commit to user Dalam kehidupan masyarakat masih memiliki nilai gotong royong yang cukup
tinggi, sebuah sikap yang dimiliki oleh wilayah pedesaan. Ini terlihat dalam kehidupan keseharian, misalnya dalam pembangunan tempat-tempat ibadah.
Pembangunan tempat ibadah dilakukan secara bergotong royong. Desa Trangsan selain memiliki fasilitas kantor pemerintahan yaitu kantor kelurahan juga
memiliki sekolah-sekolah yaitu sekolah dasar dan taman kanak-kanak. Ditambah tempat ibadah yaitu masjid dan gereja.
Desa Trangsan juga masih mempunyai persawahan yang berada disekeliling Desa Trangsan. Sawah tersebut sebagian besar dimiliki oleh
penduduk desa Trangsan, sehingga penduduk Desa Trangsan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.
b. Kondisi Ekonomi
Desa Trangsan hampir sebagian besar penduduknya disibukkan oleh kegiatan-kegiatan di sawah dan industri kecil rotan. Di Desa Trangsan, industri
rotan merupakan pekerjaan sampingan dari sebagian besar masyarakatnya. Dilihat dari kondisi ekonomiya, Desa Trangsan bukan tergolong desa miskin, tetapi
ekonomi warga masyarakat masih tergantung pada bidang pertanian. Seiring berjalannya waktu pekerjaan sebagai pengrajin dijadikan mata pencaharian utama.
Banyak penduduk setempat yang memanfaatkan waktunya untuk membuat kerajinan rotan.
Berdirinya industri rotan di desa Trangsan mengakibatkan banyak penduduk desa Trangsan dan desa-desa lain yang bekerja sebagai pengrajin rotan dan buruh
industri rotan. Oleh karena itu penduduk di daerah tersebut sudah mengalami pergeseran mata pencaharian yang keluar dari sektor pertanian. Hal ini
mengakibatkan pendapatan penduduk desa tersebut menjadi lebih baik. Desa Trangsan tergolong desa yang makmur dan kaya. Pendapatan penduduk
mengalami peningkatan semenjak industri rotan mengalami perkembangan. Dengan keadaan ekonomi yang meningkat penduduk setempat bisa meningkatkan
taraf hidup mereka, dengan contoh bisa membeli peralatan rumah tangga yang mewah. Hal yang tak kalah penting yaitu status sosial mereka juga berubah.
commit to user Misalnya seorang pengrajin menjadi pengusaha rotan, dan seorang yang bekerja
buruh tani menjadi seorang pengusaha rotan. Selain itu dengan adanya industri rotan akan menambah pendapatan setiap penduduk. Dengan pendapatan yang
meningkat mereka dapat menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi, sehingga membuat status sosial seseorang meningkat wawancara dengan Sajiman, Kepala
Desa Trangsan, 29 November 2010.
B. Asal-Usul dan Perkembangan Industri Rotan di Desa Trangsan 1.Asal-usul Industri Rotan di Desa Trangsan
Pada tahun 1940 masyarakat Desa Trangsan pada umumnya bermata pencaharian di bidang pertanian. Hasil pertanian dijual ke Solo tepatnya di daerah
Solo bagian barat Jongke , dilakukan dengan berjalan kaki melewati rumah seorang Tionghoa yang berprofesi sebagai pengrajin rotan yang membuat
anyaman dengan berbagai model. Salah satu penduduk Trangsan bernama Wiro sering melintas di depan rumah Tionghoa tersebut merasa tertarik dan pada
akhirnya bekerja pada orang tersebut sebagai pengrajin rotan. Pengalaman yang diperoleh selama bekerja menimbulkan ide untuk membuat produk sendiri dengan
menggunakan bahan baku limbah yang diperoleh dari tempat bekerjanya wawancara dengan Sajiman, Kepala Desa Trangsan, 29 November 2010.
Usaha yang dirintis oleh Wiro mendorong masyarakat luas di desa Trangsan untuk mengikuti jejak menjadi pengrajin rotan. Produk yang dihasilkan beraneka
ragam antara lain pakaian bayi, kursi malas, bandulan bayi, boncengan sepeda dan sebagainya. Pemasaran produk rotan ini di wilayah Solo Ngawi, Madiun,
Ponorogo dan Tuban. Bupati Tuban mendapat informasi mengenai kerajinan rotan di Desa Trangsan sehingga menjadi titik awal Desa Trangsan terkenal menjadi
sentra industri rotan. Kemudian hal itu ditindak lanjuti oleh bupati Tuban dengan membuat surat kepada sinuwun raja Surakarta Hadiningrat Pakobuwono VI agar
berkenan meninjau sentra industri rotan di desa Trangsan. Pakobuwono VI akhirnya mengirimkan surat kepada demanglurah desa Trangsan bernama
Wongso Laksono agar mengumpulkan para pengrajin untuk diberi penghargaan.
