32 yang terjadi ditandai dengan meningkatnya bilangan iodin [37]. Waktu aktivasi
yang semakin lama dapat meningkatkan bilangan iodin suatu adsorben yang dapat ditandai dengan meningkatnya kandungan karbon dalam adsorben tersebut [38].
Meningkatnya waktu pengeringan dapat menyebabkan terbukanya mesopori dan mikropori yang meningkatkan ukutan pori adsorben [39]. Namun pada pemanasan
yang berlebihan dapat terjadi pengurangan mesopori dan mikropori pada adsorben tersebut [32] serta menyebabkan kerusakan struktur dan dinding pori yang dapat
menghambat pertumbuhan pori [40]. Dengan membandingkan teori dan hasil yang diperoleh dari penelitian,
dapat disimpulkan bahwa kondisi yang paling baik untuk menghasilkan adsorben dari kulit jengkol dengan bilangan iodin yang paling optimum pada suhu aktivasi
90
o
C, waktu aktivasi 120 menit, suhu pengeringan 110
o
C dan waktu pengeringan 120 menit adalah 634,50 mgg.
4.1.2 Pengaruh Rasio Kulit Jengkol : Asam Nitrat terhadap Bilangan Iodin Adsorben
Pada penelitian ini dapat dilihat kapasitas adsorpsi adsorben yang paling baik dari berbagai variasi rasio kulit jengkol : asam nitrat tertentu yang dinyatakan
sebagai bilangan iodin mgg, yaitu jumlah mg iodin yang dapat diserap oleh setiap 1 gram adsorben, sebagaimana digambarkan melalui grafik pada Gambar
4.10.
Gambar 4.10 Pengaruh Rasio Kulit Jengkol : Asam Nitrat terhadap Bilangan Iodin Adsorben
Universitas Sumatera Utara
33 Dari grafik pada Gambar 4.10 di atas dapat dilihat bahwa bilangan iodin
cenderung meningkat seiring dengan semakin tingginya rasio kulit jengkol : asam nitrat. Bilangan iodin paling besar diperoleh pada rasio 20:2.
Pada rasio 20:0,5 ; 20:1 dan 20:2 mgml, bilangan iodin terus meningkat. Bilangan iodin meningkat dari rasio 20:0,5 ke 20:1. Namun pada rasio 20:2,
peningkatan yang ada tidak terlalu besar, sehingga dapat dianggap bahwa rasio 20:1 merupakan rasio kulit jengkol : asam nitrat yang paling optimum dalam
menyerap senyawa iodin. Hal ini disebabkan oleh jumlah aktivator yang digunakan pada rasio 20:1 sudah cukup untuk memodifikasi adsorben dari kulit
jengkol yang digunakan. Secara teori, semakin meningkatnya rasio kulit jengkol : aktivator yang
digunakan maka daya serap adsorben akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan adanya dehidrasi kimia serta kondensasi yang semakin kuat sehingga
menghasilkan struktur pori yang besar [41]. Dengan membandingkan teori dan hasil yang diperoleh dari penelitian,
dapat disimpulkan bahwa kondisi rasio kulit jengkol : asam nitrat yang paling optimum dalam menyerap senyawa iodin yaitu sebesar 20:1 dengan bilangan
iodin 634,50 mgg. Berdasarkan data Standar NasionaI Indonesia 1995, standar kualitas
karbon aktif untuk daya serap terhadap iodin yaitu minimal 750 mgg [36]. Dalam hal ini adsorben kulit jengkol belum memenuhi standar karbon aktif berdasarkan
SNI karena bilangan iodin yang optimum yaitu sebesar 634,50 mgg masih dibawah standar karbon aktif SNI. Hal ini dapat disebabkan karena aktivasi tidak
dilakukan dengan cara karbonisasi.
4.2 ADSORPSI LOGAM Pb II PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM
Limbah cair yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair yang berasal dari salah satu industri pelapisan logam di sekitar Kawasan Industri
Medan KIM. Kandungan logam Pb II awal dalam limbah cair sebelum dilakukan proses adsorpsi dengan adsorben adalah sebesar 19,12 ppm.
Universitas Sumatera Utara