Komunikasi Massa Kajian Pustaka

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku mendukung. Artinya, seorang petugas dalam menghadapi suatu masalah bencana tidak bersikap defensif bertahan sesuai pendiriannya, namun harus mendukung perasaan dan kemauan para korban. 4. Sikap positif possitiveness Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila kita memiliki sikap positif. Sikap positif pada komunikasi interpersonal paling tidak menunjuk pada dua aspek, yaitu: 1 Komunikasi interpersonal akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap diri sendiri. Para petugas harus mampu mengelola perasaannya secara positif, jangan berorientasi memperoleh keuntungan di saat membantu para korban bencana. 2 Mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dalam berbagai situasi komunikasi. Jangan ada prasangka buruk terhadap setiap orang yang dihadapinya, karena prasangka akan mempengaruhi situasi komunikasi selanjutnya, yaitu apabila sudah didahului prasangka, maka komunikasi tidak akan efektif. 5. Kesamaan equality Kesamaan dalam komunikasi interpersonal mencakup dua hal, yaitu: a. Kesamaan dalam rangka berpikir frame of reference antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Hal ini akan memperlancar proses komunikasi, misalnya apa yang diharapkan masyarakat korban ternyata sama dengan program yang direncanakan pemerintah. b. Kesamaan bidang pengalaman field of experince, di antara perilaku komunikasi. Komunikasi akan lancar apabila pihak-pihak yang berkomunikasi mempunyai pengalaman yang sama, misalnya sama-sama pernah menjadi korban bencana alam.

2.2.5 Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia human communication yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Menurut Pool dalam Wiryanto, 2006:3 mendefenisikan komunikasi massa sebagai, komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melaluis aluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi. Fungsi komunikasi massa menurut Alexis S Tan dalam Nurudin, 2007: 65 adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1 Fungsi Komunikasi Massa Tujuan Komunikator Tujuan Komunikan Memberi informasi Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan Mendidik Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya Mempersuasi Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. Menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikan Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi. Sumber: Nurudin, 2007: 65 Dari tabel 1.1 tersebut, fungsi komunikasi massa dalam penanggulangan bencana sangat dibutuhkan terutama dalam memberi informasi dan mendidik. Dalam situasi darurat bencana, informasi merupakan salah satu kebutuhan mendasar yang bisa dijadikan korban bencana sebagai acuan untuk mempelajari ancaman erupsi dan peluang selamat dari erupsi tersebut. Informasi akan mempermudah korban dalam memahami situasi gunung sehingga mereka bisa mengambil keputusan yang tepat ketika erupsi Gunung Sinabung terjadi kembali. Informasi yang tidak jelas akan memperlambat dan mempersulit proses evakuasi, rehabilitasi serta rekonstruksi bagi korban bencana. Peran humas sekaligus media centre dalam tim penanganan darurat bencana erupsi Gunung Sinabung ini, harus benar-benar total dalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya. Karena sedikit kesalahan akan berakibat fatal dalam proses penanganan bencana ini. Mempelajari bencana memang suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Apalagi bencana itu baru pertama kali terjadi. Banyaknya bangunan sekolah yang tutup karena debu Universitas Sumatera Utara vulkanik, membuat para siswa harus libur dari pelajarannya. Mereka diberi kegiatan belajar mengajar di posko pengungsian dengan peralatan apa adanya. Relawan dari berbagai pihak ikut membantu guna melancarkan proses belajar mengajar. Sangat menyedihkan, ketika melihat siswa yang memiliki semangat tinggi harus menggali ilmu di posko pengungsian. Dampak dari erupsi Gunung Sinabung ini memang sangat menyakitkan bagi korban, terutama dari daerah Kecamatan Naman Teran. Berada di posko pengungsian selama setahun lebih tentu mempengaruhi keadaan psikologi korban bencana. Tim yang menangani erupsi ini harus berjuang untuk mengembalikan semangat korban agar tetap bertahan sampai situasi normal kembali. Mereka harus diberi pendidikan dalam menghadapi bencana bilamana bencana datang kembali. Kompetensi komunikasi massa juga sangat diperlukan dalam komunikasi bencana, baik prabencana, saat bencana maupun pascabencana. Pada prabencana, media dapat mengangkat berbagai informasi yang ada kaitannya dengan mitigasi bencana, saat bencana media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk memantau perkembangan bencana yang terjadi, dan pascabencana media massa dapat memberikan informasi terkait penanganan tanggap darurat, rekonstruksi dan rehabilitasi. Penyampaian informasi tentang bencana dan manajemen bencana yang cepat juga dapat dilakukan melalui komunikasi yang menggunakan media baru. Yang termasuk media baru adalah semua sumber daya yang ada dalam internet, misalnya world wide web, facebook, e-mail, blog, twitter dan lain-lain. Menurut Melissa dan Anis Hamidati 2011:152 bahwa teknologi media baru khususnya internet dan media sosial telah mengubah interaksi antar manusia secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pengguna media sosial yang kian meningkat. Komunikasi melalui media baru ini lebih fleksibel waktu bukan menjadi halangan dan biaya relatif terjangkau. Jadi, media ini merupakan salah satu media yang sangat efektif dalam proses penanganan bencana yang terjadi di beberapa tempat akhir-akhir ini khususnya erupsi Gunung Sinabung di Tanah karo.

2.2.6 Media Massa