Efisiensi usahatani padi aromatik

39

4.6 Efisiensi Usaha Tani Padi dan Sapi

Kajian efisiensi dilakukan untuk melihat kinerja ekonomi dari masing- masing inovasi teknologi budidaya padi aromatik. Kegiatan ini bermanfaat untuk menentukan tingkat pendapatan petani pada berbagai inovasi teknologi budidaya padi secara integrasi maupun non integrasi.

4.6.1 Efisiensi usahatani padi aromatik

Kajian efisiensi bermanfaat dalam menentukan harga dasar gabah maupun beras yang layak untuk teknologi budidaya padi secara organik maupun semiorganik. Data yang dikumpulkan untuk analisis biaya usahatani padi diantaranya adalah 1. Biaya yang meliputi: biaya tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida, bawon panen, pengolahan lahan sewa traktor, dan penyusutan alat; 2. Hasil 3. Harga produk 4. Penerimaan 5. PendapatanTabel11. Tabel 11. Analisa Usahatani padi aromatik di Kabupaten Seluma Tahun 2015. No. Uraian Teknologi Organik Rp Semi Organik Rp PTT Rp 1. 2. 3. 4. 5. 6. Biaya total Rp ha MT - Tenaga kerja - Biaya panen Bawon - Benih - Pupuk - Pestisida - Sewa traktor - Biaya penyusutan alat Hasil kg ha MT Harga jual Rp kg Penerimaan Rp ha MT Pendapatan Rp ha MT B C ratio 12.153.800 2.180.000 3.004.000 175.000 4.680.000 640.000 1.278.800 196.000 7.510 4.000 30.040.000 17.886.200 1,47 10.478.800 2.180.000 3.064.000 175.000 2.945.000 640.000 1.278.800 196.000 7.660 4.000 30.640.000 19.585.200 1,87 8.994.200 2.180.000 3.446.400 175.000 1.210.000 508.000 1.278.800 196.000 8.616 4.000 34.464.000 25.469.800 2,83 Tabel 11 menunjukkan bahwa varietas I npari 23 memberikan produktivitas yang berbeda jika dibudidayakan dengan teknologi yang berbeda. Pertumbuhan merupakan fungsi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Teknologi budidaya mempengaruhi lingkungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman. Produktivitas yang dihasilkan oleh teknologi budidaya organik, semi organik dan pendekatan PTT berturut-turut adalah 7,51 t GKP ha, 7,66 t GKP ha 40 dan 8,62 t GKP ha. Teknologi budidaya dengan pendekatan PTT paling efisien karena dengan biaya yang paling rendah Rp. 8.994.200 mampu memberikan hasil 8,62 t GKP ha dan pendapatan yang paling tinggi Rp. 25.469.800. Teknologi budidaya organik memerlukan biaya yang paling besar, yaitu mencapai Rp. 12.153.800 dibandingkan dengan teknologi budidaya semi organik dan pendekatan PTT yang memerlukan biaya masing-masing Rp 10.478.800 dan Rp. 8.994.200. Pendapatan dari teknologi budidaya organik, semior ganik, dan pendekatan PTT berturut-turut adalah Rp. 17.886.200, Rp. 19.585.200, dan Rp. 25.469.800 dengan B C rasio 1,47; 1,87; dan 2,83. Tingginya biaya produksi dari teknologi budidaya organik dan semiorganik disebabkan oleh penggunaan pupuk kandang atau kompos dalam jumlah yang banyak yaitu 7,2 t ha untuk budidaya organik dan 3,6 t ha untuk semi organik. Dari aspek ekonomi teknologi budidaya dengan pendekatan PTT paling menguntungkan dan paling efisien, namun dari aspek lingkungan dan kesehatan dalam jangka panjang teknologi budidaya semi organik dan organik yang paling menguntungkan. Jika hanya dilihat dari sisi ekonomi maka pilihannya adalah penerapan teknologi dengan pendekatan PTT. Namun jika pendekatan dan penilaian yang digunakan memasukkan aspek lingkungan dan kesehatan serta keberlanjutan pertanian tentu keputusan ataupun alternatif pilihan akan berbeda. Tingginya biaya pupuk kandang pada teknologi budidaya organik dan semi organik dapat diatasi dengan adanya integrasi antara tanaman dengan ternak padi-sapi. Rendahnya produktivitas dari teknologi padi organik dan semi organik dapat disiasati dengan peningkatan harga karena mempunyai nilai dan mutu yang tinggi dengan pangsa pasar tertentu, sehingga pendapatannya setara atau bahkan lebih tinggi dari produk yang dihasilkan dengan teknologi budidaya dengan pendekatan PTT. Untuk mendapatkan pendapatan yang setara dengan pendapatan teknologi budidaya dengan pendekatan PTT maka harga gabah untuk teknologi budidaya semi organik dan organik harganya harus ditingkatkan berturut-turut menjadi Rp. 4.800 dan Rp. 5.000. Untuk itu perlu dilakukan survey tentang kemauan kesediaan masyarakat untuk membeli WTP, seberapa besar minat masyarakat Bengkulu terhadap produk beras sehat, siapa dan di mana sekmen pasar dari beras organik. Survey ini berkaitan erat dengan upaya untuk penciptaan pasar bagi produk-produk pangan organik. 41

4.6.2 Efisiensi usahatani ternak sapi potong