Penelitian Terdahulu KAJIAN PUSTAKA

34 7. Dapat mendukung prioritas penganggaran koleksi 8. Detail yang subjek dijabarkan dalam metode conspectus memungkinkan deskripsi koleksi secara lebih spesifik 9. Pola koleksi dan pengembangan koleksi dideskripsikan lewat kode-kode yang dapat diperbandingkan 10. Nilai dari conspectus dapat diakses secara nasional secara online maupun bentuk tercetak 11. Kebijakan kerja sama pengembangan dan preservasi koleksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode conspectus sebagai alat untuk memetakan kekuatan koleksi 12. Dapat dijadikan acuan akreditas. Kelemahan conspectus 1. Pekerjaan yang berat bagi perpustakaan yang dikelola secara individual 2. Bersifat subjektif 3. Cenderung untuk menilai ukuran dari pada kualitas atau mutu 4. Lebih cenderung berkaitan dengan area subjek tertentu 5. Terbatas pada landasan skema klasifikasi perpustakaan 6. Keraguan apakah cara ini bisa mengetahui kekuatan koleksi secara spesifik 7. Metode ini sangat memakan waktu dan melibatkan banyak orang 8. Deskribtor subjek mungkin tidak memuaskan untuk area subjek tertentu, terlalu detail untuk area subjek tertentu sementara kurang detail untuk area subjek lain 9. Defenisi kode intensitas tidak sesuai untuk semua jenis perpustakaan erabolarasi kode-kode untuk penggunaan local memerlukan kerja tambahan dan harus tetap mempertahankan defenisi conspectus aslinya.

2.6 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian evaluasi koleksi dengan menggunakan metode conspectus sebelumnya sudah pernah digunakan oleh: 1. Ken Retno Yuniwati dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga pada tahun 2011 dengan judul Evaluasi Kedalaman Koleksi Bidang Pendidikan Dasar dengan Metode Conspectus Di Perpustakaan Muhammadiyah Surakarta. Dengan hasil Pendidikan Dasar berada pada kisaran level 2 dan 3b. Level 2 Basic Information Level berarti bahwa secara umum 35 kedalaman minimal koleksi bidang Pendidikan Dasar Perpustakaan UMS merupakan bahan literatur utama core material. level 3b StudyInstructional Support Level - Advance berarti bahwa kedalaman maksimal koleksi bidang Pendidikan Dasar yang ada mencakup jurnal-jurnal utama dari topik-topik primer dan sekunder dari suatu subjek, bahan literatur retrospektif penting, literatur substantif yang memberikan kedalaman kajian untuk kepentingan riset dan evaluasi, akses menuju pangkalan data CD ROM, dan sudah memadai untuk program sarjana dan magister. Diskripsi kekuatan koleksi adalah 34 judul buku teks berada pada level 3, 4 judul koleksi referensi jenis handbook berada pada level 2, dan 7 judul koleksi periodikal journal hardcopy berada pada level 3b. Cakupan bahasa lebih banyak mengarah pada kode I Indonesia dan F Selected Non-Indonesia Languages. Hal ini berarti bahwa sebagian besar koleksi berbahasa Indonesia, dan koleksi sejenis dalam bahasa lain dalam hal ini bahasa Inggris tersedia secara terseleksi untuk melengkapi dan mendukung koleksi dalam bahasa Indonesia tersebut. 2. Pada tahun 2014 Wati Ellyza dari Universitas Sumatera Utara dengan judul Evaluasi Koleksi Bidang Ilmu Ekonomi Di Perpustakaan Umum Kota Medan Dengan Menggunakan Metode Conspectus. Hasil penelitian koleksi ilmu ekonomi di perpustakaan umum kota Medan dikelompokkan menjadi 3 level, yaitu level 1b, 2a, dan 2b. 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekarang ini, dunia pendidikan sedang bergeliat. Hal itu dipacu oleh faktor perhatian Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas taraf hidup manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan sejak dini. Harapan terbesar atau sering dengan istilah “visi” daripada peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri adalah meningkatkan kualitas pemikiran masyarakat Indonesia yang pada akhirnya pencapaian terhadap kualitas hidup yang lebih tinggi pula, didukung dengan peningkatan penghasilan. Faktor pendidikan yang dilihat sebagai dasar untuk memulai perubahan pada kehidupan manusia tidak terlepas pada aspek-aspek pendukung. Perpustakaan merupakan salah satu faktor pendukung dalam dunia pendidikan guna meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa, pengetahuan dan kreatifitas pengguna perpustakaan, sehingga dapat mencapai tujuan dari suatu lembaga pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, dinyatakan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, danatau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Bagi suatu perguruan tinggi perpustakaan merupakan sarana yang penting bagi kegiatan pendidikan, pengajaran dan