Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan wewenangnya ORI secara lembaga memiliki imunitas. ORI tidak dapat ditangkap, ditahan, diinterogasi, dituntut, atau digugat di muka pengadilan. ORI terdiri atas satu orang Ketua merangkap anggota, satu orang Wakil Ketua merangkap anggota dan tujuh orang anggota. Mereka dipilih oleh DPR atas usul Presiden atas hasil tim seleksi yang dibentuk Presiden. Presiden dan DPR menerima laporan tahunan dan laporan berkala setiap tiga bulan.

4. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Komnas Perempuan tidak dapat dilepaskan dari peristiwa kekerasan seksual terhadap perempuan etnis Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998 di berbagai kota di Indonesia. Paska peristiwa, masyarakat sipil, terutama kaum perempuan, menuntut negara bertanggung jawab terhadap peristiwa kekerasan terhadap perempuan. Pemerintah memenuhi tuntutan masyarakat tersebut pada 15 Oktober 1998 saat Presiden meneken Keputusan Presiden No. 1811998 dan diperbaharui dengan Peraturan Presiden No. 652005 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Pemerintah mendirikan sebuah komisi independen di tingkat nasional yang bertugas menciptakan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan penegakan Hak Asasi Manusia perempuan di Indonesia. Komnas Perempuan menangani persoalan kekerasan terhadap perempuan. Merujuk pada Konferensi Wina pada 1993 kekerasan perempuan mencakup kekerasan yang dialami perempuan di dalam keluarga, dalam komunitas maupun kekerasan negara. Kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia. Pemenuhan hak-hak perempuan adalah pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia. Saat ini Komnas Perempuan fokus pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, perempuan pekerja rumah tangga yang bekerja di dalam negeri maupun di luar negeri. Komnas Perempuan juga memberikan perhatian lebih pada perempuan korban kekerasan seksual dalam proses peradilan, perempuan di daerah konflik bersenjata dan perempuan kepala keluarga yang hidup di tengah kemiskinan di daerah pedesaan. Komnas Perempuan mempunyai 13 komisioner yang berasal dari latar belakang yang beragam. Mereka dipilih melalui proses nominasi oleh para komisioner periode sebelumnya. Mereka kemudian diseleksi berdasarkan kriteria yang telah disepakati bersama atas fasilitas dari sebuah tim independen. 61 Dalam menjalankan mandatnya, Komnas Perempuan mengambil peran sebagai pusat sumber daya resource center tentang hak asasi perempuan sebagai Hak Asasi Manusia dan kekerasan terhadap perempuan sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia. Komnas Perempuan juga berperan dalam pengusulan perubahan kebijakan dan menjadi fasilitator pengembangan dan penguatan jaringan di tingkat lokal, nasional dan internasional. Komnas Perempuan sangat memperhatikan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan. Komnas Perempuan menjadi negosiator dan mediator antara pemerintah dengan komunitas korban dan komunitas pejuang Hak Asasi Perempuan. Komnas Perempuan fokus pada kepentingan korban. Komnas Perempuan juga menjadi pemantau dan pelapor Pelanggaran Hak Asasi Manusia berbasis jender dan pemenuhan hak korban. sumber : www.komnasperempuan.or.id

5. Komisi Perlindungan Anak Indonesia