Profil Informasi Non Farmakologi

50 mengikuti bentuk aturan dan anjuran yang diberikan oleh para ahli,dokter dan apoteker, guna mendapat efek yang diinginkan sekaligus meminimalisasi dan menghilangkan efek yang tidak diinginkan. Selain itu, kontraindikasi sebenarnya juga harus diinformasikan kepada pasien agar pasien dapat mengetahui apakah obat tersebut tidak berdampak buruk pada penyakit lainnya atau dapat mengganggu kehamilan pada wanita hamil, sedangkan pada informasiperhatian, cara penyimpanan, cara perlakuan sisa obat, dan identifikasi obat yang rusak juga tidak diinformasikan pada petugas apotek. Pelayanan kefarmasian swamedikasi yang dilakukan oleh petugas apotek dinilai masih kurang maksimal karena masih terdapat banyak petugas apotek yang tidak memberikan informasi obat yang semestinya sehingga dapat memberikan hasil terapi yang optimal bagi pasien swamedikasi.

4.4 Profil Informasi Non Farmakologi

Variabel informasi non farmakologi dalam penelitian ini terdiri dari dua indikator yaitu makanan dan minuman, serta pola hidup. Informasi non farmakologi berfungsi sebagai penunjang akan keberhasilan terapi. Berdasarkan hasil penelitian informasi non farmakologi yag diberikan petugas apotek berdasarkan informasi makanan dan minuman hanya 2 apotek 2,85 dan hanya 1 petugas apotek 1,43yang memberikan informasi pola hidup. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9 dibawah ini. Tabel 4.9Distribusi informasi non farmakologi yang diberikan oleh petugas apotek Indikator Ya, n Tidak, n Makanan dan minuman Pola Hidup 2 2,86 1 1,43 68 97,14 69 98,57 Keterangan: n = jumlah seluruh apotek yang dikunjungi Universitas Sumatera Utara 51 Makanan berlemak dan pedas dapat merangsang asam lambung Depkes RI., 2006sedangkan menurut Rahma, dkk., 2013 jenis makanan yang berisiko untuk penderita gastritis adalah makanan yang mengandung gas, makanan yang bersantan, makanan yang pedas, asam, dan lain-lain. Mengkonsumsi makanan berisiko salah satunya makanan yang pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan tersebut lebih dari satu kali dalam seminggu dan dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis. Selain itu seperti minuman beralkohol, bersoda, dan kopi dalam jumlah sedikit dapat memicumeningkatkan sekresi gastrin sehingga merangsang produksi asam lambung, nafsu makan berkurang dan mual, sedangkan dalam jumlah banyak akan merusak mukosa lambung. Waktu jeda makan yang baik merupakan penentu pengisian dan pengosongan lambung. Waktu yang baik adalah sarapan jam 07.00, selingan pagi 10.00, makan siang 13.00, selingan siang 15.00 dan makan malam 18.00 Anggita, 2012. Menurut Ditjen POM, RI., 2014, ada beberapa pencegahan yang dapat dilakukan dengan perbaikan gaya hidup dan pola makan antara lain: a. berhenti merokok dan membatasiasupan alkohol b. tidak melakukan aktivitas fisik setelah makan c. makan tidak kurang dari 3 jam sebelum tidur, sehingga memberikan waktu untuk pengosongan lambung d. menghindari makanan yang merangsang asam dan gas lambung misalnya minuman berkarbonasi, kubis, lobak, dan lain-lain e. mengurangi porsi makan dan mengunyah makanan dengan baik. Universitas Sumatera Utara 52 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa masih banyak petugas apotek yang tidak melakukan informasi non farmakologi, hal ini disebabnya kurangnyapengetahuan petugas apotek mengenai penyakit lambung dan disebabkan kurangnya patient assessment yang dilakukan.

4.5 Petugas Apotek yang Melakukan Pelayanan Swamedikasi