35
Protokol Tambahan pada Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman
yang Keji, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Optional Protocol to the Convention against
Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment
Protokol Tambahan pada Konvensi Hak Penyandang Cacat Optional Protocol to the
Convention on the Rights of Persons with Dis- abilities
OP- CAT
OP-CRPD Belum disahkan.
Berdasarkan Rencana Aksi Nasional Hak
Asasi Manusia 2004- 2009, direncanakan
untuk disahkan pada 2008
Belum disahkan. 18 Des 2002
12 Des 2006
5. Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Dengan pemahaman atas kewajiban negara, maka dapat pula kita turunkan pemahaman mengenai pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dengan sederhana dapat dinyatakan bahwa
pelanggaran Hak Asasi Manusia terjadi bila negara tidak melakukan kewajibannya sebagaimana diamanahkan oleh Konstitusi. Konsep ini sama dengan konsep dalam hukum
internasional Hak Asasi Manusia. Pada dasarnya, pelanggaran Hak Asasi Manusia dilakukan oleh negara bila negara tidak menjalankan kewajibannya sebagaimana amanah Konstitusi.
Dapat dicontohkan bila negara tidak memasukkan pembunuhan sebagai tindak pidana, maka negara dapat dinyatakan telah melanggar hak warga negaranya karena tidak
melakukan kewajibannya untuk melindungi.
Kegiatan 4 Meletakkan Papua dalam Konteks
Tujuan
1. Peserta mengidentifikasi ke-khas-an dan nilai-nilai lokal Papua; 2. Peserta mengenal permasalah HAM dan hukum di Papua;
3. Peserta merumuskan pokok masalah dan upaya yang mungkin dilakukan.
Waktu
115 menit
Deskripsi 10 menit
Bagian A Pengantar Fasilitator
1. Fasilitator menjelaskan tujuan sesi dan keterkaitannya dengan sesi berikutnya; 2. Fasilitator memandu untuk membagi para peserta menjadi pasangan-pasangan
yang terdiri dari 2 orang; 3. Fasilitator membagi kartu meta plan kepada setiap pasangan.
30 menit Bagian B
Diskusi Kelompok kelas
1. Setiap pasangan melakukan identifikasi terhadap pertanyaan dibawah ini, setiap
pertanyaan harap dijawab dengan satu jawaban atau paling banyak dua jawaban. a. Masalah hukum dan HAM apa saja yang paling seringbanyak terjadi di
Papua?; b. Nilai lokal atau ke-khas-an Papua apa saja yang mempengaruhi masalah
tersebut?; c. Lembaga apa saja yang terkait dalam masalah tersebut dan apa saja upaya
yang sudah dilakukan?; d. Apa saja yang sudah dicapai sehubungan dengan upaya yang telah
dilakukan?; 2. Peserta diminta untuk melakukan diskusi selama 15 menit dengan
menuliskannya di kertas meta plan; 3. Peserta menempelkan kartu metaplan itu di dinding.
36
60 menit Bagian C
Presentasi Pleno
1. Fasilitator melakukan pengelompokkan terhadap jawaban setiap pasangan; 2. Fasilitator mengundang komentar peserta pengelompokan tersebut.
20 menit Bagian D
Penutup
1. Fasilitator menutup sesi dan meletakkan hasil pemetaan tersebut pada tempat yang dapat selalu terlihat sebagai bahan rujukan selama pelatihan.
Penjelasan Ringkas
Undang- Undang No. 21 Tahun 2001 t ent ang Ot onom i Khusus bagi Pr ov insi Papua
BAB XIV KEKUASAAN PERADILAN
Pasal 50
1 Kekuasaan kehakiman di Provinsi Papua dilaksanakan oleh Badan Peradilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2 Di samping kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diakui adanya peradilan adat di dalam masyarakat hukum adat
tertentu.
Pasal 51 1 Peradilan adat adalah peradilan perdamaian di lingkungan masyarakat
hukum adat, yang mempunyai kewenangan memeriksa dan mengadili sengketa perdata adat dan perkara pidana di antara para warga
masyarakat hukum adat yang bersangkutan.
2 Pengadilan adat disusun menurut ketentuan hukum adat masyarakat hukum adat yang bersangkutan.
3 Pengadilan adat memeriksa dan mengadili sengketa perdata adat dan perkara pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berdasarkan
hukum adat masyarakat hukum adat yang bersangkutan. 4 Dalam hal salah satu pihak yang bersengketa atau yang berperkara
berkeberatan atas putusan yang telah diambil oleh pengadilan adat yang memeriksanya sebagaimana dimaksud pada ayat 3, pihak yang
berkeberatan tersebut berhak meminta kepada pengadilan tingkat
37
pertama di lingkungan badan peradilan yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili ulang sengketa atau perkara yang
bersangkutan.
