aktif dari

Pemantapan inovasi kelembagaan dan adopsi inovasi teknologi.

Evaluasi menyeluruh kinerja lembaga

pelaksana usaha Model Sistem Pertanian Bioindustri (Gapoktan) dan lembaga

pendukung/ eksternal.

Replikasi model ke

kawasan lainnya.

Rekomendasi model

sistem pertanian bioindustri berbasis sapi-padi.

MelakukanLaunching sistem pertanian bioindustri.


(47)

sehat aromatik dan tepung beras dari beras menir.

Pembuatan display

pakan ternak berbasis jerami, biofertilizer, dan biopesticide dengan bahan baku dasar urine, dan kompos dari feses serta limbah biogas.

Membuat kemasan

untuk berbagai produk (beras sehat aromatik, aneka produk

makanan yang

berbasis tepung beras dan turunannya, biourine, kompos dan biopestisida)

Pengurusan perijinan kelayakan produk untuk dipasarkan

Pengujian efikasi

biopesticidedan kompos untuk pertanaman padi.

Panen perdana dan

sosialisasi bioindustri kepada stakeholder petugas dan petani

Perakitan alat dan

mesin penepung beras.

Pengadaan bahan pendukung panen dan pasca panen berupa (terpal, karung, sablon untuk kemasan beras 5, 10, 20 kg, botol dan derigen dari volume 1L -20L , drum penampung urine, dll)

Promosi dan

pemasaran produk bioindustri melalui pameran dan ekspose.

anggota kelompok dan kelompok lainnya dalam menghasilkan beras sehat aromatik dan produksi turunan lainnya.

Menjalin kemitraan dengan stakeholders dan swasta dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk, perluasan jaringan pemasaran dan menjaga kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produk.

Melakukan berbagai

terobosan dan

rekayasa sosial dalam rangka penumbuhan kawasan bioindustri berbasis padi-sapi.

Percepatan dan

pemantapan

penyebarluasan inovasi teknologi bioindustri ke stakeholders, petugas dan petani.

Melakukan display, pameran dan eksebisi dalam rangka promosi produk bioindustri.

Modifikasi peralatan

untuk

meningkatkanefisiensi usaha tani.

Meningkatkan dan memperkuat networkingdengan Balit/ Puslit lingkup badan Litbang dalam rangka percepatan adopsi inovasi teknologi dan kelembagaan.

Penguatan dan

peningkatan stimulasi modal dalam upaya mempercepat


(48)

kemandirian lembaga produksi dan

pemasaran yang telah diinisiasi.

4.3 Penumbuhan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis integrasi Padi- Sapi

Lembaga pertanian yang sudah diakui dan diregistrasi adalah Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan Rimbo Jaya yang didukung oleh Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani dijadikan sebagai lembaga pelaksana Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis sistem integrasi padi-sapi spesifik lokasi. Tidak mudah menggerakkan suatu lembaga yang bergerak pada usaha produksi untuk dibawa menjadi lembaga profesional yang profit oriented berkelanjutan dengan usaha dari hulu sampai hilir bahkan ke pemasaran.

Dalam model ini Gapoktan yang didorong untuk menjadi badan usaha yang mengelola sistem pertanian bioindustri (Gambar 2). Dalam hal ini sejak awal, mulai dari perencanaan Gapoktan dan Poktan sudah dilibatkan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah mengupayakan atau menciptakan pasar bagi produk-produk bioindustri melalui jaringan pemasaran yang multi chanel. Hal ini menjadi sangat penting mengingat bahwa keberlanjutan suatu usaha adalah ketersedian pasar bagi produk yang dihasilkan.

4.4 Budidaya Padi Aromatik pada Saw ah I rigasi

Peningkatan nilai tambah dalam usahatani padi dapat dilakukan melalui perbaikan mutu beras. Hal ini akan berdampak positif bagi petani. Varietas padi mempengaruhi kualitas dan pendapatan petani. Konsumen umumnya memilih kualitas beras yang baik. Salah satu parameter yang menjadi tolak ukur pemilihan kualitas adalah aroma dan rasa nasi.

Penanaman padi aromatik dapat memberikan nilai tambah bagi petani karena harganya relatif lebih mahal dibandingkan harga padi nonaromatik. Padi varietas aromatik antara lain: Gilirang, Sintanur dan I npari 23. Adapun deskripsi darivarietas tersebut disajikan pada Tabel 7.


(49)

Tabel 7. Deskripsi Varietas Padi Aromatik Gilirang, Sintanur dan I npari 23

Klasifikasi Varietas

Gilirang Sintanur I npari 23

Umur 116-125 hari 115-125 hari 113 hari

Bentuk tanaman Tegak Tegak Tegak

Tinggi 108-115 cm 115-125 112 cm

Kerontokan Sedang Sedang Sedang

Kerebahan Tahan Agak tahan Sedang

Kadar amilosa 18,9% 18% ± 17%

Tekstur nasi Pulen Pulen Pulen

Bobot 1000 butir 28 gram 27 gram 26 gram

Rataan hasil 6 ton/ ha 6 ton/ ha 6,9 ton/ ha Potensi hasil 7,5 ton/ ha 7 ton/ ha 9,2 ton/ ha

Dilepas 2002 2001 2012

Varietas padi aromatik yang ditanam pada kawasan model sistem pertanian bioindustri adalah I npari 23 dan Sintanur. Varietas Sintanur mempunyai umur yang lebih panjang dan ukuran gabah yang lebih besar dibandingkan dengan varietas I npari 23. Pada kawasan bioindustri telah ditanam padi dengan luasan 21 ha dalam 2 musim tanam. Musim tanam pertama 6 ha, sedangkan pada musim ke 2 ditanam dalam luasan 15 ha. Jumlah petani kooperator yang terlibat dalam kegiatan ini ada 23 orang petani.

