Pada fase pra bencana, media berperan menginformasikan upaya mitigasi dan kesiapan menghadapi bencana. Pada fase tanggap darurat, wartawan harus memiliki empati dan
mewartakan dengan sudut pandang korban. Dengan demikian, produk jurnalisme yang disajikan mewakili realitas dan terhindar dari eksploitasi untuk kepentingan komersial berita semata. Pada
fase rahabilitasi dan rekonstruksi, peran penting media pada fungsi kontrol sosial terhadap penyimpangan dan sejenisnya.
Peran media tersebut harus didukung konstruksi berita yang objektif, dengan bahan baku dan proses yang berkualitas. Sebagaimana seorang peneliti, jurnalis juga harus mampu
menggambarkan secara detail data dan fakta ketika erupsi Gunung Sinabung sedang berlangsung.
Pesan yang dibutuhkan pengungsi korban bencana erupsi Gunung Sinabung berupa kepastian akan status gunung. Selain itu, informasi mengenai pemerataan pembagian logistik
juga perlu diketahui para korban. Informasi mengenai kejelasan nasib pengungsi yang masih bertahan di posko pengungsian juga penting bagi para korban mengingat pengungsi dari desa
Bekerah dan Simacem sudah di relokasi.
4.3.3 Kebutuhan yang diperlukan korban bencana Gunung Sinabung
Erupsi Gunung Sinabung mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kondisi psikologis korban bencana yang terganggu bahkan
jatuhnya korban jiwa sempat menghantui korban bencana erupsi Gunung Sinabung. Dampak dari setiap kejadian bencana bisa mempengaruhi keadaan fisik dan non fisik korban. Oleh karena itu,
diperlukan proses pemulihan terhadap korban bencana erupsi Gunung Sinabung. Dua tahun menjadi pengungsi bukanlah waktu yang singkat untuk melewatkannya.
Banyak proses yang harus dilalui korban bencana. Kehidupan dari korban bencana berubah total selama berada di posko pengungsian. Intensitas terhadap kebutuhan pun meningkat melihat
kondisi yang tak kunjung normal. Korban bencana membutuhkan pemulihan dengan segera akibat dari erupsi Gunung Sinabung ini.
Kebutuhan dasar menjadi hal utama yang harus diperhatikan pihak yang terkait dalam penanganan ini. Mulai dari pasokan makanan, minuman dan ketersediaan air bersih. Seperti
kejadian di posko pengungsian desa Sigarang-garang yang mengalami kekurangan pasokan beras. Sementara itu, di posko pengungsian yang berbeda terjadi penumpukan logistik. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
sangat disayangkan karena akan menimbulkan kecemburuan sosial yang berujung kepada konflik. Padahal, bencana ini belum berakhir tapi muncul masalah baru di tengah situasi darurat
bencana. Termasuk juga kebutuhan kesehatan terhadap korban bencana menjadi salah satu
perhatian khusus bagi tim penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung ini. Pasokan obat- obatan setiap harinya harus disediakan bilamana korban mengalami sakit secara tiba-tiba. Secara
psikologis, kondisi korban bencana erupsi Gunung Sinabung ini jelas sangat terganggu. Rasa jenuh, bosan bahkan trauma dirasakan korban bencana erupsi Gunung Sinabung ini. Keadaan
yang tak kunjung normal menjadi salah satu faktor yang menyebabkan perasaan korban bencana terganggu. Untuk itu, korban bencana membutuhkan sosok yang mampu membangkitkan
semangat mereka di situasi darurat bencana ini. Para psikolog beserta relawan melakukan terapi bagi korban bencana untuk mengurangi tekanan yang sedang dihadapi. Hasilnya cukup
memuaskan, melihat setiap korban bencana di posko pengungsian tidak hanya mengeluh melainkan berusaha untuk mencari solusi terbaik dalam pemecahan masalahnya.
Sementara itu, kebutuhan pemulihan jangka panjang bagi korban bencana masih dalam tahapan jauh dari sasaran. Membangun perekonomian, pemulihan pendidikan, perbaikan fasilitas
umum, perbaikan sarana dan prasarana korban bencana, termasuk juga relokasi bagi desa Bekerah dan desa Simacem yang masih jauh dari tahapan sempurna. Status gunung yang tidak
stabil mengakibatkan penanganan darurat bencana erupsi Gunung Sinabung masih dalam tahap tanggap darurat dan belum masuk pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Penanganan erupsi Gunung Sinabung ini masih dalam tahap tanggap darurat. Biasanya, sesuai dengan UU bencana, seharusnya penanganan ini sudah sampai pada
tahap RR. Namun, status Gunung Sinabung ini sedikit berbeda dengan gunung yang lainnya yang mengakibatkan proses penanganan berangsur-angsur hingga bertahun.
Jadi, sampai pada hari ini penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung masih dalam fase tanggap darurat. Kemungkinan besar awal bulan Januari 2016 penanganan
bencana ini sudah bisa masuk dalam fase rehabilitasi pasca bencana.” Jadi, kebutuhan korban bencana akan pemulihan jangka waktu ini masih menunggu
sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Kebutuhan akan informasi juga sangat membantu korban bencana dalam menghadapi
bencana ini. ketidakjelasan informasi bisa menjadi pemicu terjadinya konflik. Seperti kejadian
Universitas Sumatera Utara
yang merenggut nyawa pada saat terjadinya erupsi Gunung Sinabung yang mengeluarkan awan panas. Media keliru dalam menafsirkan sebuah wacana. Pemerintah daerah menegaskan rencana
pemulangan pengungsi, sementara media menafsirkan pengungsi sudah bisa dipulangkan. Jelas, sangat merugikan bagi korban yang mengalami kejadian tersebut.
Ketidakjelasan informasi sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku korban dalam melakukan suatu tindakan. Hal ini jelas sangat merugikan bagi korban bencana erupsi Gunung
Sinabung. Informasi yang dibutuhkan bukan membantu malah menyulitkan korban yang sedang dalam kesusahan.
Kejadian bencana erupsi Gunung Sinabung ini sebaiknya jadi pelajaran buat kedepannya bilamana bencana serupa terjadi kembali. Pemenuhan kebutuhan terhadap korban bencana harus
menjadi perhatian khusus untuk mengurangi resiko bencana yang lebih besar. Kebutuhan dasar mereka harus diutamakan paling tidak bisa menenangkan korban bencana sembari menunggu
pemenuhan kebutuhan jangka panjang korban bencana dalam tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Jadi, kebutuhan yang diperlukan korban bencana erupsi Gunung Sinabung berupa
kebutuhan mendesak dan pemulihan jangka panjang. Misalnya, pasokan makanan, minuman dan kesehatan bagi para korban. Pemulihan terhadap pendidikan terhadap korban yang masih
berstatus sebagai pelajarmahasiswa. Perbaikan terhadap rumah dan lahan pertanian juga diharapkan dengan segera terealisasi bagi para korban. Pasokan listrik yang masih kurang untuk
menghindari pemadaman listrik yang sangat panjang selama erupsi gunung terjadi
4.3.4 Peranan komunikasi bencana erupsi Gunung Sinabung