perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 52
secara keseluruhan. Besarnya rata-rata tabungan dari 40 rumah tangga responden dengan tingkat pendapatan lebih besar daripada pengeluarannya adalah
Rp 306.529,17 dan untuk rumah tangga responden secara keseluruhan adalah Rp 19.690,21. Pada penelitian ini, tabungan merupakan selisih antara pendapatan
rumah tangga dan total pengeluaran rumah tangga, sehingga tabungan disini bukan merupakan sejumlah uang yang sengaja disisihkan oleh rumah tangga
responden untuk ditabung.
E. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Total Pengeluaran
Rumah Tangga
Proporsi pengeluaran konsumsi pangan merupakan persentase besarnya pengeluaran untuk konsumsi pangan dibanding dengan besarnya total pengeluaran
suatu rumah tangga. Berikut ini merupakan tabel proporsi pengeluaran rumah tangga responden.
Tabel 22. Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Bulan Juli 2010
Pengeluaran Jumlah RpBulan
Proporsi Pengeluaran Pangan
Pengeluaran Non Pangan 725.627,03
391.349,43 64,96
35,04
Total Pengeluaran 1.116.976,46
100,00
Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 2 dan 3 Berdasarkan Tabel 22, dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk pangan
sebesar Rp 725.627,03 atau mencapai 64,96 dari total pengeluaran dan untuk pengeluaran non pangan sebesar Rp 391.349,43 atau 35,04. Total pengeluaran
rumah tangga merupakan penjumlahan antara pengeluaran untuk konsumsi pangan dan pengeluaran untuk non pangan. Besarnya rata-rata total pengeluaran
pada penelitian ini adalah Rp 1.116.976,46. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengeluaran konsumsi
pangan masih mengambil bagian terbesar 64,96 dari total pengeluaran rumah tangga miskin yang tinggal pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga responden masih rendah. Hukum Engel menyatakan bahwa
pada saat pendapatan menurun, proporsi yang dibelanjakan untuk pangan semakin meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 53
Nicholson, 2002. Rendahnya tingkat kesejahteraan responden menyebabkan terbatasnya akses terhadap pangan, sehingga ketahanan pangannnya lemah.
F. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga
Konsumsi pangan merupakan sejumlah makanan dan minuman yang dimakan atau diminum seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan fisiknya.
Konsumsi pangan dinilai dari konsumsi energi dan protein. Berikut ini merupakan tabel rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga, AKG yang dianjurkan,
dan tingkat kecukupan gizinya. Tabel 23. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein, AKG yang dianjurkan, dan
Tingkat Kecukupan Gizi Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Kandungan Gizi Rata-rata
AKG yang dianjurkan TKG
Energi kkaloranghari 1.448,37
2.052,43 70,57
Protein gramoranghari 48,10
53,98 89,11
Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 5 Konsumsi energi merupakan sejumlah energi pangan yang dinyatakan
dalam kilokalori kkal yang dikonsumsi per orang per hari. Konsumsi protein adalah sejumlah protein pangan yang dinyatakan dalam gram yang dikonsumsi
per orang per hari. Berdasarkan Tabel 23, dapat diketahui bahwa besarnya rata- rata konsumsi energi adalah 1.448,37 kkaloranghari dan konsumsi protein
sebesar 48,10 gramoranghari. Besarnya rata-rata konsumsi energi dan protein tersebut masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi AKG yang dianjurkan, yaitu
dalam penelitian ini untuk energi sebesar 2.052,43 kkaloranghari dan protein sebesar 53,98 gramoranghari.
Tingkat Konsumsi Energi TKE dan Tingkat Konsumsi Protein TKP diperoleh dari perbandingan antara jumlah konsumsi energi dan protein rumah
tangga dengan Angka Kecukupan Gizi AKG yang dianjurkan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yang dinyatakan dalam persen. Besarnya rata-
rata tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga responden adalah 70,57 dan 89,11. Apabila dilihat dari tingkat kecukupan gizinya dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan untuk tingkat konsumsi energi termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 54
dalam kategori kurang, sedangkan tingkat konsumsi protein termasuk dalam kategori sedang.
Sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga berdasarkan acuan Departemen Kesehatan RI Tahun 1990 secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 24 : Tabel 24. Sebaran Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga
Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Kategori Tingkat Kecukupan Gizi
Energi Protein
Jumlah RT Jumlah RT
Baik TKG ≥100 AKG
0,00 7
23,33 Sedang TKG 80–99 AKG
4 13,33
14 46,67
Kurang TKG 70–80 AKG 14
46,67 6
20,00 Defisit TKG 70 AKG
12 40,00
3 10,00
Jumlah 30
100,00 30
100,00
Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 24, dapat diketahui bahwa kategori tingkat konsumsi
energi dan protein ada empat yaitu kategori baik, sedang, kurang, dan defisit. Untuk tingkat konsumsi energi sebanyak 13,33 termasuk kategori sedang,
kategori kurang 46,67, dan 40 yang termasuk dalam kategori defisit. Untuk
tingkat konsumsi protein sebanyak 23,33 termasuk dalam kategori baik, kategori sedang 46,67, kategori kurang 20, dan 10 dalam kategori defisit.
Perbedaan kategori untuk setiap rumah tangga tersebut dikarenakan makanan atau minuman yang dikonsumsi setiap rumah tangga juga berbeda-beda.
Secara keseluruhan tingkat konsumsi protein rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres lebih baik daripada tingkat konsumsi
energinya. Hal tersebut dikarenakan tingginya konsumsi protein rumah tangga responden yang berasal dari sumber protein dari makanan pokok yaitu nasi dan
sumber protein nabati yang biasa dikonsumsi oleh rumah tangga responden yang berasal dari kacang-kacangan yaitu tahu dan tempe. Tahu dan tempe merupakan
sumber protein nabati dengan harga murah, sehingga menjadi pilihan konsumsi bagi rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 55
G. Hubungan Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan dengan Konsumsi