ini kredit pemilikan rumah terus mengalami peningkatan yang pesat. Tingginya permintaan masyarakat terhadap kredit pemilikan rumah KPR mendorong para
pengembang untuk terus berinvestasi pada sektor properti. Meski pun pada tahun 2015, sektor properti mengalami perlambatan, yang dikarenakan melemahnya
kurs rupiah, namun hal ini belum terlalu berdampak pada kredit pemilikan rumah KPR menengah disebabkan biaya produksi sebagian besar menggunakan bahan
baku domestik dan harga properti kelas menengah sangat bergantung pada kondisi daya beli masyarakat.
4.2 Perkembangan Sektor Perumahan di kota Medan
Kota Medan merupakan satu kota besar di luar Pulau Jawa yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Kota Medan merupakan sentra perekonomian di
Pulau Sumatera, terbukti dari berdirinya Bandara Internasional Kuala Namu Internasional, dan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan pusat belanja,
apartemen dan ruang perkantoran. Semakin menggeliatnya perekonomian di Kota Medan berdampak kepada pertumbuhan properti di ibukota Provinsi Sumatera
Utara itu yang dinilai cukup signifikan yaitu berkisar 5-10 persen. Pertumbuhan tersebut juga tidak terlepas dari semakin tingginya permintaan dari masyarakat
akan rumah tinggal di Kota Medan. Namun, menurut ketua Real Estate Indonesia Sumut, Tomi Wistan, memprediksi pertumbuhan properti di Medan tahun ini
melambat atau lebih rendah dari tahun lalu yang disebabkan antara lain naiknya suku bunga kredit kepemilikan rumah. Penyebab melemahnya permintaan properti
khususnya rumah sederhana merupakan dampak melemahnya daya beli yang disebabkan semakin tidak seimbangnya lagi pendapatan dan pengeluaran dampak
Universitas Sumatera Utara
inflasi yang tinggi. Daya beli semakin lemah karena selain suku bunga kredit kepemilikan rumah KPR naik, juga akibat penerapan aturan loan to payment
LTP atau uang muka yang besar dan termasuk semakin sulitnya mendapatkan harga lahan yang murah. Pertumbuhan KPR di kota Medan pada triwulan I 2014
mencapai 0,26 dari Rp12,85 triliun pada desember 2013 menjadi Rp12,89 triliun pada maret 2014. Sedangkan kredit pemilikan apartemen hingga tipe 21
pada Agustus 2013 melonjak tajam mencapai 128,27 atau sebesar Rp4,5 miliar dari bulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,9 miliar. Hal ini menunjukan
perkembangan Kredit Pemilikan Rumah KPR menengah sederhana di kota Medan tidak terlalu banyak mengalami peningkatan bergerak lamban,
sedangkan kredit pemilikan apartemen mengalami lonjakan tajam dibandingkan tahun sebelumnya yang diakibatkan berubahnya pola pikir masyarakat yang lebih
memilih untuk tinggal di apartemen.
4.3 Hasil Analisis Data