Linguistik Sistemik Fungsional LSF

Tes kemampuan berbahasa Mandarin ini ditujukan bagi pelajarsiswa dari luar China yang ingin mendaftarkan diri untuk belajar di universitas di China. Meskipun tergolong sulit, namun bahasa Mandarin tidak pernah sepi peminat. Peminat Bahasa Mandarin meningkat dari tahun ke tahun dan hal ini dapat dilihat dari peningkatan murid pada setiap kursus bahasa Mandarin di Medan. Disamping itu pimpinan kursus juga harus menawarkan berbagai kegiatan perlombaan-perlombaan yang berkenaan dengan skill atau kemampuan bahasa Mandarin. Koran bahasa Mandarin di Medan juga memberikan penghargaan bagi penulis cerpen yang menulis cerita dalam bahasa Mandarin.

2.2 Landasan Teori

Pendekatan yang digunakan pada analisis penelitian ini adalah pendekatan LSF, sebagaimana yang diperkenalkan oleh M.A.K. Halliday, pakar linguistik bertaraf dunia, 1973, 1978, 1985a, 1985b, dan dikembangkan oleh para pakar LSF antara lain J.R. Martin 1985a, 1985b, 1986, 1991, 1992, M.A.K Halliday J.R. Martin 1993a, C.M.I.M. Matthiessen 19921995, J.R. Martin, C.M.I.M. Matthiessen C.Painter 1997, J.R. Martin R.Veel, Eds. 1998, M.A.K Halliday C.M.I.M. Matthiessen 1999, dan J.R. Martin D. Rose 2003.

