45 a.
Studi Dokumentasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan
atau dokumentasi-dokumentasi yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.
b. Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, dan pendapat para ahli yang berkompetensi, serta memiliki
relevansi dengan masalah yang diteliti.
2.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat
suatu deskripsi dari gejala yang diteliti. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif yaitu dengan
menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data yang tersedia, menelaah,
menyusunnya dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis
sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian Moleong, 2006:247. Terdapat beberapa langkah dalam melakukan
analisis data, yaitu : 1.
Reduksi Data Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-hal yang
penting tentang penelitian dengan mencari tema dangan pola hingga
Universitas Sumatera Utara
46 memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. 2.
Penyajian Data Bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, bagan,
dan dalam bentuk tabel. 3.
Penarikan Kesimpulan Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia yang lahir pada 17 Agustus 1945 adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Wilayah negara Republik Indonesia sangat luas meliputi
banyak kepulauan yang besar dan kecil, maka tidak memungkinkan jika segala sesuatunya akan diurus seluruhnya oleh Pemerintah yang berkedudukan di
Ibukota Negara. Untuk mengurus penyelenggaraan pemerintahan negara sampai kepada seluruh pelosok daerah negara, maka perlu dibentuk suatu pemerintahan
daerah. Pemerintahan daerah menyelenggarakan pemerintahan yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat Syaukani, 2005: 2.
Dalam penyelenggaraan pemerintahannya, daerah Indonesia terdiri atas beberapa daerahwilayah provinsi, dan di setiap daerahwilayah provinsi terdapat
daerahwilayah kabupatenkota. Selanjutnya di dalam tiap daerah kabupatenkota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut desa dan kelurahan. Dengan
demikian, pemerintahan desa adalah merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan nasional yang langsung berada di bawah
pemerintah kabupaten. Pemerintahan desa sebagai ujung tombak dalam sistem pemerintahan
daerah akan berhubungan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena itu, sistem dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan daerah sangat didukung
dan ditentukan oleh Pemerintahan Desa sebagai bagian dari Pemerintahan Daerah. Struktur kelembagaan dan mekanisme kerja di semua tingkatan pemerintah,
Universitas Sumatera Utara
2 khususnya pemerintahan desa harus diarahkan untuk dapat menciptakan
pemerintahan yang peka terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Menurut Widjaja 2005:3 desa adalah sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat
istimewa dimana landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan
masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada Bab I
Pasal 1 ayat 1 dirumuskan, “Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, danatau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Desa merupakan suatu wilayah yang diberi wewenang untuk mengatur wilayahnya sendiri. Desa merupakan suatu kenyataan yang masih hidup sebagai
daerah tingkat bawahan berdasarkan hukum. Pemerintahan desa dilakukan atas dasar demokrasi yang berpangkal pada permufakatan dalam permusyawaratan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan. http:www.desatamblang.blogspot.comdesaindex.php,
diakses pada 12 November 2015, pukul 19.30.
Sebagai sebuah satuan pemerintahan terkecil, desa memiliki organisasi yang berfungsi menjalankan pemerintahan. Dalam konteks Undang-Undang No
Universitas Sumatera Utara
3 32 Tahun 2004, pemerintahan desa terdiri atas Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa BPD. Pemerintah Desa adalah organisasi pemerintahan yang berfungsi menyelenggarakan kebijakan pemerintah atasnya dan kebijakan
desa, sementara BPD adalah badan yang berperan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa. Namun dalam konteks
Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintahan desa hanya terdiri dari Pemerintah Desa, yaitu Kepala Desa beserta Perangkat Desa, BPD bukan lagi
menjadi bagian dari pemerintahan desa tersebut. Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi fungsi BPD dalam pelaksanaan pemerintahan, BPD tetap sebagai
lembaga yang menjalankan fungsi pemerintahan di desa. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Sedangkan Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang melaksanakan
fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa yang dipilih dari dan oleh penduduk desa yang mempunyai fungsi membahas dan
menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa dan melakukan pengawasan kinerja
Kepala Desa. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, kepala desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD dan melaporkan pelaksanaan
tugasnya kepada bupati. Kehadiran BPD telah memberikan harapan pada keberlangsungan
demokrasi desa. BPD berperan bukan sebagai perpanjangan tangan pemerintah, tetapi lebih merupakan perpanjangan tangan dari masyarakat sekaligus sebagai
perantara antara warga dengan Pemerintah Desa. Demi menjamin terwujudnya
Universitas Sumatera Utara
4 suatu pemerintahan desa yang demokratis, lebih baik, dan berpihak kepada
masyarakat, perlu adanya chek and balance dalam pelaksanaan pemerintahan. Masing-masing lembaga baik itu BPD maupun Pemerintah Desa harus
mempunyai fungsi yang jelas dan lebih independen. Dalam konteks UU No. 6 Tahun 2014, BPD mempunyai kedudukan yang
setara dengan Kepala Desa. Ini berarti hubungan yang terjalin antara BPD dan Pemerintah Desa dapat dikatakan adalah sebagai mitra, artinya antara BPD dan
Pemerintah Desa harus bisa bekerja sama atau berkoordinasi dengan baik dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, misalnya pada penetapan peraturan desa dan
APBDes. BPD mempunyai tugas konsultatif dengan kepala desa untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam melaksanakan pemerintahan.
