Hak-Hak Korban Kejahatan dalam Peradilan

Hak untuk Menguji Saksi yang Memberatkan TerdakwaTersangka, Hak untuk Menghadirkan Saksi di Depan Persidangan Bahwa si tertuduh berhak untuk memeriksa, atau meminta diperiksanya, saksi-saksi yang memberatkannya, dan meminta dihadirkannya dan diperiksanya saksi-saksi yang meringankannya, dengan syarat-syarat yang sama seperti saksi-saksi yang memberatkannya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa si tertuduh memilih kekuatan hukum yang sama dalam hal memaksa kehadiran saksi-saksi dan memeriksa atau memeriksa-silang saksi-saksi yang dimiliki oleh penuntut. Hak untuk Banding right to appeal Bahwa setiap orang yang dijatuhi hukuman pidana berhak atas peninjauan kembali terhadap keputusan atau hukumannya oleh pengadilan yang lebih tinggi, sesuai dengan hukum. Perhatian khusus diberikan pada istilah lain dari kata “kejahatan” “infraction”, “delito”, prestuplenie” yang menunjukkan bahwa jaminan ini tidak sepenuhnya terbatas pada kejahatan yang paling serius. Hak untuk Tidak Memberikan Kesaksian yang Memberatkan Dirinya. Bahwa si tertuduh tidak dapat dipaksa agar memberikan kesaksian yang memberatkan dirinya, atau dipaksa mengakui kesalahannya. Dalam mempertimbangkan jaminan ini, ketentuan-ketentuan Pasal 7 dan Pasal 10, ayat 1, harus diingat kembali. Guna memaksa si tertuduh untuk mengakui kesalahannya atau memberikan kesaksian yang memberatkan dirinya, seringkali digunakan metode-metode yang melanggar ketentuan-ketentuan tersebut. Hukum harus menentukan bahwa bukti-bukti yang diperoleh dengan cara-cara tersebut atau bentuk-bentuk lain pemaksaan sepenuhnya tidak dapat diterima.

D. Hak-Hak Korban Kejahatan dalam Peradilan

Dalam hukum pidana Indonesia, jaminan perlindungan terhadap korban kejahatan belum memadai, khususnya hak-hak korban kejahatan dalam prosedur memperoleh keadilan. UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP lebih banyak memberikan pengaturan tentang hak-hak tersangka dan terdakwa. Hal ini terjadi karena pembentukan hukum di masa lalu, lebih berorientasi pada perlindungan terhadap pelaku tindak pidana dan tidak memberikan cukup pengaturan tentang hak- hak korban dalam proses peradilan pidana. Jaminan perlindungan korban kejahatan kemudian berkembang dengan adanya UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Undang-undang inilah yang pertama kali secara eksplisit memberikan jaminan perlindungan hak bagi saksi dan korban, 119 khususnya dalam sistem peradilan pidana Indonesia. Termasuk jamian pemenuhan hak- hak prosedural bagi saksi dan korban, juga diatur di dalam undang-undang ini. Beberapa undang-undang khusus yang lahir kemudian, secara menyebar juga mengatur jaminan perlindungan hak-hak prosedural bagi saksi dan korban. Dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban, selain berhak mendapatkan hak prosedural, korban juga berhak untuk mendapatkan perlindungan, hak untuk memperoleh restitusi kompensasi, dan hak untuk mendapatkan rehabilitasi. Khusus mengenai hak prosedural, ada beberapa macam bentuk pemenuhan hak yang dapat dinikmati oleh saksi dan korban. Beberapa macam hak prosedural yang dapat diperoleh seseorang yang berstatus sebagai korban, sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2006, meliputi: 1. Hak untuk memberikan keterangan tanpa tekanan; 2. Hak untuk mendapatkan penerjemah; 3. Hak untuk bebas dari pertanyaan yang menjerat; 4. Hak untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus; 5. Hak untuk mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan; 6. Hak untuk mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan; 7. Hak untuk mendapat nasihat hukum; 8. Hak untuk mendapat pendampingan. Perkembangan ini sejalan dengan perlindungan hak-hak korban kejahatan dalam norma- norma hukum internasional, termasuk adalah hak-hak prosedural korban kejahatan diantaranya hak untuk mendapatkan informasi, hak untuk memperoleh keadilan, termasuk untuk mendapatkan putusan dari pengadilan yang independen, hak untuk berpartisipasi, termasuk di dalamnya hak-hak sipil dan politik. Secara umum bisa dikatakan, hak prosedural procedural rights adalah hak bagi seseorang untuk mengetahui dan memperolehnya dalam rangka mendapatkan hak substantif substantive rights. 63

1. Prinsip-Prinsip Internasional Dalam Pemberian Hak Prosedural Bagi Saksi dan Korban