46
ini, karena saya pun perlu uang. Siapa yang mau kasih uang gratis? Enggak ada.kalo kawin laen lagi pun saya udah trauma. Teringat dengan
akal mantan suami saya yang kurang ajar itu. Kalo saya cari kerja pun berapalah yang yang didapat, enggak cukup untuk biaya hidup saya dengan
anak yang semata wayang.
5.2.2 Informan Utama II : Orang yang pernah dicambuk
Nama : SF
Usia : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : PNS Kab. Aceh Tamiang
Alamat : Langsa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Kawin 2 orang anak
SF merupakan seorang laki-laki berumur 34 tahun yang telah menikah dan memiliki 2 orang anak. SF yang bekerja di salah satu kantor dinas di wilayah
Kabupaten Aceh Tamiang memiliki keluarga yang bahagia dan harmonis. Namun SF terlanjur melakukan hal yang dilarang oleh agama akibat suasana dan
kesempatan yang mendukung. Berikut penuturannya : “Saya adalah seseorang yang termasuk orang yang taat akan perintah yang
diatur dalam agama. Lagian saya sangat sayang dan cinta kepada anak dan isteri saya. Sebelumnya saya tidak pernah melakukan hal-hal yang sangat
Universitas Sumatera Utara
47
dibenci oleh Allah SWT. Tapi saya telah tergoda dengan bujukan setan pada saat itu. Hal itu terjadi karena suasana dan kesempatan yang terbuka
lebar buat saya pada waktu itu, sehingga terjadilah perbuatan yang tidak diinginkan.”
SF berkenalan secara tidak sengaja dengan C di dalam bus dari Medan menuju Aceh. Awal perkenalan terjadi hal yang biasa saja. Kemudian mereka
bertukaran nomor handphone dan PIN BBM dan kemudian pulang menuju arah masing-masing tujuan mereka di Langsa. Kemudian mereka sering
bercengkerama melalui handphone baik melalui suara, SMS maupun melalui BBM. Pada suatu hari C mengajak bertemu di sebuah tempat pada sore hari untuk
bercengkerama layaknya seorang teman, dan SF pun tidak menolaknya. Kemudian C menceritakan tentang kehidupan dirinya. Dan disinilah awal mula
dari kejadian tersebut. Berikut penuturan SF : Pada suatu hari saya mau pulang dari Medan menuju Langsa dengan
menggunakan bus angkutan. Kemudian pas udah naek bus, saya langsung cari tempat duduk yang udah disediain buat saya sesuai dengan nomer
bangku yang ditulis di tiket bus. Pas udah dapatin bangku, saya langsung duduk, dan bersiap untuk tidur karena kecapean. Tiba-tiba datang seorang
perempuan yang ternyata dia duduk di samping saya pada saat itu. Sekitar beberapa waktu kemudian kami terlibat dalam sebuah obrolan yang biasa-
biasa aja tapi cukup enak buat menemani perjalanan kami. Pertama-tama saya gak open sama dia, tapi karena bosan dengan bus yang berjalan
Universitas Sumatera Utara
48
lambat, saya coba menyapa dia dengan basa basi, terus kami ngobrol sepanjang jalan. Enggak ada yang istimewa dalam jumpa pertama itu,
semuanya biasa aja. Terus kami tukaran nomor hape dan pin bbm. Terus pas sampe di Langsa kmi pun pulang menuju arah masing-masing. Abes tu,
sehari – hari kami sering menyapa lewat sms ataupun bbm, dan ternyata dia anak yang enak buat ngobrol. Dan isteri saya pun enggak curiga,
karena saya selalu menghapus obrolan atau sms dari dia. Terus pas suatu hari, dia ngajak saya untuk jumpa. Dia bilang enggak enak juga tiap hari
cuma ngobrol lewat hape. Saya pikir iya jugak, ya udah akhernya kami ketemu di sebuah tempat yang kurang banyak diketahui orang. Tujuan dia
untuk menghindari agar tidak ada orang yang melaporkan hal ini ke keluarga saya di rumah. Dia banyak menceritakan tentang hidupnya,
namun pas sedang enak-enaknya kami ngobrol, enggak kerasa waktu udah larut malam dan ujan deras pulak. Kami terpaksa harus nunggu, tapi
karena waktu udah bisa dikatakan pagi, dia enggak berani pulang, dan kemudian mengajak saya untuk menyewa sebuah tempat di sebuah
penginapan sekaligus agar pas ujan udah abes, saya bisa langsung pulang. Dan saya pun entah kenapa mengiyakan. Dan ternyata tanpa saya sadari,
inilah awal dari malapetaka itu.
