STADIUM DIAGNOSIS KANKER OVARIUM

pula diprediksi dengan memperhatikan beberapa penampilan makroskopis dari tumor ovarium seperti dalam tabel berikut. Jinak 16 Ganas Unilateral Bilateral Kapsul utuh Kapsul pecah Bebas dari perlengketan Adanya perlengketan dengan organ sekitar Permukaan licin Pertumbuhan abnormal di permukaan tumor Tidak ada asites Asites hemoragik Peritoneum licin Ada metastasis di peritoneum Seluruh permukaan tumor viabel Ada bagian-bagian yang nekrotik dan berdarah Tumor kistik Padat atau kistik dengan bagian-bagian padat Permukaan dalam kista licin Terdapat pertumbuhan papiler intra kista Bentuk tumor seragam Bentuk tumor bermacam-macam Tabel 2.2. Tampilan makroskopik tumor ovarium jinak dan ganas 16

2.1.3. STADIUM

Stadium kanker ovarium disusun menurut keadaan yang ditemukan pada operasi eksplorasi, atau laparotomy surgical staging. Stadium tersebut menurut International Federation of Gynecologist and Obstetricians FIGO tahun 2000 adalah seperti dalam tabel berikut: Stadium 16,17 Keterangan I Tumor terbatas pada ovarium IA Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor pada cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum IB Tumor terbatas pada dua ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor pada permukaan Universitas Sumatera Utara kapsul, tidak ada sel tumor pada cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum IC Tumor terbatas pada satu atau dua dengan salah satu faktor dari kapsul tumor yang pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan kapsul, ditemukan sel tumor ganas pada cairan asites ataupun bilasan rongga peritoneum II Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis IIA Tumor meluas ke uterus dan atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan asites ataupun bilasan rongga peritoneum IIB Tumor meluas ke jaringan organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di cairan asites ataupun bilasan rongga peritoneum IIC Perluasan di pelvis IIA atau IIB dengan ditemukan sel tumor di cairan asites atau bilasan rongga peritoneum III Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor pada rongga peritoneum di luar pelvis dengan atau metastasis ke kelenjar getah bening regional IIIA Metastasis mikroskopis di luar pelvis IIIB Metastasis makroskopis di luar pelvis dengan besarnya lesi metastasis yang kurang atau sama dengan 2 sentimeter IIIC Metastasis makroskopis di luar pelvis dengan besarnya lesi metastasis yang lebih dari 2 sentimeter dan atau metastasis ke kelenjar getah bening regional IV Metastasis jauh di luar rongga peritoneum Tabel 2.3. Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics FIGO 2000. 17

