2.1.5. PROGNOSIS
Penanganan kanker ovarium sampai saat ini belum memberikan hasil yang memuaskan. Kanker ovarium memiliki prognosa yang buruk, dan selain itu seringkali hal ini disertai dengan
komplikasi terjadinya deep venous thrombosis DVT yang juga dapat berakibat fatal. Karena gejala yang tidak spesifik sampai terjadi metastase, pasien sering datang dengan keadaan kanker
ovarium yang sudah lanjut pada lebih dari dua pertiga kasus sekitar 70, dan keadaan lanjut ini tampaknya berhubungan dengan resiko yang lebih besar untuk terjadinya kejadian
tromboembolisme. Dalam beberapa tahun terakhir, dijumpai hubungan peningkatan terjadinya DVT dengan tindakan operasi dan prosedur terapi yang ada sekarang.
1,3,4,6
2.2. DEEP VEIN THROMBOSIS DVT
2.2.1. DEFINISI
Venous thromboembolic disease VTE merupakan suatu istilah yang mencakup deep vein thrombosis DVT dan pulmonary embolism PE, atau kombinasi dari keduanya. DVT
merupakan suatu kondisi pada pembuluh darah dimana terbentuk bekuan darah di vena dalam pada sistem sirkulasi vena dalam. PE terjadi apabila sebagian dari trombus atau bekuan darah
tadi terlepas atau terpisah dari dinding vena, dan pindah melalui aliran pembuluh darah menuju arteri pulmonal.
7,24
DVT ini paling sering dijumpai 70-80 pada vena proksimal di atas atau proximal dari lutut, terutama vena poplitea dan vena femoralis. DVT pada daerah ini merupakan resiko tinggi
untuk terjadinya emboli paru. Selain itu, DVT juga dapat terjadi di bawah atau distal dari lutut vena di daerah betis, yaitu pada vena tibialis anterior, vena perineal, dan vena tibialis posterior.
Namun DVT pada daerah ini jarang terjadi dan merupakan resiko rendah untuk terjadinya emboli paru.
25,26
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Anatomi Vena Ekstremitas Bawah
2.2.2. PREVALENSI
25,26
DVT bukan merupakan keadaan yang jarang terjadi. Sekitar 900.000 orang didiagnosa dengan VTE setiap tahunnya, dengan 1 dari 20 warga Amerika pernah mengalami DVT
sepanjang hidupnya. Beberapa penelitian epidemiologi memperkirakan insidensi tahunan sebanyak 80 kasus dari 100.000. Resiko absolut dari terjadinya DVT pada pasien-pasien rawat
inap yang tidak menerima profilaksis terbilang lebih tinggi, dengan insidensi bervariasi dari 10 sampai 80. Walaupun diagnosis dari DVT dapat dihubungkan dengan angka morbiditas yang
tinggi, konsekuensi yang paling berbahaya dari VTE adalah PE. Sebanyak 10 dari kematian di rumah sakit dapat disebabkan oleh emboli paru, sehingga PE merupakan penyebab kematian di
rumah sakit yang dapat dicegah yang paling tinggi di Amerika.
2.2.3. PATOFISIOLOGI
7
Berdasarkan triad of Virchow’s terdapat tiga faktor yang berperan dalam patofisiologi trombosis, yaitu kelainan dinding pembuluh darah, perubahan aliran darah, dan perubahan daya
beku darah. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan, tetapi besarnya peranan masing-masing faktor tidak sama. Pada trombosis arteri faktor yang paling penting adalah kelainan dinding
Universitas Sumatera Utara
pembuluh darah, sedangkan pada trombosis vena yang terpenting adalah adanya stasis dan hiperkoagulabilitas. Berbagai kelainan koagulasi dan trombosit baik yang bersifat herediter
maupun yang didapat bisa menimbulkan hiperkoagulabilitas dan menyebabkan DVT.
2.2.3.a.PERUBAHAN ALIRAN DARAH
11,27,28
Pada vena, aliran darah cenderung lambat, bahkan dapat terjadi stasis pada vena di tungkai yang mengalami immobilisasi. Stasis ini mengakibatkan gangguan mekanisme
pembersih sehingga menimbulkan akumulasi faktor-faktor pembekuan yang aktif. Trombosis vena biasanya mulai di tempat yang mengalami stasis, misalnya pada daerah antara dinding vena
dan katup yang disebut valve-pocket thrombi. Kecepatan aliran darah dipengaruhi oleh viskositas darah. Menurut Verstraete faktor-faktor yang menentukan viskositas darah adalah nilai
hematokrit, kemampuan eritrosit untuk berubah bentuk, serta kadar fibrinogen dan protein- protein lain yang bermolekul besar.
2.2.3.b.PERANAN PEMBULUH DARAH
11
Pada trombosis vena, kerusakan endotel tidak memegang peranan penting, kecuali pada trombosis vena femoralis yang terjadi setelah operasi panggul. Pada operasi ini terjadi kerusakan
jaringan yang luas dan melibatkan vena. Selain efek mekanik tindakan operasi, pemakaian alat protese juga dapat merusak dinding vena dan kerusakan ini berlangsung relatif lama. Penurunan
tonus vena yang terjadi pada kehamilan dan pemakaian pil kontrasepsi akan menimbulkan stasis sehingga memudahkan terjadinya trombosis. Diduga hal ini karena efek estrogen.
2.2.3.c.PERUBAHAN DAYA BEKU DARAH
11
Dalam keadaan normal, terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan darah dan sistem fibrinolisis maupun antara kedua sistem tersebut. Kecenderungan trombosis timbul bila
aktivitas sistem pembekuan darah meningkat dan atau aktivitas sistem fibrinolisis menurun. Menurut beberapa peneliti, darah penderita trombosis lebih cepat membeku dibandingkan orang
normal. Keadaan tersebut disebut hiperkoagulabilitas.
11
2.2.4. TANDA DAN GEJALA