Unsur Perbuatan Pidana Perbuatan Pidana dalam Lingkup Perpajakan

d. Pihak ketiga meliputi bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, instansi pemerintah, lembaga asosiasi Pasal 35 dan 35A e. Setiap orang yang menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda.. Pasal 41B. Dalam lingkup tindak pidana di bidang perpajakan, yang berposisi sebagai pihak yang dapat dimintai pertanggung jawaban pidana adalah Wajib Pajak, baik seseorang maupun badan hukumkorporasi yang di dalamnya terdapat subyek hukum orang dan subyek hukum badan hukum. Akan tetapi yang diwajibkan untuk dibuktikan unsur kesalahan kepada pelakunya hanyalah subjek hukum orang yang memiliki akal untuk menentukan kehendaknya.

2. Unsur Perbuatan Pidana

Tidak dapat dijatuhkan pidana karena suatu perbuatan yang tidak termasuk dalam rumusan delik. Ini tidak berarti bahwa selalu dapat dijatuhi pidana kalau perbuatan itu tercantum dalam rumusan delik. Untuk itu diperlukan dua syarat : Perbuatan itu bersifat melawan hukum dan dapat dicela. Dengan demikian, rumusan pengertian Perbuatan Pidana menjadi jelas : suatu perbuatan pidana adalah perbuatan manusia yang termasuk dalam ruang lingkup rumusan delik, bersifat melawan hukum, dan dapat dicela. 63 Perbuatan Manusia : bukan mempunyai keyakinan atau niat, tetapi hanya melakukan atau tidak melakukan, dapat dipidana. Yang juga dianggap perbuatan manusia adalah perbuatan badan hukum. Dalam lingkup rumusan delik, semua unsur rumusan delik yang tertulis harus dipenuhi. Bersifat Melawan Hukum : Suatu perbuatan yang memenuhi semua unsur rumusan delik yang tertulis misalnya, sengaja membunuh orang lain tidak dapat dipidana kalau tidak 63 I Made Widyana, Asas-asas Hukum Pidana Jakarta : Fikahati Aneska, 2010, Hlm 55. Universitas Sumatera Utara bersifat melawan hukum misalnya, sengaja membunuh tentara musuh oleh seorang tentara dalam perang. Dapat Dicela : Suatu perbuatan yang memenuhi semua unsur delik yang tertulis dan juga bersifat melawan hukum, namun tidak dapat dipidana kalau tidak dapat dicela pelakunya. Sifat melawan hukum dan sifat dapat dicela itu merupakan syarat umum untuk dapat dipidananya perbuatan, sekalipun tidak disebut dalam rumusan delik. Inilah yang dinamakan unsur di luar undang-undang. Antara petindak dan suatu tindakan yang terjadi harus ada hubungan kejiwaan psychologisch, selain daripada penggunaan salah satu bagian tubuh, panca-indera atau alat lainnya sehingga terwujudnya sesuatu tindakan. Hubungan kejiwaan itu adalah sedemikian rupa, dimana petindak dapat menilai tindakannya, dapat menentukan apakah dilakukannya atau dihindarinya, dapat pula menginsyafi ketercelaan tindakannya itu, atau setidak-tidaknya, oleh kepatutan dalam masyarakat memandang bahwa tindakan itu adalah tercela. Bentuk hubungan kejiwaan itu dalam istilah hukum pidana disebut kesengajaan atau kealpaan. Selain daripada itu tiada terdapat dasar-dasar atau alasan-alasan peniadaan bentuk hubungan kejiwaan tersebut. Apabila seseorang melakukan suatu tindakan sesuai dengan kehendaknya dan karenanya merugikan kepentingan umummasyarakat termasuk kepentingan perseorangan, lebih lengkap kiranya apabila harus ternyata bahwa tindakan tersebut terjadi pada suatu tempat, waktu dan keadaan yang ditentukan. Artinya, dipandang dari sudut tempat, tindakan itu harus terjadi pada suatu tempat dimana ketentuan pidana Indonesia berlaku, dipandang dari sudut waktu, tindakan itu masih dirasakan sebagai suatu tindakan yang perlu diancam dengan pidana belum daluarsa, dan dari sudut keadaan, tindakan itu harus terjadi pada suatu keadaan dimana tindakan itu dipandang sebagai tercela. Dengan perkataan lain suatu tindakan Universitas Sumatera Utara yang dilakukan diluar jangkauan berlakunya ketentuan pidana Indonesia, bukanlah merupakan suatu tindak pidana dalam arti penerapan ketentuan pidana Indonesia. Perlu diperhatikan pula, apabila masalah waktu, tempat dan keadaan WTK ini dilihat dari sudut Hukum Pidana Formal sangat penting. Karena tanpa kejelasan WTK dalam surat dakwaan, maka surat dakwaan itu adalah batal demi hukum karena samar dan kabur, sama dengan unsur-unsur lain yang harus terbukti. Dari uraian tersebut diatas, secara ringkas dapatlah disusun unsur-unsur tindak pidana yaitu : 64 1. Subjek 2. Kesalahan 3. Bersifat melawan hukum Dari Tindakan 4. Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-undangperundangan dan terhadap pelanggarnya diancam dengan pidana 5. Waktu, tempat dan keadaan unsur objektif lainnya. Y. Sri Pudyatmoko berpendapat, berdasarkan ketentuan di dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, maka dapat dipahami unsur-unsur dari tindak pidana perpajakan itu, yaitu : 65 1. Tidak dilaksanakannya perbuatan yang diwajibkan, seperti tidak menyampaikan SPT, atau adanya perbuatan yang dilarang seperti memperlihatkan pembukuan palsu. 2. Berada dalam kaitannya dengan masalah pajak 3. Dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja 4. Secara melawan hukum : tidak memenuhi kewajiban hukum ataupun melakukan sesuatu yang dilarang oleh hukum. 64 E.Y Kanter dan S.R Sianturi,Op. Cit., Hlm 211. 65 Y. Sri Pudyatmoko dalam Simon Nahak, Hukum Pidana Perpajakan Malang : Setara Press, 2014, Hlm 117-118. Universitas Sumatera Utara 5. Dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Azis syamsuddin menulis bahwa, Unsur-unsur Tindak Pidana Perpajakan berdasarkan ketentuan di dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah 1 siapa saja, baik orang pribadi maupun badan yang 2 melakukan perbuatan yang melanggar kewajiban perpajakan, dan 3 menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. 66 Berikut uraian unsur-unsur dari rumusan Pasal Undang-undang Tindak Pidana Perpajakan beserta perubahannya :

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Peranan Tes Deoxyribonucleic Acid (Dna) Dalam Pembuktian Tindak Pidana(Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 626 Pid. B / 2012 / PN. SIM, Putusan Mahkamah Agung No. 704 K / Pid / 2011, Putusan Mahkamah AgungNo. 1967 K/Pid/2007 dan Putusan Mahkamah Agung

2 84 105

Pertanggung Jawaban atas Pemblokiran Rekening Nasabah Bank (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No.43 K/Pdt.Sus/2013)

4 75 94

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA MUCIKARI DALAM TINDAK PIDANA KESUSILAAN

0 9 55

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 0 9

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 0 1

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 1 17

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 1 54

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012) Chapter III IV

0 0 34

Analisa Yuridis Perbuatan Pidana Dan Pertanggung Jawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Perpajakan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K Pid.Sus 2012)

0 0 4