Badan Permusyawaratan Desa BPD .1 Pengertian BPD
24
1.6.4 Badan Permusyawaratan Desa BPD 1.6.4.1 Pengertian BPD
Badan Permusyawaratan Desa BPD merupakan perubahan nama dari Badan Perwakilan Desa yang ada selama ini. Perubahan ini didasarkan pada
kondisi faktual bahwa budaya politik lokal yang berbasis pada filosofi “musyawarah untuk mufakat”. Musyawarah berbicara tentang proses, sedangkan
mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang diharapkan diperoleh dari proses yang baik. Melalui musyawarah untuk mufakat, berbagai konflik antara para elit politik
dapat segera diselesaikan secara arif, sehingga tidak sampai menimbulkan goncangan-goncangan yang merugikan masyarakat luas.
Dalam Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dikatakan bahwa Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis. Badan Permusyawaratan Desa BPD merupakan lembaga perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, dimana demokrasi yang dimaksud adalah bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
harus memperhatikan aspirasi dari masyarakat yang diartikulasikan dan diagresiasikan oleh BPD dan lembaga masyarakat lainnya. Dalam Pemerintahan
Desa BPD dapat dianggap sebagai “parlemen”-nya desa karena memiliki peran sebagai pembuat dan pengesah peraturan desa. BPD mempunyai kedudukan
sejajar dengan pemerintah desa kepala desa dengan kata lain BPD dan Pemerintah Desa merupakan mitra yang saling bekerja sama dalam mewujudkan
Universitas Sumatera Utara
25 kesejahteraan masyarakat desa, maka disini terjadi mekanisme check and balance
system dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa BPD berfungsi menetapkan peraturan
desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta mengawasi kinerja Kepala Desa UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Pasal 55 . Oleh karenanya BPD sebagai badan permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa, disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan
penghubung antara Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga dapat menjadi lembaga yang berperan sebagai lembaga representasi dari masyarakat. Dalam
melaksanakan perannya sebagai sarana yang melancarkan keputusan kolektif di desa maka BPD yang merupakan wakil dari masyarakat desa tersebut, harus
menjembatani antara masyarakat dengan Pemerintahan Desa agar minimal adanya kesamaan pendapat dalam menentukan keputusan-keputusan kolektif di desa dan
apabila tidak dijembatani maka setidaknya BPD mampu menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah desa agar nantinya setiap keputusan-keputusan
yang diambil merupakan kesepakatan bersama dan sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat.
Dalam pencapaian tujuan mensejahterakan masyarakat desa, masing- masing unsur Pemerintah Desa dan BPD dapat menjalankan fungsinya dengan
mendapat dukungan dari masyarakat setempat. Oleh karena itu hubungan yang bersifat kemitraan antara BPD dengan Pemerintah Desa harus didasari pada
filosofi antara lain Wasistiono 2006:36 : 1. Adanya kedudukan yang sejajar diantara yang bermitra
2. Adanya kepentingan bersama yang ingin dicapai
Universitas Sumatera Utara
26 3. Adanya niat baik untuk membantu dan saling mengingatkan
4. Adanya prinsip saling menghormati Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Badan
Permusyawaratan Desa berkedudukan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan. Kemudian didalam pasal 56 ayat 1 disebutkan bahwa anggota
Badan Permusyawaratan Desa merupakn wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis. Ayat 2
menyebutkan masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa selama 6 enam tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpahjanji. Kemudian dalam ayat 3
disebutkan bahwa anggota Badan Permusyawaratan Desa dapat dipilih untuk masa kanggotaan paling banyak 3 tga kali secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut. Persyaratan untuk menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa
disebutkan dalam pasal 57 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, yaitu:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
c. berusia paling rendah 20 dua puluh tahun atau sudahpernah menikah;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat;
e. bukan sebagai perangkat Pemerintah Desa;
f. bersedia dicalonkan menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa; dan
Universitas Sumatera Utara
27 g.
wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis. Jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa ditentukan berdasarkan
jumlah penduduk desa yang bersangkutan. Anggota BPD dipilih dari calon-calon yang diajukan oleh kalangan adat, agama, organisasi social-politik, golongan
profesi dan unsur pemuka masyarakat lainnya yang memenuhi persyaratan : a.
Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan, sepanjang menunjang kelangsungan
pembangunan. b.
Legalisis, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa bersama-sama Pemerintah Desa.
c. Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanana peraturan desa,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBDes serta Keputusan Kepala Desa.
d. Menampung aspirasi yang diterima dari masyarakat dan menyalurkan kepada
pejabat instansi yang berwenang Widjaja 2001:13.