pada Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, kemudian dibebani kewajiban untuk memenuhi pendidikan dasar secara cuma-cuma kepada rakyatnya Komentar Umum
Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya No. 11 dan 13.
Pelaksanaan tiga jenis kewajiban tersebut beserta pengejawantahanya, dalam hukum internasional dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1: KEWAJIBAN NEGARA menurut HUKUM INTERNASIONAL HAKASASI MANUSIA
lihat Antonio Pradjasto dan Roichatul Aswidah, KID, 2009
2. Prinsip Perwujudan Bertahap progressive realization sebagai Landasan dari
Salah Satu Pelaksanaan Kewajiban Negara
Progressive Realization atau dalam Bahasa Indonesia perwujudan bertahap adalah prinsip
yang berlaku pada perwujudan hak ekonomi, sosial dan budaya. Hal ini diatur dalam Pasal 2 Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang menyatakan bahwa
“Setiap Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk mengambil langkah-langkah, baik
27
Kewajiban untuk
Menghormati RESPECT
Kewajiban untuk
melindungi PROTECT
Kewajiban untuk
memenuhi
FULFILL Kewajiban negara untuk menahan diri melakukan
intervensi kecuali atas dasar hukum yang sah
Kewajiban negara untuk melindungi hak terhadap pelanggaran yang dilakukan aparat negara dan pihak non
-negara
Contoh: tidak menggusur dan menyiksa
Contoh: mengkriminalkan tindakan pembunuhan, penimbunan beras
Kewajiban negara untuk mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, yudisial dan praktis
? memfasilitasi dan menyediakan
Conton: mengalokasikan anggaran, menyusun
program pendidikan gratis dll
secara individual maupun melalui bantuan dan kerjasama internasional, khususnya di bidang ekonomi dan teknis sepanjang tersedia sumber dayanya, dengan maksud untuk mencapai secara
bertahap perwujudan penuh dari hak-hak yang diakui oleh Kovenan ini dengan cara-cara yang sesuai, termasuk dengan pengambilan langkah-langkah legislatif”.
Frasa ‘mencapai secara bertahap perwujudan penuh dari hak-hak yang diakui oleh Kovenan’ itulah yang memunculkan prinsip perwujudan bertahap. Prinsip ini disadari bahwa
perwujudan penuh dari seluruh hak-hak ekonomi sosial dan budaya umumnya tidak bisa dicapai dalam jangka waktu yang singkat. Hal ini berbeda dengan pelaksanaan hak-hak
Sipil dan Politik. Kewajiban untuk menghormati dan menjamin pelaksanaan hak-hak dalam Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik harus dipenuhi dengan segera.
12
Namun, meskipun perwujudan menyeluruh hak-hak ekonomi, sosial dan budaya itu dicapai secara
bertahap, langkah-langkah menuju pemenuhan itu harus dilakukan dalam waktu yang sesegera mungkin setelah pemberlakuan Kovenan oleh Negara yang bersangkutan. Langkah-
langkah itu harus dilaksanakan secara seksama, konkrit dan ditujukan secara jelas untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang diatur dalam Kovenan.
13
Prinsip perwujudan yang bersifat bertahap mengakui adanya keterbatasan yang diakibatkan oleh kurangnya sumber
daya. Akan tetapi Kovenan juga membebankan beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan secepatnya. Salah satu diantara kewajiban yang harus dilakukan secara cepat adalah
“kewajiban untuk menjamin bahwa” hak-hak yang berkaitan “akan dilaksanakan tanpa diskriminasi...”.
14
Dengan demikian pelaksanaan prinsip non-diskriminasi merupakan pengaculian dan tidak tunduk dalam ketentuan perwujudan bertahap.
Sifat perwujudan bertahap membebankan kewajiban bagi negara untuk bergerak secara cepat dan seefektif mungkin menuju terpenuhinya perwujudan hak yang ada dalam
Kovenan. Segala tindakan yang bersifat retrogresif kemunduran hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan yang hati-hati dan dapat dibenarkan dengan acuan keseluruhan
hak yang diatur dalam Kovenan dan dalam konteks bahwa seluruh sumber daya yang tersedia telah dipergunakan.
15
Negara harus secara serius melaksanakan kewajibannya dengan memanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya yang ada. Cara-cara yang
digunakan untuk memenuhi kewajiban “mengambil langkah-langkah” ini dicantumkan dalam Pasal 2 ayat 1, Kovenan yaitu “semua cara yang dianggap layak, termasuk
khususnya pengambilan tindakan-tindakan legislatif”. Ketentuan Pasal 2 ayat 1 Kovenan yang menyatakan bahwa negara berjanji “untuk mengambil langkah-langkah”, yang dalam
arti sesungguhnya tidak dapat dibatasi oleh penafsiran-penafsiran yang lain.
16
Pasal 2
12
HRIGEN1Rev.7, Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Komentar Umum No. 3 mengenai Sifar-Sifat Kewajjiban Negara , paragraf 9
13
Ibid , paragraf 2
14
Ibid , paragraf 1
15
Ibid , paragrf 9
16
Ibid
28
Kovenan pada intinya ‘menjelaskan mengenai sifat-sifat penandatangan Kovenan. Kewajiban-kewajiban itu termasuk apa yang didefinisikan sesuai dengan hasil kerja Komisi
Hukum Internasional sebagai kewajiban atas tindakan obligation of conduct dan kewajiban- kewajiban hukum umum yang harus dilaksanakan oleh negara-negara atas
hasil obligation of result’.
17
Dua kewajiban ini sesuai dengan sifat perwujudan bertahap dalam hak ekonomi, sosial dan budaya. Dua jenis kewajiban tersebut, kewajiban atas
tindakan akan mencatat upaya negara dalam perwujudan hak ekonomi, sosial dan budaya yaitu berkaitan dengan ketentuan bagi negara untuk mengambil langkah-langkah.
Sementara kewajiban atas hasil mencatat hasil yang dicapai dari pelaksanaan kewajiban negara. Oleh karena sifat perwujudan bertahap, maka tidak semata hasil yang perlu
dipantau, namun langkah-langkah yang diambil oleh negara juga perlu untuk dipantau. Dari langkah-langkah yang diambil dan hasil yang dicapai itulah kemudian akan dicapai
“.... tujuan untuk mencapai secara bertahap perwujudan penuh dari hak-hak yang diakui” dalam Kovenan.
18
3. Pelaksanaan Kewajiban Negara melalui Peraturan Perundang-Undangan