2.2.1 Linguistik Sistemik Fungsional LSF

LSF diperkenalkan oleh linguis Michael Alexander Kirkwood Halliday pada awal tahun 1960-an. Halliday tersohor dengan tata bahasanya systemic grammar yang dikenal dengan tata bahasa mazhab Halliday. Dalam mengembangkan teorinya, Halliday dipengaruhi oleh gurunya dari Inggris J.R. Firth 1890-1960, sebagian dari LSF di Eropa, dan dari linguistik antropologi di Amerika Serikat. Bersama-sama dengan Firth dan antropolog B.Malinowski, Halliday mendapat konsep tentang konteks situasi dan konteks budaya. Dari Universitas Sumatera Utara linguistik antropologi, Halliday terinspirasi dengan pandangan tentang bahasa sebagai fenomena sosial. Objek atau sasaran kajian linguistik adalah bahasa, yaitu bahasa manusia yang alamiah natural. Jadi bukan bahasa binatang, dan juga bukan bahasa buatan artificial. Bahasa manusia merupakan bahasa yang di pakai oleh suatu masyarakat bahasa linguistic society sebagai alat komunikasi verbal secara umum dan wajar. Cabang ilmu linguistik yang paling sesuai digunakan untuk teori analisis makna adalah teori mengenai Linguistik Sistemik Fungsional. LSF adalah salah satu aliran dalam disiplin linguistik yang memperkenalkan suatu teori yang memandang bahasa sebagai bagian dari fenomena sosial yang tentunya berhubungan dengan konteks sosial pemakaian bahasa. Dengan kata lain teori sistemik bahasa melingkupi fungsi, sistem, makna, semiotika sosial, dan konteks Sinar, 2008: 19-24. Sistem semantik diwujudkan melalui kata-kata dan tata bahasa dalam suatu proses penyusunan ide dalam pikiran manusia. Kata-kata dan tata bahasa berhubungan secara alamiah dengan makna yang dirujuknya yang kemudian menghasilkan ujaran dan tulisan, sehingga proses interaksi dapat berjalan Sinar, 2008 : 19. Selanjutnya LSF mempercayai bahwa semua organisasi paragdimatik tata bahasa adalah fungsional, dilihat dari cara sistem yang saling berhubungan. Sistem-sistem terbagi atas kategori metafungsi yang luas, yaitu sistem: i Ideasional, ii Interpersonal, dan iii Tekstual. Ketiga sistem inilah yang menghubungkan bahasa dengan dunia luarnya yaitu sistem- sistem semiotik lain, bahwa 1 komponen-komponen makna fundamental dalam bahasa adalah komponen-komponen fungsional, 2 semua bahasa berdasarkan dua komponen Universitas Sumatera Utara makna: makna ideasional atau refleksif dan interpersonal atau aktif dan 3 kedua komponen makna tersebut berhubungan dengan makna ketiga yaitu komponen makna tekstual Halliday 1985b: xiii. Penegasan LSF yang lain adalah bahwa fungsi bahasa membuat makna. Manusia mengekspresikan keperluan-keperluan mereka melalui bahasa, dengan demikian mereka membuat makna dalam sebuah teks, yaitu bahasa fungsional. Berikut tabel metafungsi-metafungsi, susunan-susunan tafsiran realitas dan realisasi- realisasi gramatikal. Metafungsi ‘Realitas’ berkonstrual Tugas Realisasi Gramatika Ideasional a Logis: - Bahasa sebagai Logika Alamiah b Eksperensial: - Bahasa sebagai Representasi Realitas ‘alamiah’ Pengamat Klausa Komplek Sistem transitivitas Interpersonal - Bahasa sebagai Pertukaran Realitas Intersubjektif Penyusup Sistem modus Tekstual - Bahasa sebagai Perangkai Realitas Semiotik Relevansi Sistem tema Tabel 1: fungsi-metafungsi, susunan-susunan tafsiran realitas dan realisasi-realisasi gramatikal adaptasi dari Martin 1993: 145 Fungsi eksperiensial digunakan untuk mengetahui pemarkah verba proses pada data. Fungsi eksperiensial terjadi pada tingkat klausa sebagai representasi pengalaman-pengalaman manusia dari dua realitas, baik realitas luaran maupun realitas dalaman diri manusia itu sendiri Sinar, 2008:31. Unsur bahasa adalah klausa-klausa yang dihasilkan dan ini bermakna satu fungsi klausa adalah sebagai representasi pengalaman dari dua realitas, yaitu realitas dari luaran dan Universitas Sumatera Utara dari dalaman seseorang. Eksperiensial atau representasi fungsi bahasa khususnya fungsi klausa direalisasikan oleh sistem transitivitas bahasa klausa. Klausa transitivitas sebagai unit tata bahasa mempunyai tiga komponen yaitu 1 proses, 2 partisipan, dan 3 sirkumstan. ‘Proses yang sedang terjadi’ terbagi dalam proses- proses yang bervariasi. Halliday 1985, 1994 mengidentifikasi proses-proses realitas yang terekam, dan secara linguistik dan tata bahasa mengklasifikasikan proses-proses yang bervariasi ini ke dalam jenis-jenis proses, khasnya jenis proses dalam sistem transitivitas bahasa Inggris. Di dalam bahasa ini proses dikategorikan ke dalam tiga proses utama: 1 proses material, 2 proses mental, dan 3 proses relasional; dan mengklasifikasikan lagi ke dalam tiga proses tambahan, yakni 1 proses tingkah laku, 2 proses verbal, dan 3 proses wujud existential. Dalam tatabahasa proses yang sedang terjadi mempunyai tiga komponen yang terdiri dari 1 proses itu sendiri, menurut cirinya direalisasikan oleh satu kata kerja atau frasa kata kerja 2 partisipan-partisipan di dalam proses, menurut cirinya direalisasikan oleh kata benda atau frasa kata benda, dan 3 sirkumstan-sirkumstan yang berkaitan dengan proses, khususnya direalisasikan oleh frase ajektif atau frase preposisi. Pada penelitian ini penulis mengaplikasikan teori LSF untuk menganalisis struktur dan makna teks iklan brosur kursus Bahasa Mandarin. Pada analisis teks iklan secara verbal peneliti mengaplikasikan fungsi Eksperiensial, yaitu proses, partisipan, dan sirkumstan. Sedangkan untuk analisis teks iklan secara visual peneliti mengaplikasikan analisis multimodal Cheong. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Analisis Multimodal Model Cheong