Sebelum dilakukan pengolahan lahan dilakukan pengambilan sampel tanah awal untuk mengetahui status hara tanah. Status hara awal diperlukan untuk menyusun dosis pupuk yang akan diaplikasikan pada pertanaman padi. Semakin subur kondisi tanaman semakin rendah dosis pupuk yang diberikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini diperlukan dalam upaya untuk mendapatkan produktivitas padi yang diharapkan (> 7 ton GKG/ ha). Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah sawah irigasi di Kelurahan Rimbo Kedui termasuk dalam tekstur tanah debu berlempung dengan komposisi masing -masing pasir 2,67% , lempung 45,77% dan debu 51,56% dengan pH 5,75 (agak masam). Adapun tingkat kesuburan lahannya dapat dikategorikan cukup subur dengan indikator kandungan unsur N 0,29% , P 6,28 ppm, K 0,26 me/ 100 g, Na 0,47 me/ 100 g, Ca 2,18 me/ 100 g, dan Mg 3,65 me/ 100 g(Lampiran 2).

Pupuk kandang dan biopestisida yang digunakan berbasis limbah ternak sapi. Limbah sapi berbentuk padatan digunakan sebagai pupuk kandang sementara urine sapi dimanfaatkan sebagai biopestisida. Pupuk kandang yang


(50)

digunakan terlebih dahulu dilakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kandungan unsur haranya.Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa pupuk kandang yang tersedia di petani mempunyai kandungan sebagai berikut: N-total 8,03% , P2O5 4,02% , K2O 0,17% , pH 7,5(Lampiran4).

Ada 3 inovasi teknologi budidaya yang diterapkan dalam model sistem pertanian bioindustri di Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma. Ke 3 inovasi teknologi budidaya tersebut adalah teknologi budidaya padi organik, teknologi budidaya padi ramah lingkungan, dan teknologi budidaya padi dengan pendekatan PTT (Tabel 8). Jenis dan dosis pemupukan pada inovasi teknologi budidaya padi aromatik ditentukan berdasarkan analisis laboratorium terhadap tanah awal dan kompos/ pupuk kandang yang digunakan dalam pengkajian.

Tabel 8. I novasi Teknologi Budidaya Padi Aromatik yang Diterapkan pada Model Sistem Pertanian Bioindustri di Kabupaten Seluma Tahun 2015.

I novasi Teknologi Budidaya Padi

Jenis dan Dosis Pupuk Pestisida

Organik Pupuk Kandang: 7.200 kg/ ha Biopestisida

Ramah Lingkungan Pupuk Kandang: 3.600 kg/ ha Phonska: 150 kg/ ha

Urea: 100 kg/ ha

Biopestisida (Biourine)

Pendekatan PTT Phonska: 300 kg/ ha

Urea: 200 kg/ ha

Pestisida Sintetik

Penanaman padi aromatik dilakukan dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo 2: 1. Untuk mempercepat adopsi jajar legowo 2: 1 didistribusikan caplak roda jajar legowo 2: 1 kepada kelompok tani di Gapoktan Rimbo Jaya (Lampiran 5). Penggunaan sistem tanam jajar legowo telah dikenal dan diadopsi oleh petani di Kelurahanm Rimbo Kedui. Sistem tanam jajar legowo 2: 1 diyakini lebih unggul dalam hal meningkatkan produktivitas melalui peningkatan populasi tanaman yang sangat nyata. I novasi teknologi ini diyakini dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.

Penanaman padi aromatik mempunyai tantangan dan resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas non aromatik. Varietas aromatik yang tersedia di BB padi hanya ada 3 varietas yaitu Gilirang, Sintanur dan I npari 23. Berbeda dengan varietas non aromatik yang mempunyai ratusan pilihan varietas yang spesifik lokasi. Varietas aromatik lebih disukai oleh Organisme Pengganggu


(1)

89 Lampiran 8. SNI 6128-2008 tentang mutu beras

No. Komponen Mutu Satuan Mutu Mutu Mutu Mutu Mutu

I I I I I I I V V

1 Derajat sosoh (min) (% ) 100 100 95 95 85

2 Kadar air (maks) (% ) 14 14 14 14 15

3 Butir Kepala (min) (% ) 95 89 78 73 60

4 Butir Patah (maks) (% ) 5 10 20 25 35

5 Butir Menir (maks) (% ) 0 1 2 2 5

6 Butir merah (maks) (% ) 0 1 2 3 3

7 Butir kuning/ rusak (maks)

(% ) 0 1 2 3 5

8 Butir

mengapur(maks)

(% ) 0 1 2 3 5

9 Benda Asing (maks) (% ) 0 0,02 0,02 0,05 0,2


(2)

90


(3)

91

Lampiran 10. Sosialisasi dan teknis pertanaman serta teknis budidaya Sistem Pertanian Bioindustri


(4)

(5)

93


(6)