Pada saat SF dan C sedang berduaan dalam kamar pada sebuah tempat penginapan di Kota Langsa, mereka digerebek oleh beberapa pemuda, polisi, TNI,
Universitas Sumatera Utara
49
Satpol PP dan anggota WH dari dinas syariat Islam. Mereka berdua terkejut. Karena tidak menyangka akan terjadi hal yang demikian. Berikut penuturan SF :
Sungguh terkejut hati saya, karena tiba-tiba kamar digedor kuat dan terdengar teriakan keras dari luar kamar. Saya enggak berani bukain pintu,
hati saya tiba-tiba jadi takut setengah mati, tapi kemudian pintu udah terbuka karena dibuka paksa, saya liat ada beberapa pemuda, polisi, TNI,
Satpol PP dan anggota WH pada waktu itu dengan wajah marah. Beberapa pemuda langsung dekatin saya dan dikasih bogem mentah. Tapi untung
segera distop sama polisi. Terus saya dan C yang dalam keadaan tertutup selimut digiring keluar kamar, terus dibawa pake mobil bak terbuka ke
kantor dinas syariat Islam. Lalu kami di interogasi pada ruangan yang terpisah. Saya merasa malu tapi enggak tau tarok dimana mukak ini.
Apalagi pas orang ni panggil geuchiek dan istri saya. Mukak ini makin malu aja, pas yang datang sama geuchiek ternyata isteri dan mertua saya.
SF mengakui bahwa pada saat keluarga dan istrinya mengetahui bahwa S telah melanggar qanun syari’at Islam tentang khalwat mesum dan akan
dicambuk, keluarga dan juga istrinya menjadi malu kepada tetangga segera menyuruh S bertaubat, namun sebelumnya istri S juga sempat ingin segera
bercerai, karena S telah melakukan perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam. S mengatakan bahwa mengenai pelaksanaan hukuman cambuk sangat perlu
ditambahkan lagi jumlah hukuman cambuk agar para pelaku yang telah melanggar qanun menjadi lebih jera dan diharapkan tidak mau mengulangi perbuatannya.
Universitas Sumatera Utara
50
Isteri saya nangis-nangis dan mertua saya yang lakik nampar saya kuat kalipun. Isteri saya minta cere, tapi untung mertua saya walaupun marah
masih mau menyuruh isteri saya untuk tenang dikit, dan menyerahkan semua keputusan sama WH. Saya ingat kali kejadian itu. Kemudian WH
membawa kami ke kantor polisi untuk proses selanjutnya. Saya dan C terus dikurung disana. Dan sekitar beberapa minggu kami disidang dan karena
tidak bisa dinikahkan dengan alasan karena saya telah menikah, lagian geuchiek, istri saya dan mertua saya tidak setuju, maka dari itu saya dan C
harus di cambuk di lapangan merdeka.
SF mengakui pernah menjalani hukuman cambuk di depan khalayak umum karena telah melanggar qanun no. 14 tahun 2003 tentang khalwat mesum. Pada
saat dicambuk, SF mengakui merasakan sakit pada saat dicambuk dengan menggunakan sebilah rotan sebanyak 8 kali. SF juga mengatakan bahwa dirinya
mendapatkan hak pengobatan dari petugas kesehatan yang telah disediakan pada saat di eksekusi. Untuk itu, maka SF menyatakan jera dan tidak mau mengulangi
perbuatannya di kemudian hari, karena hal tersebut telah membuat rumah tangganya menjadi goyah.
“Ya, saya pernah dicambuk di muka umum karena telah melanggar qanun syariat Islam nomornya saya lupa pokoknya tentang mesum. Pada saat
proses pemeriksaan, saya hendak dinikahkan dengan perempuan yang sedang bersama pada saat itu, tapi karena saya sudah mempunyai anak
istri, makanya enggak jadi. Dan isteripun enggak setuju kalau kami di
Universitas Sumatera Utara
51
nikahkan, jadi ya terpaksa harus di cambuk. Seingat saya pas saat itu hari jum’at kalo enggak salah selesai shalat ashar, saya dengan beberapa
terpidana lain dicambuk di depan umum sebanyak 8 kali, cambuknya pake rotan dan saya disuruh berdiri pada saat dicambuk. Ya sakitlah pas
dicambuk itu, tapi saya jugak diobatin kayaknya pakek obat betadine gitu di badan belakang saya. Yang ngobatin kayaknya orang rumah sakit. Tapi itu
cukup untuk pertama dan terakhir dalam idup saya, karena saya udah jera, saya enggak mau ngulanginnya lagi dan karena itu pun akibatnya rumah
tanggapun sempat jadi kaco.”
