Golongan obat yang direkomendasi

46 period of time serta harga yang terjangkau. Definisi tersebut fokus pada 4 aspek penting dalam pengobatan rasional yaitu ketepatan obat, ketepatan dosis, ketepatan lama pengobatan dan ketepatan biaya WHO., 2006.

4.2.3 Golongan obat yang direkomendasi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil yaitu golongan obat yang paling banyak direkomendasikan oleh petugas apotek adalah obat bebas yaitu sebanyak 52 petugas apotek 74,28 dan pembagian keterangan golongan obatnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Golongan obat yang diberi oleh petugas apotek dapat dilihat pada Tabel 4.6. Klasifikasi obat merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah guna peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan sekaligus pengamanan distribusi. Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan jenis obat yang boleh diperjualbelikan secara bebas tanpa harus menggunakan resep dokter. Obat semacam ini biasa dikenal dengan nama OTC Over The Counter. Obat keras adalah sejenis obat yang tidak dapat diperjualbelikan secara bebas. Untuk menebusnya, kita harus menggunakan resep dokter, terkecuali obat keras yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek DOWA Menkes RI., 1993. Tabel 4.6Golongan obat yang direkomendasikan Golongan Obat n Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat Keras Obat Herbal Obat Bebas – Obat keras Obat Keras – Obat Keras Obat Bebas Terbatas – Obat Keras 52 72,48 1 1,43 9 12,86 3 4,28 2 2,86 1 1,43 1 1,43 Keterangan: n = jumlah seluruh apotek yang dikunjungi Universitas Sumatera Utara 47 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat petugas apotek yang memberikan obat kerasyang tidak termasuk dalam daftar obat wajib apotek seperti lansoprazol dan simetidin, sedangkan obat yang aman digunakan untuk swamedikasi adalah obat-obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas terbatas Depkes, RI., 2006. Hal ini dimungkinkan kurangnya pengetahuan petugas apotek yaitu asisten apoteker tentang obat wajib apotek ataupun penyalahgunaan hak oleh apoteker dengan melakukan swamedikasi obat keras non obat wajib apotek. Sesuai dengan hukum ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia bahwa hanya swamedikasi obat keras yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek yang bisa dibenarkan secara hukum dan memperolehnya secara swamedikasi harus berdasarkan pengobatan pengulangan dari dokter, misalnya ranitidin. Selebihnya, hal itu dikatakan pelanggaran terhadap PP dan UU yang berlaku di Indonesia Menkes RI., 2009.

4.3 Profil Informasi Obat