commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian Indonesia saat ini agaknya belum dapat dipisahkan dari sektor pertanian. Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan dan hidup sebagai
petani diperkirakan lebih dari 82. Kehidupan yang agraris ini menimbulkan berbagai permasalahan, khususnya di Jawa yang penduduknya sangat padat dan
lahan pertanian yang semakin menyempit. Sepertiga dari petani yang ada di Jawa tidak memiliki sawah. Mereka yang memiliki sawah rata-rata memiliki tidak lebih
dari setengah hektar dan hanya beberapa orang petani menggarap satu atau dua hektar. Bertambahnya usia produktif atau tenaga kerja akan menimbulkan
permasalahan pada lapangan pekerjaan. Sawah selalu dapat menampung tenaga kerja berapapun banyaknya, tetapi tentu saja hasilnya akan berkurang karena
harus dibagi sejumlah orang tertentu sehingga pendapatan keluarga petani berkurang.
Sejak awal dasawarsa tujuh puluhan secara tajam mulai disadari, bahwa meskipun mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat, namun
kebanyakan negara berkembang belum berhasil menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi angkatan kerja pada umumnya, maupun dari segi tingkat
pendapatan. Harapan bahwa pertumbuhan yang pesat dari sektor industri akan dapat menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran secara tuntas
ternyata masih pada rentang perjalanan yang panjang. Bertolak dari kenyataan inilah maka eksistensi industri kecil telah mengambil tempat yang penting dalam
masalah kesempatan kerja dan ketenagakerjaan di negara-negara berkembang. Pengembangan industri di pedesan menjadi semakin penting, sesuai dengan salah
satu tujuan yang ingin dicapai melalui usaha pembangunan nasional. Pengembangan sektor industri di pedesaan ditujukan untuk mengurangi
pengangguran, mengingat sampai sejauh ini pengangguran masih menjadi
commit to user masalah pokok pembangunan di Indonesia atau negara berkembang umumnya
Irsan Azhari Saleh 1986 : 1 . Kehadiran industri di pedesaan akan menjadi alternatif yang penting dalam
penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan dan peningkatan pendapatan masyarakat desa setelah sektor pertanian, sehingga target pemerataan
pembangunan di Indonesia akan tercapai sesuai dengan sasaran pembangunan. Gambaran umum yang ada selama ini menujukan sebagian besar penduduk
Indonesia bermukim, bekerja, dan menggantungkan sumber kehidupan dari daerah pedesaan. Tanah yang merupakan basis utama kehidupan masyarakat desa,
karena perkembangan penduduk yang pesat mengakibatkan lahan pertanian semakin sempit dan kesempatan kerja di bidang pertanian semakin kecil.
Masyarakat desa mulai berfikir tentang penyaluran kelebihan tenaga kerja di luar sektor pertanian, misalnya industri.
Industri kecil dan industri rumah tangga mempunyai peran yang sangat penting. Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di desa mempunyai
mata pencaharian di sektor pertanian. Sedangkan luas tanah garapan pertanian semakin berkurang dan adanya ketidakpastian dalam usaha tani, misalnya gagal
panen, kekeringan, sehingga diperlukan suatu sumber penghasilan cadangan, walaupun kecil tetapi terjamin. Pengembangan industri kecil dan menengah perlu
diberi kemudahan baik dalam permodalan, perizinan maupun pemasaran. Dalam pengembangan industri dijaga kelangsungan dan keberadaan industri kerajinan
dan industri rumah tangga serta industri rakyat tradisional lainnya. Keperluan orang akan barang-barang dan jasa itu tiap hari berubah jenis
dan jumlahnya sehingga perasaan kekurangan dan kemakmuran itu tetap ada pada manusia. Perasaan kekurangan inilah yang sebenarnya menyebabkan manusia
hidup mengejar kemakmuran. Dalam usahanya mencari kamakmuran itu manusia diantaranya berhadapan dengan alam yang kikir dan yang tidak memberikan
begitu saja segala sesuatu. Hanya sebagian kecil daripada yang diperlukan dapat diperoleh sebagai anugerah alam. Sebagian besar barang harus diperoleh dengan
usaha dan pengorbanan.
commit to user Mengingat kondisi ekonomi suatu penduduk yang berbeda-beda, maka
kegiatan ekonomi masyarakat yang dilaksanakan untuk memperoleh suatu pendapatan dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya juga berlainan. Masyarakat
di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo juga mempunyai mata pencaharian yang berbeda-beda. Suatu kawasan yang areanya terdapat banyak
persawahan dan masih banyak lahan kebun yang luas cocok digunakan untuk lahan industri. Usaha ini muncul pertama kali pada tahun 1940, masyarakat Desa
Trangsan pada umumnya bermata pencaharian di bidang pertanian. Hasil pertanian dijual ke Solo tepatnya di daerah Solo bagian barat Jongke yang
dilakukan dengan berjalan kaki. Kemudian warga setempat bekerja kepada seorang pengusaha Cina yang memiliki home industry rotan di daerah Solo.