5 Pengadilan adat tidak berwenang menjatuhkan hukuman pidana penjara atau kurungan.
6 Putusan pengadilan adat mengenai delik pidana yang perkaranya tidak dimintakan pemeriksaan ulang sebagaimana yang dimaksud pada ayat
4, menjadi putusan akhir dan berkekuatan hukum tetap. 7 Untuk membebaskan pelaku pidana dari tuntutan pidana menurut
ketentuan hukum pidana yang berlaku, diperlukan pernyataan persetujuan untuk dilaksanakan dari Ketua Pengadilan Negeri yang
mewilayahinya yang diperoleh melalui Kepala Kejaksaan Negeri yang bersangkutan dengan tempat terjadinya peristiwa pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat 3.
8 Dalam hal permintaan pernyataan persetujuan untuk dilaksanakan bagi putusan pengadilan adat sebagaimana dimaksud pada ayat 7 ditolak
oleh Pengadilan Negeri, maka putusan pengadilan adat sebagaimana dimaksud pada ayat 6 menjadi bahan pertimbangan hukum Pengadilan
Negeri dalam memutuskan perkara yang bersangkutan.
38
Modul 3 Mekanisme Penegakkan Hak Asasi Manusia
Tentang Modul
Sebagaimana yang dijabarkan dalam modul kedua Konstitusi dan Hak Asasi Manusia, Pasal 28J konstitusi, dan ditegaskan dalam Pasal 71 UU No. 39 Tahun tentang Hak Asasi
Manusia, Negara memiliki empat kewajiban yaitu penghormatan, perlindungan, penegakkan, dan pemajuan Hak Asasi Manusia. Negara sebagai pengemban kewajiban
duty bearer membuat serangkaian peraturan perundang-undangan dan kebijakan dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan kemananan negara dan bidang
lainnya. Sebaliknya, Negara harus siap disebut sebagai pelanggar Hak Asasi Manusia bilamana lalai danatau campur tangan dalam penikmatan hak-hak tertentu. Negara juga
tetap disebut sebagai pelanggar Hak Asasi Manusia bilamana tidak menyelesaikan secara hukum dan benar berdasarkan mekanisme hukum terhadap tindak-tindak baik disengaja
maupun karena kelalaian yang secara melawan hukum hingga menyebabkan seseorang atau kelompok orang tidak mendapatkan haknya secara utuh. Pelanggaran Hak Asasi
Manusia tersebut terjadi bilamana tindakan tersebut mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi seseorang atau kelompok orang.
Mekanisme penegakkan Hak Asasi Manusia adalah upaya untuk mewujudkan tanggung jawab negara melalui pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan dalam bidang hukum,
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan negara dan bidang lainnya. Penegakkan Hak Asasi Manusia juga meliputi penyelesaian pelanggaran Hak Asasi Manusia baik pelanggaran
karena pembiaran ommission maupun pelanggaran karena tindakan commission.
Mekanisme penegakkan Hak Asasi Manusia dapat dipilah menjadi dua yaitu mekanisme nasional dan internasional. Mekanisme nasional menggunakan perangkat nasional. Pada
prinsipnya, bilamana pemerintah pada tingkat nasional tidak mampu unable atau tidak mau unwilling menyelesaikan sebuah tindak pelanggaran Hak Asasi Manusia maka
mekanisme internasional dapat ditempuh. Mekanisme internasional menggunakan badan- badan Hak Asasi Manusia di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sesuai dengan masalah Hak
Asasi Manusia yang terjadi.
Modul ini membatasi diri pada mekanisme penegakkan Hak Asasi Manusia pada tingkat nasional. Pokok-pokok bahasan dalam modul ini adalah mekanisme pengadilan dan luar
pengadilan. Kedua mekanisme ini bersifat saling melengkapi. Pengadilan berfungsi untuk
39
mencegah adanya impunitas dengan memastikan adanya pertanggungjawaban individual. Namun demikian dibutuhkan juga mekanisme-mekanisme di luar pengadilan yang dapat
memberikan gambaran menyeluruh dari permasalahan yang ada ataupun menyelesaikan aspek- aspek non-hukum dari suatu pelanggaran dan juga memastikan adanya upaya pencegahan.
