Gambar 2.6. Faktor instrinsik dan ekstrinsik koagulasi serta inhibitornya Walaupun sel-sel tumor dapat mengekspresikan sejumlah protein fibrinolitik, pasien-
pasien dengan tumor solid menunjukkan gangguan aktivitas fibrinolitik. Temuan ini mengarahkan dugaan bahwa gangguan ini mungkin merupakan mekanisme yang dapat
menjelaskan mengapa pada pasien-pasien ini cenderung terjadi DVT. Sitokin juga dihasilkan oleh sel-sel tumor ganas. Molekul ini dapat mendukung koagulasi dengan bekerja pada endotel
pembuluh darah. Pada satu contoh telah diamati bahwa ekspresi dari faktor jaringan sel endotel pembuluh darah dapat dirangsang oleh sitokin nekrotik tumor faktor-
α dan interleukin-1β. Interaksi seluler langsung dari sel tumor dapat terjadi pada sel endotel, monositmakrofag, dan
platelet. Interaksi ini dapat merangsang DVT dengan mempengaruhi sistem hemostasis melalui inisiasi dari down-regulation antikoagulan dan up-regulation dari efek prokoagulan.
43
2.5.3. Faktor Risiko DVT Pada Pasien Kanker
43
Pasien-pasien rawat inap yang mengidap kanker memiliki peningkatan resiko untuk terjadinya DVT. Faktor risiko untuk terjadinya DVT termasuk dilakukannya tindakan
pembedahan, kemoterapi, trauma, dan kateter vena sentral atau alat pacu jantung. Pada pasien- pasien rawat jalan, kanker juga berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya DVT. Faktor
risiko pada pasien yang tidak dirawat inap ini termasuk berat badan berlebih atau obesitas, merokok, dan penggunaan kontrasepsi oral. Selain itu ada sejumlah faktor yang dapat
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi kemungkinan pasien-pasien kanker untuk terbentuknya DVT. Faktor-faktor ini termasuk jenis, ukuran, dan stadium tumor serta adanya metastasis, kemoterapi, usia pasien,
mobilitas pasien, dan dilakukannya tindakan pembedahan.
30,43,48
Tabel 2.10. Hubungan DVT dengan faktor risiko pada kanker
43
Tabel 2.11. Tumor ganas yang berhubungan dengan DVT
2.5.3.a. Jenis, Ukuran, Stadium Dan Penyebaran Tumor
43
Secara umum dipercaya bahwa kanker dengan jenis adenokarsinoma berhubungan dengan lebih tingginya insidensi DVT secara signifikan.
45,48
Namun penelitian lain oleh Gaducci dan kawan-kawan menyatakan bahwa jenis histologi dari kanker tidak berhubungan dengan
kejadian DVT. Risiko terjadinya trombosis lebih tinggi pada pasien-pasien dengan stadium yang lebih
tinggi stadium IV dibandingkan dengan stadium yang lebih rendah stadium II ke bawah.
27
43,45
Selain itu, insidensi DVT pada pasien kanker juga berhubungan dengan pertumbuhan dan penyebaran dari kanker yang ada. Pada kanker ovarium dikatakan bahwa ukuran tumor yang
Universitas Sumatera Utara
lebih besar dan keterlibatan dari kedua ovarium serta adanya metastasis juga berhubungan dengan kejadian DVT.
27,45,48
Adanya asites serta volume dari asites yang ada pada kanker ovarium disebutkan tidak memiliki hubungan dengan terjadinya DVT.
2.5.3.b. Kemoterapi
6
Untuk kebanyakan jenis kanker, dijumpai informasi mengenai insidensi kemoterapi dapat menyebabkan tromboembolisme. Penelitian oleh Von Templehoff dan kawan-kawan pada 60
pasien dengan kanker ovarium dengan stadium FIGO I-IV; dimana pasien mendapat kemoterapi dengan regimen cisplatinepirubicincyclophospamide setelah dilakukannya operasi,
menunjukkan pada total 17 pasien 28,3 terbentuk VTE.
2.5.3.c. Usia Pasien
43
Dijumpai peningkatan yang tajam untuk insidensi terjadinya DVT pada usia di atas 60 tahun pada populasi umum. Walaupun insidensi DVT meningkat seiring usia, diduga bahwa,
karena adanya peningkatan pada obat-obatan komorbid dan kondisi pembedahan pada pasien dengan usia yang lebih tua, usia mungkin bukan merupakan faktor risiko independen untuk
terjadinya DVT. Pengaruh dari kanker yang ditemukan pada saat pembedahan dan usia pasien sebagai faktor risiko terjadinya DVT dianalisa pada suatu penelitian pada 807 pasien, dan
ditemukan bahwa kanker memiliki risiko yang lebih besar daripada usia untuk terjadinya DVT, sehingga usia juga didapatkan merupakan peningkatan risiko terjadinya DVT.
43,48
2.5.3.d. Mobilitas Pasien
Sejumlah penelitian pernah membuktikan hubungan antara imobilitas pasien dengan terbentuknya DVT. Suatu penelitian pada 253 pasien menunjukkan bahwa pasien-pasien yang
imobil kurang dari 1 minggu insidensi dari VTE adalah 15, sementara pasien-pasien yang imobil untuk waktu yang lebih lama memiliki insisdensi VTE sampai 80. Dan pada penelitian
lain ditemukan pada pasien-pasien rawat inap yang terus berbaring, 13 pasien yang tidak menjalani tindakan operasi terbentuk DVT.
2.5.3.e. Tindakan Pembedahan
43
Universitas Sumatera Utara
Pasien-pasien kanker, terutama kanker ginekologi yang menjalani tindakan pembedahan pada daerah panggul dengan pembuluh darah atau vaskularisasi yang banyak, memiliki risiko
terjadinya DVT lebih besar daripada pasien-pasien bukan kanker yang juga menjalani operasi. Pada suatu penelitian dari 203 pasien oleh Kakkar dan kawan-kawan, ditemukan bahwa insidensi
terjadinya DVT adalah 41 pada pasien-pasien kanker dan 26 pada pasien-pasien yang tidak mengidap kanker. Walsh dan kawan kawan juga melaporkan hal yang sama pada suatu penelitian
pada pasien-pasien keganasan ginekologi yang menjalani tindakan pembedahan. Dilaporkan bahwa pada pasien-pasien yang menjalani operasi, termasuk pasien-pasien
kanker, 40-80 terbentuk trombosis vena pada betis, dan 10-20 terbentuk trombosis vena proximal. Suatu penelitian melaporkan bahwa pada 491 pasien kanker dan 1585 pasien non
keganasan yang menjalani operasi dan tidak mendapat profilaksis untuk trombosis; angka untuk terjadinya PE yang fatal adalah 1,6 untuk pasien-pasien kanker berbanding 0,5 untuk pasien-
pasien non keganasan.
43
2.5.4. LMWH Sebagai Profilaksis DVT Pada Kanker