37
Tabel 10. Kandungan Unsur Hara Tanah setelah Panen pada Lahan yang Diperlakukan dengan 3 Teknologi Budidaya Padi di Kabupaten
Seluma pada Tahun 2015. Teknologi
Budidaya pH
Kandungan Unsur Hara Makro Me 100 g
N P
K Na
Ca Mg
Organik Semi organik
Pendekatan PTT 5,60
5,10 5,80
0,13 0,26
0,24 26,61
29,27 21,78
1,13 1,36
1,35 0,16
0,16 0,51
2,14 2,06
1,67 5,95
3,99 4,95
Tabel 10 menunjukkan bahwa pH dan kandungan unsur hara setelah panen pada lahan yang diperlakukan dengan 3 teknologi budidaya padi hampir
sama, kecuali unsur hara N dan K. Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa kandungan unsur hara N berkisar antara 0,13 - 0,26 , dengan kriteria rendah
sampai dengan sedang dengan nilai pH berkisar antara 5,10 - 5,80 agak masam. Rendahnya kandungan unsur nitrogen dan kalium dalam tanah
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman khususnya jumlah anakan aktif dan produktif serta menurunnya kemampuan tanaman
dalam pengisian gabah yang berakibat pada rendahnya produktifitas. Jumlah anakan produktif dan jumlah gabah isi per malai merupakan komponen hasil
utama yang menentukan produktivitas tanaman padi.
4.5 Perbaikan Kandang dan Pemeliharaan Sapi
Secara umum kondisi perkandangan sapi di Kelompok Margo Suko masih belum memenuhi persyaratan teknis. Kondisi kandang sapi potong masih
menggunakan lantai tanah, belum memiliki saluran limbah drainase yang baik dan belum ada tempat penampungan kotoran. Beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan kandang unt uk sapi potong antara lain dari segi teknis,
ekonomis, kesehatan
kandang ventilasi
kandang, pembuangan
kotoran,efisien pengelolaan
dan kesehatan
lingkungan sekitar nya. Pada
prinsipnya kandang dibuat sedemikian rupa sehingga urine sapi dan kotoran sapi dapat dikumpulkan dengan mudah dan diproses lebih lanjut. Oleh karena itu
perlu dilakukan perbaikan kandang agar dapat memenuhi persyaratan teknis kandang sapi potong.
38
Gambar 7. Sketsa Perbaikan kandang Sapi. Pada saat awal kegiatan sistem pertanian bioindustri, kelompok Tani
Margo Suko telah memiliki kandang koloni dan ruang pengelola. Limbah dari ternak yang berupa kotoran padat feses dan limbah cairnya belum ada yang
dimanfaatkan semuanya masih terbuang. Hal ini karena tatalaksana kandang serta pengetahuan dan kesadaran peternak untuk memanfaatkan pupuk organik
masih kurang. Pupuk organik belum dimanfaatkan untuk usaha tani padi maupun komoditas yang lainnya.
Tata laksana perkandangan yang tersedia belum memungkinkan unt uk pemanfaatan
feses maupun
urin secara
optimalLampiran7. Untuk
meningkatkan kesehatan ternak dan optimalisasi limbah ternak maka dilakukan perbaikan atau renovasi kandang yang sudah ada. Renovasi kandang meliputi
pelebaran atap, pembuatan saluran dan penampungan urine, tempat pakan, perbaikan dan penyempurnaan
lantai kandang, serta pembuatan
tempat penampungan sementara feses dan sisa-sisa pakan sebelum dikomposkan.
Renovasi kandang ini dimaksudkan sekaligus sebagai display tata laksana perkandangan dan pemanfaatan limbah peternakan. Dengan renovasi ini selain
untuk peningkatan kapasitas pemeliharaan sapi, peningkatan kesehatan ternak juga untuk optimalisasi pemanfaatan urine dan feses menjadi biourine dan
biogas.
39
4.6 Efisiensi Usaha Tani Padi dan Sapi