suatu  kurs  referensi  tertentu  seperti  misalnya  LIBOR  London  Interbank  Offered Rate  dimana  cara  perhitungannya  dengan  menggunakan  sistem  penambahan
marjin  terhadap  kurs  referensi.  Suku  bunga  dapat  berubah  bila  salah  satu  dari demand  or  supply  uang  tidak  lagi  tercapai  keseimbangan.  Misalkan  saat
perekonomian  memasuki  tahap  ekspansi  dari  suatu  siklus  bisnis  dan meningkatkan  juga  Real  Gross  Domestic  Product  GDP  maka  akan
meningkatkan transaksi keuangan yang akan mengakibatkan permintaan terhadap uang  juga  akan  meningkat  dimana  supply  nya  tetap  sama,  dalam  hal  terjadi
ketidakseimbangan  ini  maka  interest  rate  akan  bergerak  agar  tercapai  kembali keseimbangan antara demand dan supply uang Subagyo,dkk, 2002.
2.1.7 Uang Muka atau Loan To Value
Definisi  loan  to  value  menurut  investopedia  adalah  a  lending  risk assessment  ratio  that  financil  institutions  and  others  lenders  examine  before
approving a mortgage and loan to value tells you how much of a property is being financed. It is a way to tell how much equity you have in a property. Jika dibahas
secara  sederhana,  Uang  Muka  atau  loan  to  value  adalah  angka  rata-rata  antara nilai kredit yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan pada saat awal
pemberian  kredit.  Perhitungan  rasio  LTV  dilakukan  berdasarkan  nilai  kredit ditetapkan  berdasarkan  plafon  kredit  yang  diterima  oleh  debitur  sebagaimana
tercantum dalam perjanjian kredit, serta nilai agunan ditetapkan sebagaimana nilai pengikatan agunan oleh bank Arindam dan Asish Saha, 2009.
Pertumbuhan  kredit  yang  tinggi  dapat  dikontrol  dengan  suku  bunga, namun  penggunaan  instrument  ini  dapat  berimbas  ke  sektor  lain  yang  tidak
Universitas Sumatera Utara
dikehendaki.  Untuk  itu,  kebijakan  uang  muka  LTV  menjadi  alternative kebijakan Bank Indonesia untuk mengatur segmen yang diinginkan. Selanjutnya,
dengan  memperhatikan  kekurangan  pasokan  rumah,  kebutuhan  hunian  oleh masyarakat dan program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan perumahan bagi
kalangan  masyarakat  menengah  kebawah.  Oleh  karena  itu,  Bank  Indonesia memutuskan  untuk  tidak  mengatur  rumahhunian  yang  menjadi  program
pemerintah  dan  rumahhunian  tipe  rumah  dengan  luasan  bangunan  70 kebawah.  Hal  ini  dilakukan  dengan  pertimbangan  antara  lain  untuk  membantu
pemenuhan kebutuhan papan untuk masyarakat umum atau dengan kata lain untuk mewujudkan  Pembangunan  nasional  yang  pada  hakikatnya  ditujukan  untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat  adil dan makmur secara merata disegala bidang  khususnya  dalam  pemenuhan  kebutuhan  perumahan  untuk  masyarakat
kalangan menengah kebawah Bank Indonesia, 2012.
2.1.8  Teori Lokasi Perumahan
Pemilihan  dan  penentuan  lokasi  untuk  properti  perumahan  bagi  setiap orang  berbeda-beda  sesuai  dengan  pertimbangan  masing-masing  individunya.
Beberapa  ahli  membuat  kesimpulan  mengenai  pemilihan  lokasi  properti perumahan sebagai berikut Harry W. Richadson, 1978: 280-281 :
a Filter  Down  Theory,  Teori  ini  muncul  pada  tahun  1920  oleh  EW
Burgess  untuk  menerangkan  pola  pemukiman  di  Chicago.  Menurut EW.  Burgerss,  perkembangan  CBD  yang  pesat  membuat  pusat  kota
menjadi tidak menarik tanah mahal, macet, polusi.
Universitas Sumatera Utara
b Hipotesis  Tiebout  1956,  Tiebout  mengemukakakan  bahwa  seseorang
memilih  lokasi  perumahan  kota  atau  kabupaten  yang  pajaknya  rendah atau pelayanan publiknya bagus.
c Trade  off  Model  oleh  Alonso  1964  dan  Solow  1972,1973,  Secara
sederhana  diartikan  sebagai  adanya  trade  off  aksesibilitas  terhadap ruang  yang  dipilih  rumah  tangga  sebagai  lokasi  untuk  properti
perumahan.  Model  ini  juga  mengasumsikan  bahwa  kota  melingkar dengan  sebuah  pusat  tenaga  kerja  dan  transportasi  yang  tersedia
dimana-mana,  semua  lokasi  dipertimbangkan  secara  homogen  kecuali jarak ke pusat kota. Rumah tangga akan bersedia membayar lebih untuk
properti  dengan  lokasi  yang  lebih  dekat  dengan  CBD  karena  biaya commuting lebih rendah.
d Social  Aglomeration  Theory  1985,  dikemukakan  bahwa  orang
memilih  rumah  dengan  pertimbangan  utama  bahwa  dia  akan  nyaman bersama  dengan  kelompok  sosial  tertentu  dimana  kelompok  ini  bisa
terbentuk berdasarkan ras, pendapatan, usia, dan lain sebagainya,  yang kemudian timbul segregasi.
2.1.9  Teori Harga