Modul ini juga akan mengindentifikasi lembaga-lembaga baik kementerian, non kementerian, dan lembaga-lembaga sampiran negara state auxiliary institution yang umumnya disebut
“komisi” negara atau “lembaga”. Modul akan sampai pada upaya menentukan peran, tugas dan kewenangan masing-masing lembaga ini dalam penegakkan Hak Asasi Manusia.
Pada bagian akhir, modul akan mengembalikan upaya penegakkan pada lembaga masing- masing dimana para peserta berasal. Modul akan membahas mekanisme khusus
penegakkan Hak Asasi Manusia di Papua. Modul akan menemukan peran, tugas dan kewenangan lembaga dalam upaya bersama menegakkan Hak Asasi Manusia.
Tujuan Modul
1. Peserta memahami mekanisme dan peraturan perundang-undangan terkait Hak Asasi Manusia;
2. Peserta memahami peran, tugas, dan kewenangan lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah dalam hal ini komisi atau lembaga dalam penegakkan Hak Asasi Manusia.
Kegiatan
Modul mekanisme penegakkan Hak Asasi Manusia akan dilalui melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan 1 Pengenalan Sesi
10 Menit
2. Kegiatan 2 Pelanggaran Hak Asasi Manusia
105 Menit 3. Kegiatan 3
Lembaga-lembaga Penegakkan Hak Asasi 150 Menit
Manusia 4. Kegiatan 4
Memahami Mekanisme Penegakan Hak 90
Menit Asasi Manusia melalui Administrasi Peradilan
Di Luar Sistem Peradilan Pidana 5. Kegiatan 5
Pengelompokan Metaplan: Penegakkan 80
Menit Hak Asasi Manusia di Papua
Bahan Belajar
Bahan-bahan belajar yang akan dipakai: 1. Studi-studi kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia
40
a. Pelanggaran dengan terdakwa dibawah umur b. Pelanggaran KDRT
c. Kasus pelayanan publik
2. Lembar kasuspotongan berita dan tugas kelompok; 3. Kertas Plano dan papan flipchart;
4. Spidolmarker; 5. Kartu metaplan
6. Tape kertas .
Rujukan
Daftar Rujukan bahan bacaan yang diperlukan:
Buku
1. Hak Asasi Manusia dan Hukum, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, 2004; 2. Hukum Hak Asasi Manusia, PUSHAM UII, Yogyakarta, 2008, Bab V Hak Asasi
Manusia di Indonesia, halaman 237-246. 3. Acuan Maastricht untuk Pelanggaran Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
4. Antonio Pradjasto dan Roichatul Aswidah, Modul Demokrasi dan HAM, KID, 2009.
Peraturan Perundang-Undangan
1. UU 391999 tentang Hak Asasi Manusia; 2. UU 262000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia;
3. UU 212001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua; 4. UU 232002 tentang Perlindungan Anak;
5. UU 242003 tentang Mahkamah Konstitusi; 6. UU 23 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga;
7. UU 13 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban; 8. UU 372008 tentang Ombudsman Republik Indonesia;
9. UU 21 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang; 10. Peraturan Presiden No. 652005 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan;
41
Kegiatan 1: Pengenalan Tujuan Sesi
Tujuan
1. Peserta memahami tujuan sesi; 2. Peserta memahami keterkaitan tujuan sesi dengan modul sebelumnya.
Waktu
10 menit
Deskripsi
1. Fasilitator mengulas modul sebelumnya dan mengantarkan sesi ini dengan tujuan sesi;
2. Fasilitator menjelaskan secara singkat gambaran umum langkah-langkah fasilitasi.
Kegiatan 2 Pelanggaran Hak Asasi Manusia Tujuan
1. Peserta menetapkan pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam sebuah peristiwa; 2. Peserta mampu menyelesaikan pelanggaran Hak Asasi Manusia menggunakan
cara dan lembaga yang tepat untuk tiap peristiwa; 3. Peserta dapat membedakan antara pelanggaran Hak Asasi Manusia dan kejahatan;
4. Peserta mampu mengidentifikasikan penerapan undang-undang khusus sesuai konteks untuk perlindungan kelompok rentan.
Waktu
105 menit
Deskripsi 5 Menit
Bagian A Pengantar Fasilitator
1. Fasilitator mengulas kegiatan sebelumnya dan kaitannya dengan tujuan kegiatan kali ini;
42
2. Fasilitator menjelaskan mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan metode yang akan digunakan
45 Menit Bagian B Diskusi Kelompok
1. Fasilitator membagi peserta dalam empat kelompok dengan metode yang dapat