Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Ombudsman Republik Indonesia

Komnas HAM terdiri dari anggota yang dipilih oleh DPR berdasarkan usulan Komnas HAM. Dalam melakukan seleksi terhadap calon anggota Komnas HAM, Komnas HAM membentuk panitia seleksi yang independen berdasarkan keputusan sidang Paripurna Komnas HAM. Selanjutnya, setelah menerima usulan dari Komnas HAM, DPR melakukan uji kepatutan dan kelayakan fit and proper test guna mendapatkan anggota Komnas HAM dan selanjutnya diteruskan kepada presiden guna dilakukan pengangkatan atau peresmian oleh Presiden selaku Kepala Negara.

2. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK lahir dikala proses dan para penegak hukum berorientasi pada para pelaku dalam tindak pidana. Perhatian kepada saksi dan korban begitu rendah. Padahal, saksi dan korban sama pentingnya dengan pelaku. LPSK dibentuk pada tanggal 8 Agustus 2008 berdasarkan UU 132006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. LPSK adalah lembaga mandiri yang bertanggung jawab untuk menangani pemberian perlindungan saksi dan korban. LPSK bertugas dan berwenang memberikan perlindungan dan hak-hak lain kepada Saksi danatau Korban pada semua tahap proses peradilan pidana. Perlindungan ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada saksi danatau korban dalam memberikan keterangan dalam proses peradilan pidana. Peran LPSK dalam penegakan HAM sangat besar. LPSK berperan dalam memastikan kewajiban negara dalam penegakan HAM menggunakan mekanisme perlindungan terhadap saksi dan korban dalam proses hukum berjalan dengan baik. Saat ini LPSK tumbuh menjadi bagian penting dari sistem peradilan di Indonesia.

3. Ombudsman Republik Indonesia

Kepastian hukum, keadilan dan kesejahteraan adalah hak. Pelayanan publik yang baik adalah bagian dari pelaksanaan prinsip demokrasi. Negara dapat mewujudkannya bila pelayanan publik dilakukan dengan bersih, jujur dan efisien. Pelayanan publik yang buruk akan memperkeras ketidakpercayaan terhadap penyelenggara pemerintah. Pelayanan publik oleh penyelenggaraan negara dan pemerintah tidak cukup diawasi oleh fungsi pengawasan oleh dirinya sendiri. Diperlukan lembaga mandiri yang mampu mengawasi fungsi-fungsi pelayanan publik yang mandiri dari campur tangan kekuasaan di luar dirinya. Lembaga pengawasan tersebut dilarang memiliki hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan. Ombudsman Republik Indonesia ORI adalah lembaga negara. ORI memiliki kewenangan 59 mengawasi seluruh pelayanan publik oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara. ORI juga mengawasi pelayanan publik yang diselenggarakan oleh badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN danatau APBD. ORI lahir untuk mengurangi buruknya layanan pemerintah serta perlindungan hak dan kepentingan masyarakat. Ombudsman lahir berdasarkan UU 372008 tentang Ombuds- man Republik Indonesia. Sebelumnya, ORI bernama Komisi Ombudsman Nasional KON yang berdiri berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional. Ombdsman diserap dari bahasa Skandinavia yang kurang lebih berarti jabatan yang secara independen menampung dan memeriksa pengaduan mengenai administrasi publik yang buruk. Pengertian ini diambil dari UU Ombudsman Pakistan. Tugas ORI diantaranya adalah menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, memeriksa dan menindaklanjuti. ORI juga memiliki tugas melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Maladministrasi menurut Pasal 1 angka 3 adalah perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut. Maladministrasi juga termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil danatau immateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan. Untuk melaksanakan tugasnya, ORI memiliki kewenangan menerima laporan, dan meminta keterangan secara lisan danatau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau pihak lain yang terkait. Termasuk kewenangan ORI adalah memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada Pelapor ataupun Terlapor dan meminta klarifikasi dan atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari instansi manapun. Terhadap laporan yang diterima ORI berwenang memanggil Pelapor, Terlapor dan pihak terkait. ORI dapat menyelesaikan laporan tersebut melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak. ORI mengeluarkan rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk Rekomendasi untuk membayar ganti rugi danatau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan. ORI berwenang pula mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan Rekomendasi. 60 Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan wewenangnya ORI secara lembaga memiliki imunitas. ORI tidak dapat ditangkap, ditahan, diinterogasi, dituntut, atau digugat di muka pengadilan. ORI terdiri atas satu orang Ketua merangkap anggota, satu orang Wakil Ketua merangkap anggota dan tujuh orang anggota. Mereka dipilih oleh DPR atas usul Presiden atas hasil tim seleksi yang dibentuk Presiden. Presiden dan DPR menerima laporan tahunan dan laporan berkala setiap tiga bulan.

4. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan