Pesaninformasi yang dibutuhkan oleh pengungsi yang mengalami bencana

tentang penanganan bencana sehingga salah dalam menafsirkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sementara itu, keterlibatan dari organisasi baik itu dari kalangan LSM, NGO dan relawan sangat membantu dalam penanganan darurat bencana erupsi Gunung Sinabung ini. Keterbatasan kemampuan institusi pemerintah mampu diimbangi dan ditutupi saat melakukan penanganan bencana di lapangan. Begitu juga dengan peranan dari BANKOM, ARON perangkat desa, BALUR sekretaris desa yang sangat berpengaruh terhadap tindakan di lapangan untuk lebih cepat dalam penanganannya. Jadi, lembaga yang berperan untuk memberikan informasi adalah dinas sosial, dinas kesehatan, dinas pendidikan, dan PVMBG yang merupakan perwakilan dari Pemkab Karo, termasuk juga BPBD yang merupakan lembaga pemerintah non departemen serta organisasi dari NGO, LSM dan relawan dari berbagai pihak dalam penanganan bencana erupsi ini.

4.3.2 Pesaninformasi yang dibutuhkan oleh pengungsi yang mengalami bencana

Dalam situasi bencana, berbagai macam data dan masukan menjadi beragam. Setiap individu bisa menggali untuk mendapatkan berbagai pengetahun tentang suatu hal. Data tersebut bisa menjadi bernilai, yaitu membawa peristiwa bencana ke arah resolusi yang terbaik. Sebelum diolah menjadi informasi, berbagai data akan muncul beberapa hal: 1. Data datang bertahap, dalam situasi yang cepat berubah, harus segera dikirimkan kepada pihak yang membutuhkan baik secara vertikal maupun horizontal 2. Data harus dievaluasi dan diolah menjadi informasi data baik, berkualitas dan dapat dipercaya 3. Data harus bisa dibuat untuk pengambilan keputusan yang tepat 4. Harus ada infrastruktur yang cukup layak untuk mendukung proses dan infrastruktur tersebut harus digunakan 5. Harus ada cukup staff yang terlatih, yang bisa mengerjakan hal tersebut 6. Dari semua proses yang diperlukan harus menunjukkan gambaran yang tepat, detail dan dapat diandalkan Berbagai data yang ada di lapangan adalah bahan dasar informasi. Tentu saja perlu verifikasi data tersebut agar dapat dipercaya. Namun, lebih penting dari itu adalah temuan data di lapangan untuk menghindari kemungkinan kekacauan di kemudian hari karena overloaded. Data Universitas Sumatera Utara tersebut kemudian akan diolah menjadi informasi, dan informasi menjadi bahan penting dalam pengambilan keputusan. Proses ini membutuhkan kecepatan, keakuratan dan ketepatan agar tidak terjadi bias atau salah menangkap dalam menginterpretasikan data. Informasi merupakan hal penting untuk membuat kebijakan dan mengambil keputusan. Kurangnya informasi dapat mengakibatkan kesalahan dan akhirnya dapat menimbulkan kerugian. Tidak semua informasi dapat dimanfaatkan, tetapi informasi yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Seperti keakuratannya, ketepatannya dan dapat diakses pada saat dibutuhkan. Informasi yang menyatakan hal sebenarnya atau akurat kadang sulit diperoleh, tetapi informasi yang mendekati dan menggambarkan kondisi sebenarnya harus diperoleh dan disimpan dengan sistem yang mudah diakses. Dengan menggabungkan banyak informasi dan analisis, informasi tersebut akan menjadi lebih bermakna. Teknologi informasi berkembang sangat cepat seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan teknologi komunikasi. Pengumpulan data real time yang cepat dan dalam kapasitas besar merupakan fungsi teknologi yang dapat mengeleminasi kelemahan sumber daya manusia. Selain itu dengan tambahan sistem perangkat lunak, maka sistem mampu membaca, mengolah dan bahkan menganalisis informasi yang siap dipakai untuk pengambilan keputusan. Dalam penanganan darurat bencana erupsi Gunung Sinabung ini, humasmedia centre berperan penting dalam penyajian data dan informasi yang dibutuhkan pengungsi. Informasi penyebaran logistik bencana bisa diakses melalui media centre ini. Media centre sudah membekali posko pengungsian dengan alat-alat komunikasi yang mendukung dalam hal akses informasi. Seperti HT, radio komunikasi, handphone dan jaringan internet dalam mempermudah dan mempercepat akses informasi. Kesimpang siuran informasi dapat diminimalisir dengan pemanfaatan media centre ini. Informasi mengenai data pengungsi baik itu melahirkan, sakit, meninggal dan lainnya bisa didapatkan melalui media centre yang ditempatkan di posko utama penanganan bencana ini. Selain itu, data harian mengenai perkembangan status gunung juga bisa diakses melalui media centre. Termasuk juga pemerataan pembagian logistik bisa ditanyakan kepada media centre. Ketidakpastian informasi menjadi kendala yang menimbulkan kekeliruan dalam proses penanganannya. Universitas Sumatera Utara Humasmedia centre merupakan salah satu akses yang bisa dimanfaatkan dalam menghimpun data dan informasi seputar penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung. Selain itu, bisa juga membentuk jaringan informasi dan komunikasi serta menyebarkan informasi tentang informasi tersebut ke media massa dan masyarakat luas. Media centre jugamempermudah dan mempercepat melakukan akses data dan informasi seputar bencana erupsi Gunung Sinabung. Sebagai institusi penyedia informasi, media menjadi pusat perhatian publik, secara khusus peristiwa bencana erupsi Gunung Sinabung. Secara positif, media bisa menjadi sumber pertama yang memberi informasi peristiwa, menunjukkan perkembangan dan secara psikologis mendorong rasa kemanusiaan publik serta menjadi mediator bantuan bencana. Publik tidak membutuhkan tayangan media atas peristiwa bencana dengan gaya liputan infotaiment, analisis yang bergaya diskusi politikisu kontroversial. Gaya-gaya tersebut yang memojokkan dan memaksa orang harus memberi jawaban atas pertanyaan yang mungkin tidak relevan pada korban yang baru saja kehilangan kerabatnya. Media TV akan lebih baik jka merancang berbagai format tayangan mengenai bencana, memiliki kepentingan yang produktif yaitu membantu publik dalam menangani bencana sebaik-baiknya. Salah satu kontribusinya adalah membanu sekaligus menjembatani ”problem solving” lapangan, korban yang belum ditangani. Secara skenario besarnya adalah membantu, memobilisasi, edukasi dan memberi semangat serta optimisme masa depan kepada publik. Selain faktor media massa, media lokal dan media komunitas menjadi hal yang patut untuk dicatat, menceritakan mengenai suara korban erupsi Gunung Sinabung lewat koran “sora sirulo”, yang didedikasikan dan diterbitkan khusunya untuk masyarakat Karo. Dari pengalaman produksi, pengelola seperti pemulung berita, namun yang tampak berbeda adalah media tersebut lebih menyuarakan kepentingan korban bencana daripada media lainnya yang cenderung menggunakan kepentingan pasar, pemerintah dan kebijakan media tersebut sebagai acuannya. Sampai pada saat ini, sebagai contoh jaringan komunikasi radio 2 arah khusus bencana masih berjalan. Media jalin Sinabung internet streaming dan juga jaringan Balerante, yang memiliki anggota relawan pemilik HT minimal, setiap hari dan terus menerus melakukan kontak serta saling mengiformasikan situasi Gunung Sinabung. Informasi mengenai data harian status Gunung Sinabung juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat khususnya korban bencana. Pembaharuan informasi yang dilakukan secara terus- Universitas Sumatera Utara menerus akan memudahkan korban bencana untuk lebih update. Untuk update informasi, masyarakat sekaligus korban bencana bisa mengaksesnya melalui website Kabupaten Karo, yaitu: www.karokab.go.id dibawah naungan kominfo dan PDE media centre. Biasanya update informasi seminggu sekali, tetapi dengan adanya media centre setiap hari bisa akses data dan informasi. PVMBG upgrade data ke grup what’s up untuk laporan Gunung Sinabung. PVMBG menghimpun data ke media centre dan disebar melalui radio komunikasi. Setiap 6 jam sekali data akan di update seiring dengan perkembangan gunung. Pekerjaan jurnalis berdekatan dengan pekerjaan peneliti. Dimana, jurnalis juga mengkonstruksikan realitas sosial mejadi teks yang mengandung informasi. Sehingga penting bagi jurnalis untuk tidak sekedar memberitakan suatu peristiwa. Tetapi sebagaimana seorang peneliti, jurnalis juga harus mampu menggambarkan secara detail data dan fakta ketika peristiwa bencana erupsi Gunung Sinabung sedang berlangsung. Wartawan yang meliput bencana juga harus mengedepankan akurasi dan empati. Pemilihan kata-kata untuk berita juga harus hati-hati guna menghindari meningkatnya stres dan kepanikan masyarakat khususnya korban bencana. Pendeskripsian peristiwa bencana harus jelas dan spesifik. Media memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi bencana kepada khalayak. Namun, konstruksi berita yang disampaikan kadang melupakan nilai-nilai entitas kemanusiaan. Sehingga dalam menginformasikan bencana malah mengakibatkan bencana kedua kepada korban bencana. Saat terjadinya bencana, media massa umumnya memberi porsi headline dengan konstruksi seragam yang menyajikan pesan-pesan dramatik, taumatik dan mencekam. Kemodifikasian bencana tersebut tak lepas dari hegemoni kapitalis dan ketatnya persaingan industri media. Media berlomba-lomba menyajikan berita secepat dan sedahsyat mungkin dengan mengabaikan akurasi data dan fakta, serta etika dan nilai-nilai jurnalisme. Keberpihakan kepada masyarakat pun menjadi semu, bila ujung-ujungnya adalah untuk menjual berita dan menaikkan rating untuk kepentingan kapitalis. Untuk itulah perlu adanya kesadaran wartawan dan media dalam meliput bencana. Dimana, paradigma peliputan bencana dapat diselaraskan dengan konsep manajemen bencana. Tujuannya adalah untuk menciptakan paradigma jurnalisme sensitif bencana yang mengutamakan keberpihakan kepada masyarakat. Media dapat menjalankan fungsinya pada fase pra bencana, tanggap darurat serta rehabilitasi dan rekonstruksi. Universitas Sumatera Utara Pada fase pra bencana, media berperan menginformasikan upaya mitigasi dan kesiapan menghadapi bencana. Pada fase tanggap darurat, wartawan harus memiliki empati dan mewartakan dengan sudut pandang korban. Dengan demikian, produk jurnalisme yang disajikan mewakili realitas dan terhindar dari eksploitasi untuk kepentingan komersial berita semata. Pada fase rahabilitasi dan rekonstruksi, peran penting media pada fungsi kontrol sosial terhadap penyimpangan dan sejenisnya. Peran media tersebut harus didukung konstruksi berita yang objektif, dengan bahan baku dan proses yang berkualitas. Sebagaimana seorang peneliti, jurnalis juga harus mampu menggambarkan secara detail data dan fakta ketika erupsi Gunung Sinabung sedang berlangsung. Pesan yang dibutuhkan pengungsi korban bencana erupsi Gunung Sinabung berupa kepastian akan status gunung. Selain itu, informasi mengenai pemerataan pembagian logistik juga perlu diketahui para korban. Informasi mengenai kejelasan nasib pengungsi yang masih bertahan di posko pengungsian juga penting bagi para korban mengingat pengungsi dari desa Bekerah dan Simacem sudah di relokasi.

4.3.3 Kebutuhan yang diperlukan korban bencana Gunung Sinabung