2.1.4. DIAGNOSIS

Diagnosis kanker ovarium memerlukan pemeriksaan histopatologi jaringan yang diperoleh melalui tindakan laparotomi eksplorasi. Selain dari anamnesa dan pemeriksaan fisik ginekologi yang dilakukan, pemeriksaan pembantu dapat pula dilakukan, yaitu : • Ultrasonografi USG Universitas Sumatera Utara USG adalah cara pemeriksaan non-invasif yang relatif murah. Dengan USG dapat secara tegas dibedakan tumor kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan bagian-bagian padat echogenik persentase keganasan makin meningkat. Sebaliknya, pada tumor kistik tanpa ekointernal anechoic kemungkinan keganasan menurun. 16 Pada umumnya, tumor ganas ovarium mempunyai gambaran multilokulasi, komponen padat atau echogenik dan mempunyai septa yang tebal dengan area nodular. Pemakaian USG transvaginal color Doppler dapat membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas. Modalitas ini didasarkan kepada analisis gelombang suara Doppler resistance index atau RI, pulsatility index atau PI, dan velocity dari pembuluh-pembuluh darah pada tumor yang menunjukkan peningkatan arus darah diastolik dan perbedaan kecepatan arus darah sistolik dan diastolik. Keganasan dicurigai jika RI 0,4. 18 • Computed Tomography Scanning CT-Scan 16 Pemakaian CT-Scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat. Dengan CT- Scan dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar, dan kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut. Akan tetapi, CT-Scan kurang disenangi karena 1 resiko radiasi, 2 resiko reaksi alergi terhadap zat kontras, 3 kurang tegas dalam membedakan tumor kistik dengan tumor padat, dan 4 biayanya mahal. • Magnetic Resonance Imaging MRI 16 Jika dibandingkan dengan CT-Scan, MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostik, menggambarkan penjalaran penyakit, dan menentukan lokasi tumor di abdomen atau pelvis. CT- Scan lebih dianjurkan dalam evaluasi kanker ovarium. • Pemeriksaan tumor marker CA-125 16 Pada tahun 1981, Bast dan kawan-kawan pertama kali mendeskripsikan CA 125, suatu glikoprotein yang dikenal oleh antibodi monoklonal murine OC 125 sebagai penanda untuk keganasan epitel. CA 125 merupakan penanda tumor yang paling sering digunakan untuk kanker ovarium. 19 CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom dan epitel amnion. Pada orang dewasa CA 125 dihasilkan oleh epitel coelom sel mesotelial pleura, perikardium, dan peritoneum dan epitel saluran muller tuba, endometrium, dan endoserviks. Permukaan epitel Universitas Sumatera Utara ovarium fetus dan dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali kista inklusi, permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia, dan yang mengalami pertumbuhan papiler. Kadar normal paling tinggi yang disepakati untuk CA 125 adalah 35 Uml. Untuk penderita yang telah mengalami menopause atau histerektomi, kadar normalnya lebih rendah, yaitu 20 Uml dan 26 Uml. Pada 83 penderita kanker ovarium epitelial, kadar CA 125 adalah 35 Uml. Kadar CA 125 yang meningkat ditemukan pada 50 kanker ovarium stadium I dan pada 90 penderita kanker ovarium epitelial stadium lanjut. Pemeriksaan kadar CA 125 ini mempunyai spesifisitas dan positive predictive value yang rendah. Hal ini karena pada kanker lain seperti kanker pankreas, kanker mamae, kanker kandung kemih, kanker liverm dan kanker paru, kadar CA 125 juga meningkat. Di samping itu, pada keadaan bukan kanker seperti divertikulitis, mioma uteri, endometriosis, kista jinak ovarium, abses tubovarium, sindroma hiperstimulasi ovarium, kehamilan ektopik, kehamilan, dan menstruasi, kadar CA 125 juga meningkat. 16 • Indeks Risiko Keganasan IRK 16 Jacob dan kawan-kawan pada tahun 1990, membuat indeks risiko keganasan IRK berdasarkan kadar serum CA 125, status menopause, dan hasil ultrasonografi, dan merekomendasikan penggunaannya untuk membedakan tumor jinak atau ganas dari tumor ovarium. Dari hasil penelitian Jacob dan kawan-kawan, dengan menggunakan indeks risiko keganasan IRK dengan skor IRK = 200, sensitivitasnya adalah 85,4 dan spesifisitasnya adalah 96,9. Hasil ini lebih akurat diibandingkan dengan penggunaan ultrasonografi dan serum CA 125 secara sendiri-sendiri. Indeks resiko keganasan menurut Jacob dan kawan-kawan IRK dihitung dengan menggunakan rumus: 20,21 20,21 Keterangan : U = hasil ultrasonografi dimana karakteristik ultrasonografi yang dijumpai : - multilokulasi kista ovarium - komponen solid pada tumor ovarium IRK = U x M x Serum CA 125 Universitas Sumatera Utara - lesi bilateral - asites - adanya bukti metastasis intra abdomen Nilai U = 0, jika tidak dijumpai karakteristik ultrasonografi di atas Nilai U = 1, jika dijumpai salah satu karakteristik ultrasonografi di atas Nilai U = 3, jika dijumpai dua hingga lima karakteristik ultrasonografi di atas M = status menopause Nilai M = 1, jika belum menopause Nilai M = 3, jika sudah menopause Serum CA 125 = kadar serum penanda tumor CA 125 dalam Uml Royal College of Obstetricians and Gynaecologists RCOG menggunakan Indeks Risiko Keganasan IRK sebagi cara yang efektif triase wanita untuk dikelompokkan menjadi risiko rendah, sedang, atau tinggi. Risiko 22 Indeks Risiko Keganasan Rendah 25 Sedang 25 – 250 Tinggi 250 Tabel 2.4. Risiko keganasan berdasarkan Indeks Risiko Keganasan 22 IRK ini bisa digunakan untuk merujuk pasien ke pusat onkologi untuk mendapat pengobatan yang lebih sesuai dan terapi pembedahan yang lebih efektif. 23 Universitas Sumatera Utara

2.1.5. PROGNOSIS