34
4.2.1 Pengaruh Massa Adsorben terhadap Kapasitas Adsorpsi Logam Pb II.
Pada penelitian ini dapat dilihat kemampuan adsorpsi adsorben yang paling baik dari variasi massa adsorben tertentu yang dinyatakan sebagai kapasitas
adsorpsi mgg, sebagaimana digambarkan melalui grafik pada Gambar 4.11. Konsentrasi logam Pb II dalam limbah cair sebesar 19,12 ppm dengan
adsorbansi 0,096.
Gambar 4.11 Pengaruh Massa Adsorben terhadap Kapasitas Adsorpsi Adsorben Dari grafik pada Gambar 4.11 di atas dapat dilihat bahwa kapasitas adsorpsi
semakin menurun seiring dengan semakin banyaknya massa adsorben. Kapasitas adsorpsi yang paling besar diperoleh pada massa adsorben 0,5 gram yaitu sebesar
0,92 mgg dengan adsorbansi 0,0123. Pada massa adsorben 0,5; 1 dan 1,5 gram, kapasitas adsorpsi terus menurun.
Pada massa adsorben 0,5 g konsentrasi Pb II berkurang menjadi 9,91 ppm dengan kapasitas adsorpsi 0,92 mgg. Pada massa adsorben 1 g dengan
konsentrasi Pb II 5,89 ppm diperoleh kapasitas adsorpsi 0,66 mgg. Pada massa adsorben 1,5 g dengan konsentrasi 6.14 ppm diperoleh kapasitas adsorpsi
0,43mgg. Hal ini dapat terjadi karena beberapa kemungkinan. Pertama, pada massa lebih dari 0,5 g adsorben membentuk gumpalan-gumpalan yang
menyebabkan berkurangnya luas permukaan adsorben [12] dan perpindahan massa yang terjadi saat proses adsorpsi berlangsung menjadi kurang baik. Kedua,
penggunaan stirrer yang bersifat magnet menyebabkan berkumpulnya logam-
Universitas Sumatera Utara
35 logam pada sekitar permukaan stirrer tersebut sehingga adsorpsi menjadi kurang
efisien. Ketiga, pola pengontakan yang kurang sesuai yaitu penuangan adsorben dengan cepat sehingga proses difusi menjadi kurang maksimal.
Secara teori, semakin meningkatnya massa adsorben yang digunakan maka kapasitas adsorpsi juga akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan situs atau
luas permukaan adsorpsi meningkat bersamaan dengan berat dari adsorben, sehingga memberikan hasil kapasitas adsorpsi yang lebih besar pada massa
adsorben yang lebih besar [42]. Kapasitas adsorpsi dapat berkurang dengan meningkatnya massa adsorben dapat disebabkan oleh terbentuknya gumpalan
yang menyebabkan menurunnya luas permukaan keseluruhan [43]. Adsorpsi fisika melibatkan gaya antar molekul gaya Van der Waals atau ikatan hidrogen.
Ikatan yang terbentuk dari proses adsorpsi fisika sangat lemah dan energi yang dilepaskan relatif rendah sekitar 20 kJmol, karena itu adsorpsi fisika bersifat
reversible, yaitu dapat balik atau dilepaskan kembali [32]. Dengan membandingkan teori dan hasil yang diperoleh dari penelitian,
dapat disimpulkan bahwa massa yang paling optimum dalam menjerap logam Pb II yaitu sebesar 0,5 yang dinyatakan dengan kapasitas adsorpsi sebesar 0,92
mgg. Rendahnya kapasitas penyerapan logam Pb pada adsorben dapat terjadi karena adanya logam-logam lain seperti krom Cr, tembaga Cu, seng Zn,
nikel Ni dan kadmium Cd dalam limbah cair industri pelapisan logam sehingga terjadi kompetisi di dalam proses adsorpsi logam berat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup, kandungan Pb II yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan untuk limbah cair industri pelapisan logam
adalah sebesar 0,1 ppm [44]. Namun konsentrasi Pb II yang paling rendah dalam limbah cair pada penelitian ini adalah sebesar 5,89 ppm. Kadar tersebut masih
jauh dengan baku mutu lingkungan hidup. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama, limbah cair yang digunakan berasal dari inlet
buangan yang memiliki konsentrasi ion Pb II yang masih tinggi. Kedua proses adsorpsi merupakan pengolahan tingkat ke-3, dimana ada 2 proses pengolahan
limbah yang dilakukan di industri pelapisan logam terlewati.
Universitas Sumatera Utara
36
4.3 KARAKTERISTIK GUGUS FUNGSI PADA ADSORBEN KULIT JENGKOL DENGAN SPEKTROFOTOMETRI FTIR