Selain itu BPD juga berkewajiban untuk membantu memperlancar pelaksanaan tugas kepala desa. Antara BPD dan kepala desa tentunya tidak boleh saling
menjatuhkan tetapi harus dapat meningkatkan pelaksanaan koordinasi guna mewujudkan kerjasama yang mantap dalam proses pelaksanaan pemerintahan
desa. Kemitraan yang dimaksud antara BPD dan Pemerintah Desa disini berarti
harus benar-benar memahami kapasitas yang menjadi kewenangan maupun tugasnya masing-masing. Sehingga dalam pelaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan desa semua aparatur baik itu Pemerintah Desa maupun BPD dalam hubungannya dapat bersinergi dan bermitra dengan baik dan tepat dalam
meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa yang profesional dan akuntabel. Antara Pemerintah Desa dan BPD juga harus memiliki pemahaman dan
Universitas Sumatera Utara
5 pemikiran yang sejalan dalam pelaksanaan pemerintahan agar dapat terlaksana
pemerintahan desa yang sesuai dengan harapan dan tuntutan masyarakat. Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di Indonesia saat ini, ternyata
masih seringkali terjadi persoalan-persoalan terkait dengan koordinasi antara BPD dan Pemerintah Desa yang tentunya berpotensi menjadi penghambat bagi proses
pencapaian tujuan pemerintahan desa. Adapun beberapa isu yang terjadi dalam hubungan koordinasi antara BPD dengan Pemerintah desa menurut hasil
penelitian Tim Balitbang Provinsi Jawa Timur 2001 sebagai berikut : a.
Adanya arogansi BPD yang merasa kedudukannya lebih tinggi dari Kepala Desa, karena Kepala Desa bertanggung jawab kepada BPD;
b. Dualisme kepemimpinan desa, yaitu kepala desa dengan perangkatnya dan
badan perwakilan desa, yang cenderung saling mencurigai; c.
Sering terjadi mis-persepsi sehingga BPD sebagai unsur legislatif desa tetapi melakukan tugas dan fungsi eksekutif kepala desa;
d. Anggota BPD sering belum bisa memilah antara fungsi pemerintahan desa
dengan pemerintah desa; e.
Kondisi sumberdaya manusia BPD yang masih belum memadai; f.
Kinerja perangkat desa menjadi tidak efektif karena banyak mantan calon Kepala Desa yang tidak jadi kepala Desa menjadi anggota BPD dan
cenderung mencari-cari kesalahan perangkat desa bahkan ada kesan pula mereka berusaha untuk menjatuhkan Kepala Desa ;
g. Dalam hubungan kerja organisasional, 1 dalam pelantikannya BPD dibekali
oleh DPRD; 2. BPD melakukan hubungan langsung dengan DPRD; 3.
Universitas Sumatera Utara
6 Terjadi kontradiksi perilaku kerja BPD, misalnya BPD tidak mau berurusan
dengan Camat. http:ymayowan.lecture.ub.ac.id201201kemitraan-antara-pemerintah-
desa-bpd-dan-peran-sekretaris-desa, diakses pada 13 November 2015, pukul 20.00
BPD dan Pemerintah Desa adalah dua aktor penting dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. BPD dan Pemerintah Desa harus saling
bekerja sama serta bahu membahu untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuan dari pemerintahan desa. Oleh karena itu, koordinasi antara ke dua aktor tersebut
harus berjalan dengan efektif, harmonis dan tidak diskriminatif, sebab koordinasi yang tidak efektif, harmonis dan diskriminatif akan membawa dampak negatif
pada penyelenggaraan pemerintahan desa tersebut. Desa Selotong merupakan salah satu dari 16 desa di Kecamatan
Secanggang Kabupaten Langkat. Berdasarkan wawancara awal yang peneliti lakukan didapatkan informasi bahwa mengenai koordinasi antara BPD dan
Pemerintah Desa Selotong dapat dikatakan sudah baik tetapi juga belum berjalan seperti apa yang diharapkan, artinya ke dua aktor tersebut belum dapat secara
maksimal bekerjasama dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Selain itu juga, masih ada anggota BPD maupun Pemerintah Desa yang belum memahami
dan mengerti secara mendalam mengenai fungsi dan tugasnya masing-masing. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai koordinasi antara Badan Permusyawaratan Desa BPD dan
Pemerintah Desa, adapun yang menjadi judul penelitian ini adalah “Efektivitas Koordinasi Badan Permusyawaratan Desa BPD dan Pemerintah Desa
Universitas Sumatera Utara
7
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Studi Pada Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat”.
1.2 Fokus Masalah