Jenis obat yang direkomendasikan

41

4.2.1 Jenis obat yang direkomendasikan

Berdasarkan hasil penelitian jenis obat yang paling banyak direkomendasikan adalah jenis obat tunggal. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini. Tabel 4.3 Jenis obat yang direkomendasikan Jenis Obat Jumlah Apotek n Tunggal - Antasida - Antagonis Reseptor H2 - Pompa Proton Inhibitor PPI - Herbal 53 1 8 3 81,54 1,54 12,31 4,61 Total 65 92,86 Kombinasi - Antagonis Reseptor H2 + Antasida - Antasida + Suplemen - PPI + Antasida - Antiemetik + Penghambat Reseptor H2 2 1 1 1 40,00 20,00 20,00 20,00 Total 5 7,14 Keterangan: n = jumlah seluruh apotek yang dikunjungi Berdasarkan hasil penelitian, dari 70 apotek sebanyak65 apotek 92,86 yang merekomendasikan jenis obat tunggal, dimana yang paling banyak adalah jenis obat antasida yang bahan aktifnya merupakan aluminium hidroksida, magnesium hidroksida dan simetikon, serta beberapa bahan aktif lain yang dapat dikombinasikan dengan keduanya Ditjen POM RI., 2014. Pada penelitian ini terapi yang paling sesuai dan paling banyak diberi adalah pemberian jenis obat golongan antasida yang dilakukan oleh 53 apotek 81,54,karena ini merupakan langkah awal dimana gejala yang dialami pasien masih ringan. Menurut Berardi, dkk., 2004 perilaku pengobatan sendiri menggunakan obat bebas dan bebas terbatas merupakan salah satu perilaku kesehatan. Hasil statistik penjualan obat bebas pada tahun 2001-2002 menunjukkan bahwa antasida menempati urutan Universitas Sumatera Utara 42 ketiga setelah batuk-pilek dan penghilang nyeri Saputro, 2009. Menurut Depkes RI., 2006 penggunaan obat maag golongan antasida banyak digunakan karena sakit maag pada awalnya diobati secara simptomatik dengan pemberian obat yang menetralisir atau menghambat produksi asam lambung berlebihan yang merupakan mekanisme kerja dari antasida. Obat Antagonis Reseptor H2 oleh petugas apotek hanya 1 apotek 1,54. Kemampuan antagonis reseptor H2 menurunkan asam lambung disamping dengan toksisitas rendah merupakan kemajuan dalam pengobatan penyakit. Efektivitas obat ini pada penyembuhan tukak duodenum yang khusus berkaitan dengan masalah hiperasiditas. Rekomendasi obat PPI pompa proton inhibitor dilakukan oleh 8 apotek 12,31 yang terdiri dari omeprazol dan lansoprazol. Omeprazol, inpepsa dan ranitidine merupakan OWA dimana obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. Maka obat tersebut dapat digunakan dalam swamedikasi penyakit maag, dengan ketentuan dan batasan dalam penggunaan obat maag tersebut, sedangkan obat lansoprazol,simetidin dan nexlum tidak boleh digunakan dalam swamedikasi penyakit maag, karena obat tersebut merupakan obat keras yang harus menggunakan resep dokter Lestari, dkk., 2014. Petugas apotek yang merekomendasikan herbal sebanyak 3 apotek 4,61. Ekstrak yang digunakan adalah Aloe vera folium, Centella herba, Nigellae sativae, Medicago sativa, Zingiber officinale. Tanaman tradisional diharapkan mempunyai efek samping yang lebih kecil daripada penggunaan obat sintetik Perry, 1980. Zingiber officinalemampu membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu protease dan lipase, yang masing- Universitas Sumatera Utara 43 masing mencerna protein dan lemak selain itu membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu mengeluarkan angin. Selain pemberian obat tunggal, pemberian obat kombinasi yang dilakukan oleh petugas apotek dari 70 apotek hanya 5 apotek 7,14.Diantaranya Antagonis reseptor H2 yang dikombinasi dengan antasida yaitu sebanyak 2 apotek 40,00. Kombinasi obat ini dikatakan rasional dan tidak boleh diminum bersamaan, karena dapat dapat menyebabkan penyerapan golongan reseptor H2 menurun sampai 30-40. Oleh karena itu bila antagonis reseptor H-2 diberikan bersama dengan antasida, sebaiknya antasida diberikan minimal 2 jam sebelumsesudah pemberian antagonis reseptor H-2 Aziz, 2002. Kemudian masing-masing 1 apotek 20,00 yang petugas apoteknya memberikan antasida yang dikombinasikan dengan suplemen, PPI dengan antasida dan antiemetik yang dikombinasi dengan antagonis reseptor H2. Antagonis reseptor H2 bekerja dengan dengan cara menghambat kinerja sebuah protein yang mampu merangsang produksi asam, dimana protein ini dikenal sebagai histamin. PPI bekerja dengan cara menghambat kinerja protein penghasil asam lambung yang disebut dengan pompa proton. Pada PPI yang dikombinasikan dengan antasida ini merupakan pemberian obat yang tidak rasional karena antasida dapat mengganggu kinerja dari PPI. Antasida dapat dikombinasikan dengan PPI bila penggunaan obat PPI di minum 1 atau 2 jam sebelum atau sesudah mengkonsumsi antasida. Selain itu, jenis sediaan obat yang direkomendasikan oleh petugas apotek yangpaling banyak adalah jenis sediaan tablet kunyah. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini. Universitas Sumatera Utara 44 Tabel 4.4 Jenis sediaan obat yang direkomendasikan Jenis Sedian n Tablet kunyah 42 56,00 Suspensi 25 33,33 Kapsul 8 10,67 Keterangan: n = jumlah seluruh apotek yang dikunjungi Dari hasil penelitian diatas, mayoritas petugas apotek yang memberikan sediaan bentuk tablet kunyah sebanyak 42 apotek 56,00, sedangkan pada sediaan suspensisebanyak 25 apotek 33,33, hal ini dikarenakan pada pemakaiannya lebih rumit karena harus memakai sendok takar. Tetapi sebagian konsumen lebih memilih sediaan suspensi dengan alasan efek kerjanya lebih cepat dibandingkan dari antasida tablet. Selain itu, sediaan tablet harganya lebih terjangkau dan karena alasan kepraktisan dalam penggunaannya dibandingkan sediaan suspensi Hamid, 2014. Pada sediaan kapsul hanya sebanyak 8 apotek 10,67.

4.2.2 Rentang harga obat yang direkomendasikan