Pengalaman yang diperoleh selama bekerja menimbulkan ide untuk membuat produk sendiri dengan menggunakan bahan baku limbah yang diperoleh dari
tempat bekerjanya. Usaha yang dirintis ini mendorong masyarakat luas di Desa Trangsan
untuk mengikuti jejak menjadi pengrajin rotan. Banyak dari mereka mendirikan usaha industri rotan sebagai mata pencaharian penduduk Desa Trangsan. Produk
yang dihasilkan beraneka ragam antara lain rak pakaian bayi, kursi malas, bandulan bayi, boncengan sepeda dan sebagainya. Pemasaran produk rotan ini
semula hanya pada wilayah Solo seperti kota Ngawi, Madiun, Ponorogo dan Tuban. Seorang pengrajin yang memasarkan produk ke kota Tuban bertemu
dengan Bupati Tuban dan akhirnya terjadi dialog antara pengrajin Desa Trangsan dengan Bupati. Hal ini yang menjadi titik awal Desa Trangsan terkenal menjadi
sentra industri rotan. Hasil dialog ini kemudian ditindak lanjuti oleh Bupati Tuban dengan membuat surat kepada Raja Surakarta Hadiningrat Pakubuwono ke VI
agar berkenan meninjau sentra industri rotan di Desa Trangsan. Sinuwun raja Surakarta Hadiningrat akhirnya mengirimkan surat kepada demanglurah Desa
Trangsan bernama Wongso Laksono agar mengumpulkan para pengrajin untuk diberi penghargaan tetapi bapak Demang Wongso Laksono ini gugur pada tahun
1949 ditembak kompeni Belanda.
commit to user Kerajinan rotan tidak hanya dikerjakan di pabrik saja, sebagian besar
bahan setengah jadi disalurkan dari rumah ke rumah untuk dikerjakan masyarakat sekitar. Misalnya dalam pembuatan kursi, bahan setengah jadi disalurkan ke
rumah-rumah yang selanjutnya akan dianyam dan dijadikan kursi rotan jadi yang nantinya akan di finisshing di pabrik. Dalam konteks ini masyarakat hanya
berperan sebagai pekerja saja, sedangkan yang mengelola ialah pabrik dan modalnya sebagian besar didapatkan dari investor asing. Selain sebagai pekerja
pabrik, masyarakat juga berperan sebagai penyedia kebutuhan para karyawan. Sebagian masyarakat memanfaatkannya dengan menyediakan kebutuhan primer
dan berbagai jenis keperluan karyawan. Dengan demikian, masyarakat mampu mendirikan lapangan kerja sendiri dengan keberadaan pabrik rotan ini.
Dalam proses produksi industri rotan ini bahan bakunya di datangkan dari luar daerah Trangsan yang mayoritas berasal dari Kalimantan. Penduduk setempat
mengadakan kerja sama dengan pihak luar daerah Jawa dalam hal penyediaan bahan baku.Kemudian rotan ini diolah menjadi bahan setengah jadi yang
selajutnya diolah dan dibentuk menjadi sebuah kerajinan misalnya kursi, meja dan almari. Dalam proses produksi ini bahan baku disalurkan kepada masyarakat
sekitar untuk dikerjakan dirumah dan pabrik hanya digunakan untuk proses finishing, seperti pengamplasan kerajinan, pengecatan dan pengepakan yang
selanjutnya dikirim kepada pemesan. Kegiatan keterampilan menganyam rotan ini sampai sekarang masih aktif
dan terus ditingkatkan baik secara kualitas maupun secara kuantitasnya. Desain yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan menaikan harga
pemasaran,serta lebih menarik perhatian masyarakat atau pembeli. Industri rotan di desa Trangsan, kecamatan Gatak, kabupaten Sukoharjo merupakan proses
kegiatan perekonomian yang positif yang berarti penduduk yang berperan dan terlibat telah memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam hal menciptakan
lapangan kerja serta partisipasi mereka dalam membangun perekonomian negara. Industri memproduksi beberapa jenis kerajinan dari rotan, yang
diantaranya meja, kursi, almari, yang bahan bakunya dari rotan yang didatangkan dari luar daerah. Pekerjaan sebagai pengusaha rotan yang dilakukan oleh
commit to user umumnya masyarakat Trangsan bertujuan untuk mencukupi kehidupan serta
peningkatan taraf hidup perekonomiannya. Seiring tumbuh dan berkembangnya industri rotan yang cukup baik, maka mulai ada peningkatan ekonomi yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat pengusaha rotan tersebut. Dengan telah terjadinya peningkatan taraf hidup dapat kita lihat semakin majunya usaha rotan ini. Mulai
banyak perusahaan yang menjadi besar, dan memiliki tenaga kerja yang cukup banyak serta daerah pasaran yang telah meluas. Para pengusaha memperoleh
pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup ataupun untuk pengembangan usaha agar menjadi lebih besar.
Sejak berdirinya industri rotan ini, masyarakat Desa Trangsan mengalami perubahan sosial ekonomi. Dahulu yang tingkat ekonominya rendah, seiring
dengan adanya industri rotan ini, masyarakat Desa Trangsan mengalami peningkatan kesejahteraan. Tidak ada lagi masyarakat yang mengalami
pengangguran. Industri rotan di Desa Trangsan ini mempunyai keunikan yaitu Trangsan bukan penghasil bahan baku tetapi bisa berdiri industri rotan. Dalam
perkembangannya nanti, industri rotan mampu meningkatkan kesejateraan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis akan
mengadakan penelitian dengan judul “PERKEMBANGAN INDUSTRI ROTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO”.
B. Perumusan Masalah