Keadaan Perekonomian KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 34 sebagai petani juga sedikit. Jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima oleh seseorang dan tingkat pendapatan yang diterima dapat mempengaruhi pola konsumsi seseorang dalam mengkonsumsi kebutuhan pangannya.

C. Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian di Kecamatan Jebres dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, dimana untuk menyalurkan kebutuhan pangan dari produsen ke konsumen memerlukan sarana yang memadai. Berikut ini adalah tabel sarana perekonomian di Kecamatan Jebres tahun 2009 : Tabel 14. Sarana Perekonomian di Kecamatan Jebres Tahun 2009 No. Sarana Perekonomian Jumlah 1. Pasar Tradisional 8 2. SupermarketSwalayan 2 3. TokoKiosWarung 3.062 Total 3.072 Sumber : Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2009 Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa di Kecamatan Jebres tersedia pasar tradisional, supermarketswalayan, dan tokokioswarung. Tokokioswarung di Kecamatan Jebres jumlahnya paling banyak yaitu 3.072 buah. Tersedianya sarana perekonomian yang memadai di Kecamatan Jebres, maka akses suatu rumah tangga terhadap pangan akan semakin baik dan memudahkan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sarana perekonomian yang baik harus didukung dengan adanya kegiatan distribusi yang baik pula. Oleh karena itu diperlukan sarana perhubungan yang memadai. Sarana perhubungan di Kecamatan Jebres dapat diketahui pada Tabel 15 : perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 35 Tabel 15. Sarana Perhubungan di Kecamatan Jebres Tahun 2009 No. Sarana Perhubungan Jumlah 1. Mobil 13.540 2. Sepeda Motor 11.343 3. Taksi 150 4. Angkot 164 5. Bus 44 6. Truk 43 7. Sepeda 12.531 8. Becak 1.806 9. Gerobak Dorong 424 Total 40.045 Sumber : Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2009 Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa jenis sarana perhubungan yang terbanyak di Kecamatan Jebres adalah mobil pribadi yaitu sebanyak 13.540 buah. Kegiatan transportasi tidak hanya dilakukan dengan mobil pribadi, melainkan dengan sepeda, sepeda motor, dan kendaraan umum seperti taksi, angkot, bus, dan becak. Banyaknya sarana perhubungan di Kecamatan Jebres, akan mempermudah transportasi penduduk dalam melakukan kegiatan perekonomian. Keadaan sarana perekonomian yang memadai akan berpengaruh terhadap lancarnya distribusi dan ketersediaan pangan. Apabila pangan dapat terdistribusi dengan baik, maka rumah tangga sebagai konsumen akan mampu mengakses pangan dengan mudah, sehingga ketersediaan pangan rumah tangga akan terjamin dan terciptalah ketahanan pangan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 36

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Rumah Tangga Responden

Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum tentang keadaan responden. Pada penelitian ini mengambil 30 responden di Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang tersebar pada dua kelurahan yaitu Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit yang bertempat tinggal di daerah rawan banjir. Karakteristik rumah tangga responden meliputi data-data yang mencakup identitas responden dan anggota keluarga responden. Data-data tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 16 : Tabel 16. Karakteristik Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta No. Uraian Rata-rata 1. Umur tahun a. Suami b. Istri 53 49 2. Tingkat pendidikan tahun a. Suami b. Istri 7 6 3. Jumlah anggota keluarga orang 3 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa umur rata-rata suami adalah 53 tahun dan istri 49 tahun. Umur responden masih termasuk dalam usia produktif, sehingga memungkinkan responden untuk bekerja secara maksimal dan berusaha meningkatkan pendapatannya untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Umur berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan akan gizi. Kebutuhan akan gizi tiap individu adalah berbeda dengan tingkat umur yang berbeda pula. Tingkat pendidikan rata-rata untuk suami adalah 7 tahun atau tidak tamat SMP, sedangkan istri adalah 6 tahun atau setingkat SD. Ini berarti tingkat pendidikan responden masih rendah. Rendahnya tingkat pendidikan responden disebabkan karena keterbatasan biaya. Responden lebih memilih menyelesaikan pendidikan dasar saja, kemudian langsung bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi sarana pendidikan pada tahun 1958an yang kurang memadai