commit to user Dengan penghargaan yang diberikan oleh Pakubuwono VI membuat
pengrajin Desa Trangsan semakin semangat untuk memproduksi barang kerajinan yang berkualitas. Keadaan kerajinan pada waktu itu cukup bagus karena barang
kerajinan dari Desa Trangsan semakin dikenal banyak masyarakat. Secara tidak langsung dengan penghargaan yang diberikan Pakubuwono VI menyebabkan
masyarakat sekitar Desa Trangsan maupun luar Desa Trangsan semakin percaya akan kualitas kerajinan Desa Trangsan. Meskipun pemasaran kerajinan rotan itu
masih di wilayah lokal. Pada tahun1968 usaha kerajinan rotan di desa Trangsan mengalami
kemerosotan karena muncul persaingan berupa kerajinan plastik. Untuk mengatasi ini Departemen Perindustrian Kabupaten Sukoharjo pada tahun 1979 melakukan
pembinaan dengan mengirimkan beberapa pengrajin rotan mengikuti studi banding ke Cirebon. Pada tahun 1986 Papeda Propinsi Jawa Tengah memberikan
pendidikan dan pelatihan dengan mendatangkan Expert dari Filipina dalam bidang tehnik pembuatan produk berkualitas ekspor. Pendidikan dan pelatihan ini
memberikan dampak positif bagi sentra industri rotan Trangsan, karena sampai saat ini Trangsan tetap eksis menjadi sentra industri rotan dengan produk
berkualitas ekspor wawancara dengan Sarjito,pengusaha rotan, 2 Desember 2010.
2.Perkembangan Industri Rotan Di Desa Trangsan
Perkembangan berbagai industri rotan yang ada telah dikenal sejak lama dan merupakan industri yang cukup potensial untuk dikembangkan. Pada tahun
1979 pada saat pemerintah melakukan pembinaan kepada pengrajin rotan. Kelompok ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak sampai di
pedesaan bahkan sampai keluar daerah Trangsan misalnya sampai mendatangkan tenaga kerja dari Jepara, Gunung Kidul, Klaten dan Wonogiri. Hal itu disebabkan
karena semakin banyaknya permintaan dari konsumen sehingga penduduk Trangsan tidak mampu untuk mengerjakan sendiri. Pada mulanya konsumen
menyesuaikan kebutuhannya dengan produk yang dihasilkan produsen, akan
commit to user tetapi sejalan dengan perkembangan selera pasar dan persaingan dengan produk
sejenis, mensyaratkan mutu produksi tertentu yang harus dipenuhi produsen. Rotan merupakan hasil hutan non kayu yang mempunyai nilai ekonomis
yang sangat tinggi dan dapat digunakan hampir di semua segi kehidupan manusia. Rotan yang nama latinnya Calamus sp itu termasuk suku Nibung – nibungan
bangsa Palmae. Rotan adalah jenis palm yang merambat dan panjangnya sampai 100 meter. Batang ini beruas banyak, kulitnya licin, dan berkilap. Sifat rotan ialah
pegas, elastis, dan kuat. Pada masa lalu, rotan hanya digunakan sebagai tali pengikat dan bahan
pembuat pemancing ikan, tetapi pada masa sekarang rotan sudah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan keperluan. Rotan tidak hanya dapat
dimanfaatkan batangnya saja bahkan akar, buah dan daunnya juga dapat dipergunakan.
Rotan memiliki berbagai keunikan, antara lain panjang batang dapat mencapai 100 m walaupun diameternya hanya sebesar ibu jari tangan atau ibu jari
kaki. Dari segi bentuknya, tanaman rotan memang tidak menarik karena sebagian besar terbalut pelepah yang berduri tajam. Batang rotan juga memilki keuletan
dan kekenyalan yang luar biasa. Karena keuletan dan kekenyalannya itulah batang rotan dapat dibuat bermacam – macam perabotan rumah tangga atau hiasan –
hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang, tempat tidur, lemari, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya. Selain itu batang rotan juga
dapat digunakan untuk pembuatan barang – barang anyaman, untuk dekorasi, tas tangan, kipas, bola takraw, karpet, dan sebagainya.
Oleh karena keunggulan produk rotan memegang peranan yang penting, lebih-lebih di kabupaten Sukoharjo, yang merupakan daerah yang potensial dalam
mengembangkan industri rotan terutama perusahaan yang ada di desa Trangsan Kecamatan Gatak masih bisa dikembangkan. Disamping itu juga perlu adanya
tambahan pengetahuan dan ketrampilan para tenaga kerja yang diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan baik. Para pengusaha industri rotan akan berusaha
mengembangkan usaha tersebut dengan memenuhi permintaan konsumen atau
commit to user pasar yang cenderung meningkat dan menghendaki kualitas atau mutu yang baik
wawancara dengan bapak Sarjito,pengusaha rotan, 2 Desember 2010. Desa Trangsan mempunyai 247 industri kerajinan rotan yang terdiri dari 5
perusahaan besar, 32 perusahaan sedang, dan 210 perusahaan kecil. Penggolongan tersebut berdasarkan jumlah besar modal yang dikeluarkan pengrajin, jumlah
barang yang dihasilkan perbulan, dan wilayah pemasarannya. Tabel 4 : tabel penggolongan industri rotan Desa Trangsan
Jenis Perusahaan
Modal Produk
Wilayah Pemasaran
jumlah
Besar 1-5 milyar
Kursi rotan, meja kursi rotan, bola
takrow, alamari, kursi malas
Lokal dan ekspor
4 – 6 container
Sedang 500 juta –
1 milyar Almari rotan Kursi
rotan, meja kursi rotan, kursi malas
Lokal dan ekspor
1 – 3 container
Kecil 100 – 500
juta Parsel,bandulan
bayi, bola takrow, sketesel,tempat
tisu, hiasan dinding Lokal
50-200 pcs
Sumber : Data Monografi Statistik Desa Trangsan, data usaha industri Desa Trangsan tahun 2010
C. Proses produksi dan Pemasaran Hasil Industri Rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak