Hak-hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tradisional Penentuan Nasib Sendiri Self Determination

maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,nilai- nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis Dari ketentuan di atas, dua hal penting diatur oleh Konstitusi yaitu: a Pembatasan Hak Asasi Manusia harus diatur berdasarkan undang-undang. b Pembatasan Hak Asasi Manusia dapat dilakukan dengan alasan; • penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain; • moral; • nilai- nilai agama; • keamanan, dan; • ketertiban umum; c Semua pembatasan tersebut di atas harus dilakukan dalam suatu masyarakat yang demokratis.

5. Hak-hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Tradisional

Konstitusi kita mengakui keberadaan masyarakat hukum adat. Konstitusi kita memuat pula ketentuan yang melindungi hak-hak masyarakat adat. Pa sa l 1 8 B a y a t 2 Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

6. Penentuan Nasib Sendiri Self Determination

Piagam PBB memuat “prinsip kesamaan hak dan penentuan nasib sendiri” namun tanpa ada penjelasan lebih lanjut. 7 Penentuan nasib sendiri self determination juga disebutkan dalam Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik serta Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. 7 Piagam PBB, 14 Desember 1960 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 21 Pasal 1 , dua Kovenan tersebut menyatakan: 1. Negara-negara Pihak Kovenan ini, termasuk semua bangsa mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Berdasarkan hak tersebut mereka bebas menentukan status politik mereka dan bebas berupaya mencapai pembangunan ekonomi, sosial dan budayanya. 2. Semua bangsa, demi tujuan mereka sendiri, dapat secara bebas mengelola kekayaan dan sumber daya alam mereka tanpa mengurangi kewajiban apapun yang muncul dari kerjasama ekonomi internasional berdasarkan prinsip saling menguntungkan dan hukum internasional. Dalam hal apapun tidak dibenarkan untuk merampas hak-hak suatu bangsa atas sumber-sumber penghidupannya sendiri. 3. Mereka yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan wilayah yang tidak berpemerintahan sendiri atau wilayah perwalian, wajib memajukan perwujudan hak atas penentuan nasib sendiri, dan wajib menghormati hak tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan demikian penentuan nasib sendiri diakui sebagai hak oleh Kovenan tersebut. Pihak penentuan nasib sendiri seringkali dimaknai hak dari masyarakat yang masih dalam penjajahan untuk memerdekakan diri. Namun proses tersebut telah hampir berakhir di seluruh dunia. Penentuan nasib sendiri kemudian sering dihubungkan dengan hak dari masyarakat yang menjadi bagian dari sebuah negara untuk memisahkan diri. Namun Deklarasi dan Program Aksi Wina, 1993 menekankan bahwa pelaksanaan hak ini harus selaras dengan Deklarasi Prinsip-prinsip Hukum Internasional mengenai Hubungan Persahabatan dan Kerjasama Antar Negara yang selaras pula dengan Piagam PBB. Oleh karena itu pelaksanaan hak ini “tidak boleh diartikan sebagai mengesahkan atau mendorong tindakan-tindakan yang akan memecah belah atau merusak, seluruh atau sebagian, dari integritas teritorial atau kesatuan politik dari negara yang berdaulat dan merdeka yang melaksanakan sendiri prinsip-prinsip kesamaan hak dan penentuan nasib sendiri, yang dengan demikian telah memiliki suatu pemerintahan yang mewakili seluruh masyarakat yang ada di wilayahnya tanpa pembedaan dalam bentuk apa pun”. 8 Dengan demikian, Deklarasi ini menggariskan pembatasan baik secara politik maupun hukum bagi upaya pemisahan diri. 9 Oleh karena itu penentuan nasib sendiri kemudian dibaca dengan lebih menekankan aspek internal misalnya hak rakyat untuk demokrasi dan menentang pemerintahan yang bersifat menindas atau pun tiran. Lebih jauh penentuan nasib sendiri juga dapat diartikan hak rakyat untuk berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan atau pun berpatisipasi secara politik. Selain itu penentuan nasib sendiri tidak hanya mengandung aspek politik. Penentuan nasib sendiri sebagaimana dapat kita baca dalam Pasal 1 bersama 8 Deklarasi dan Program Aksi Wina, 1993, paragraf 2 9 Lihat Rosas, A., “the Right of Self Determination” dalam Eide, A., Catarina Krause and Allan Rosas eds. 1995. ‘Economic,Social and Cultural Rights: a Textbook’ Dordrecht: Martinus Mijhoof, hal. 112 -118 22 di atas, memuat pula aspek ekonomi yaitu secara bebas mengelola kekayaan dan sumber daya alamnya sendiri serta tidak dirampas hak-hak mereka atas sumber-sumber penghidupannya sendiri. 10 Pemerintah Indonesia memiliki sikap yang tegas terhadap hak penentuan nasib sendiri sebagaimana tercermin dalam UU No. 11 dan 12 Tahun 2005 mengenai Pengesahan atas Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik juga Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Dalam pengesahan atas dua Kovenan tersebut, Pemerintah Indonesia membuat pernyataan declaration atas Pasal 1 bersama tesebut di atas dengan menyatakan bahwa penentuan nasib sendiri harus dimaknai dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan 3: Kewajiban Negara dalam Pelaksanaan Hak Asasi Manusia Tujuan 1. Peserta memahami posisi negara dalam Hak Asasi Manusia; 2. Peserta memahami pelaksanaan ketentuan Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi ke dalam peraturan perundang-undangan nasional; 3. Peserta memahami bahwa Hak Asasi Manusia dilaksanakan melalui peraturan perundang-undangan nasional Indonesia. Waktu 110 menit Deskripsi 20 menit Bagian A Pengantar Fasilitator dan Curah Pendapat 1. Fasilitator menjelaskan tujuan sesi dan metode yang akan digunakan selama sesi; 2. Fasilitator menampilkan potongan Pasal; 3. Fasilitator meminta peserta untuk menyampaikan pendapat dengan pertanyaan sebagai berikut : a. Menurut saudara, apa kewajiban negara dalam potongan Pasal tersebut?; b. Apa kewajiban negara yang terdapat dalam potongan Pasal tersebut?; 10 Ibid 23 80 menit Bagian B Ceramah dan tanya jawab 1. Minta kepada narasumber untuk menjelaskan kewajiban negara dan pelaksanaannya dalam peraturan perundang-undangan yang meliputi: • Penghormatan kewajiban untuk menghormati Hak Asasi Manusiato respect; • Perlindungan kewajiban untuk melindungi Hak Asasi Manusiato protect; • Pemenuhan kewajiban untuk memenuhi Hak Asasi Manusiato fulfill; 2. Mintalah kepada para peserta untuk bertanya dan berdiskusi kepada narasumber; 3. Buatlah ringkasan dan penjelasan akhir mengenai “kewajiban Negara tentang Hak Asasi Manusia”. 10 menit Bagian C Penutup Fasilitator Fasilitator mencatat hasil diskusi dan hal-hal yang penting untuk diketahui Penjelasan Ringkas

1. Kewajiban Negara dalam Pelaksanaan Hak Asasi Manusia