Setelah dilaksanakan hukuman cambuk yang diberikan kepada SF. Ia merasakan hukuman yang diterimanya tidak hanya sampai pada hukuman cambuk
saja. Justru ia mendapatkan perlakuan yang berbeda dari seperti biasanya baik di dalam rumah tangga, keluarga, maupun pergaulan di lingkungan tempat ia tinggal.
Berikut penuturan SF : Maken berat rupanya yang saya rasain akibat kelakuan saya. Setelah saya
pulang ke rumah pas selesai semua proses hukuman saya jalani. Isteri saya selalu cemberut aja, tidak ceria, dan ngomong ke saya kalok ada perlunya
aja. Dan dia lebih sering tidur di rumah orang tuanya. Kalok dia ngomong selalu emosi. Belum lagi ditambah lingkungan pergaulan saya di tempat
saya tinggal, semua yang mengenal saya seolah menjauhi, dulu biasanya ada aja kawan yang datang ke rumah, ketawa-ketawa ataupun curhat,
Universitas Sumatera Utara
52
sekarang kayaknya dah enggak ada lagi. Dulu ada aja yang negor kalo jumpa di jalan, tapi sekarang pun gak ada lagi.
Pasca menjalani hukuman cambuk juga memberikan dampak negatif terhadap pandangan masyarakat kepada SF. Dia tidak lagi dipercaya untuk untuk
membantu segala hal yang berkaitan dengan desa tempat ia tinggal, bahkan SF sempat diminta untuk oleh pemuda untuk segera keluar dari wilayah desa tempat
SF tinggal karena dianggap telah menodai adat istiadat dan juga rasa kekeluargaan dengan masyarakat selama ini. Berikut penuturan SF :
Tidak hanya mendapat perlakuan yang kurang baik di rumah tangga maupun keluarga. Saya juga merasakan hal yang serupa pada kehidupan di
tengah masyarakat. Semuanya seolah-olah udah hilang, saya dianggap seperti orang asing di kampung ini. Dulu kalok ada apa-apa pasti saya
dimintai pendapat, diminta membantu dalam menangani urusan pemuda, tapi sekarang...jangankan untuk datang bermaen ke rumah saya, negur pun
enggak mau lagi, bahkan sempat pernah pemuda mengusir saya dari desa karena dianggap telah menodai adat istiadat orang Aceh, dianggap orang
yang munafik, dan juga udah menodai rasa kekeluargaan selama ini dengan masyarakat sekitar. Tapi untung geuchiek mengambil tindakan bijaksana,
kalok enggak mau tinggal dimana saya nanti, udah dibenci dalam keluarga makin ditambah dengan dibenci pulak di masyarakat. Saya sadar itu semua
memang takdir saya karena kesalahan dunia dan akhirat yang udah saya buat.
Universitas Sumatera Utara
53
Untuk mengembalikan kehidupannya ditengah keluarga dan masyarakat yang telah cacat, maka SF menempuh dengan cara bertaubat sepenuh hati, yaitu
dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, lebih sering berzikir maupun mengabdikan diri di tengah masyarakat dengan cara melakukan segala sesuatu
tanpa harus meminta bantuan mereka untuk memperhatikan lingkungan sekitar seperti membersihkan parit, membersihkan mesjid dengan menyapu lantai mesjid,
dan juga mengikuti pengajian-pengajian baik di dalam maupun di luar desa. Berikut penuturan SF :
Sedih rasanya dikucilkan dari kehidupan masyarakat, apalagi didalam keluarga, namun saya sekarang pasrah, dan sekarang saya bertobat untuk
tidak mengulangi perbuatan itu. Pahit kali rasanya kalok dijauhi dari pergaulan. Atas inisiatif sendiri sekarang saya harus mengabdikan diri di
tengah masyarakat, saya bersihkan parit parit di sekitar rumah saya, saya sapu lante mesjid, saya ikuti pengajian-pengajian yang diadakan baik di
dalam maupun di luar gampong, serta sekarang saya lebih banyak berdiam diri di dalam mesjid di saat pulang kerja ataupun ketika sedang tidak
bekerja. Semua itu saya buat supaya kesalahan saya dapat diampuni Allah SWT, dapat dimaafkan oleh teman teman, masyarakat sekitar, dan tentunya
keluarga yang sangat saya cintai. Semoga kehadiran saya di tengah masyarakat dapat diterima kembali seperti biasanaya walaupun hal
tersebut saya pikir sangat tidak mungkin, tapi saya bertekad untuk tetap melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
54
5.2.3 Informan Utama III: Orang yang pernah dicambuk