ADSORBEN Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Pb (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

12

2.6 ADSORBEN

Karbon aktif merupakan adsorben yang paling sering digunakan dalam mengurangi kontaminan logam berat. Namun akhir-akhir ini ditemukan karbon aktif masih relatif mahal. Penelitian mengenai adsorben yang murah dan mudah diperoleh menjadi bahan pertimbangan saat ini [26]. Secara umum, ukuran pori adsorben dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis, yaitu micropore, mesopore dan macropore. 1. Micropore adalah pori-pori dengan ukuran lebih kecil dari 2 nm dan ini merupakan area dimana adsorpsi dominan terjadi. Volume pori-pori ini berkisar antara 0,15 - 0,5 mlg. 2. Mesopore adalah pori-pori dengan ukuran 2 - 50 nm dan merupakan area adsorpsi dominan kedua setelah micropore. Mesopore sering juga disebut transitional pore atau area transisi. Volume mesopore berkisar antara 0,02 - 10 mlg. 3. Macropore adalah pori-pori dengan ukuran lebih besar dari 50 nm dan berfungsi sebagai pintu masuk adsorbat menuju ke dalam micropore. [30] Sifat utama yang membedakan adsorben fasa gas dan cair adalah distribusi dan ukuran pori-porinya. Karbon adsorben gas biasanya memiliki jumlah pori-pori paling banyak pada area micropore sedangkan karbon adsorben fasa cair memiliki jumlah pori-pori terbanyak pada area transisi. Namun pada umumnya, adsorben fasa cair memiliki luas permukaan hampir sama dengan adsorben gas, tapi dengan volume pori-pori yang lebih besar [30]. Adsorben dinyatakan murah apabila terdapat banyak di alam, memerlukan sedikit proses dan merupakan produk samping pada limbah industri. Limbah tanaman merupakan bahan yang ekonomis untuk dijadikan adsorben. Penelitian telah banyak dilakukan dengan menggunakan limbah tanaman yang tidak digunakan lagi sebagai adsorben. Beberapa keuntungan menggunakan limbah tanaman adalah memerlukan teknik sederhana, proses yang sedikit, kapasitas adsorpsi yang baik, adsorpsi yang selektif dari ion logam berat, biaya yang murah, banyak terdapat di lingkungan secara bebas dan mudah diregenerasi [22]. Universitas Sumatera Utara 13

2.7 BILANGAN IODIN

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

10 87 77

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Pb (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

2 4 19

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Pb (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 2

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Pb (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 5

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Pb (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 10

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Pb (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 3 5

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 19

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 2

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 5

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 13