Pengeluaran Rumah Tangga Responden

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 39 pabrik. Pendapatan istri dapat menjadi tambahan pemasukan dalam rumah tangga, sehingga pendapatan rumah tangga akan bertambah. Anak dari responden ada yang sudah bekerja dan masih tinggal dalam satu rumah dengan orang tuanya, sehingga pendapatan yang diterima juga dimasukkan dalam pendapatan rumah tangga. Pekerjaan anak antara lain karyawan pabrik, pekerja bengkel, serabutan, dan buruh. Sumber pendapatan lainnya berasal dari pendapatan anggota rumah tangga lain yang tinggal dalam satu rumah. Pada penelitian ini, sumber pendapatan lain berasal dari pendapatan orang tua yang masih tinggal dengan anaknya dan pendapatan dari anak menantu yang masih tinggal dalam satu rumah dengan mertuanya. Selain itu, sumber pendapatan lain juga berupa kiriman dari anak yang tidak tinggal dalam satu rumah atau bekerja di luar daerah yang dikirim setiap bulan. Pendapatan rumah tangga merupakan salah satu faktor dalam menentukan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan rendah lebih mementingkan pemenuhan pangan secara kuantitas dan belum atau kurang mementingkan gizi yang terkandung di dalam pangan. Sebaliknya rumah tangga dengan pendapatan tinggi tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi sudah mementingkan dari segi kualitas pangannya.

C. Pengeluaran Rumah Tangga Responden

Pengeluaran rumah tangga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga terdiri dari pengeluaran untuk pangan dan non pangan. Pada penelitian ini, pengeluaran yang dihitung adalah pengeluaran pada bulan Juli 2010. Besarnya rata-rata pengeluaran pangan rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 19 : perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 40 Tabel 19. Rata-Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Bulan Juli 2010 No. Pengeluaran Pangan Rata-Rata RpBln Proporsi 1. Padi-padian 200.516,67 27,63 2. Umbi-umbian 3.333,33 0,46 3. Ikan 10.983,33 1,51 4. Daging 8.866,67 1,22 5. Telur dan susu 18.033,33 2,49 6. Sayur-sayuran 195.500,00 26,94 7. Kacang-kacangan 68.633,33 9,46 8. Buah-buahan 9.416,67 1,30 9. Minyak dan lemak 17.133,33 2,36 10. Minuman 27.730,00 3,82 11. Bumbu-bumbuan 26.853,70 3,70 12. Konsumsi lain 43.816,67 6,04 13. Makanan dan minuman jadi 26.893,33 3,71 14. Tembakau dan sirih 67.916,67 9,36 Jumlah 725.627,03 100,00 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 2 Pengeluaran pangan meliputi 14 kelompok pangan, antara lain padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lain, makanan dan minuman jadi, serta tembakau dan sirih. Berdasarkan Tabel 19, dapat diketahui besarnya rata-rata pengeluaran pangan pada bulan Juli 2010 adalah Rp 725.627,03. Proporsi pengeluaran pangan yang terbesar adalah pengeluaran untuk kelompok padi-padian, yang mencapai 27,63 dari pengeluaran pangan. Kelompok pangan padi-padian meliputi beras, jagung, tepung beras, dan tepung terigu. Pengeluaran yang terbesar pada kelompok ini adalah pengeluaran untuk beras. Beras menjadi kebutuhan paling utama diantara kelompok padi-padian lain, karena beras merupakan makanan pokok bagi setiap rumah tangga responden. Beras merupakan bahan makanan yang tidak tergantikan dan ketersediaannya selalu terjaga. Jagung juga merupakan kelompok padi-padian yang mengandung karbohidrat, gula, kalium, kalsium, dan vitamin, tetapi jarang dikonsumsi responden. Rumah tangga responden berpendapat bahwa jika belum makan nasi itu artinya belum makan. Hal ini yang mempengaruhi pola pangan rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir Kecamatan Jebres untuk mendahulukan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 41 mencukupi kebutuhan beras. Kelompok padi-padian lain seperti tepung beras dan tepung terigu digunakan oleh rumah tangga responden sebagai bahan campuran untuk membuat lauk-pauk. Setiap rumah tangga miskin yang tinggal pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres yang termasuk dalam daftar Rumah Tangga Sasaran RTS mendapatkan bantuan beras miskin raskin dari pemerintah sebesar 15 kg setiap bulan. Raskin tersebut dibagi rata sesuai kesepakatan setiap RW agar semua rumah tangga mendapatkannya, baik yang terdaftar dalam RTS maupun tidak. Oleh karena itu, setiap rumah tangga responden hanya menerima raskin sebanyak 3-4 kg setiap bulan. Harga beli raskin adalah Rp 2.000,00 per kg. Kualitas raskin kurang baik yaitu dari segi kenampakan luarnya sebelum dimasak beras berwarna kekuningan dan setelah dimasak rasanya kurang enak. Alasan tersebut yang mendorong responden untuk menjual lagi raskin tersebut atau dijadikan campuran dengan beras lain dengan kualitas yang lebih baik. Proporsi pengeluaran pangan terbesar kedua adalah pengeluaran untuk kelompok sayur-sayuran. Sayur-sayuran merupakan salah satu kelompok pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral dan unsur-unsur tersebut penting untuk kesehatan. Kelompok sayur-sayuran meliputi bayam, kangkung, kubis, kacang panjang, buncis, sawi putih, tomat, terong, dan lain-lain. Pengeluaran rumah tangga responden untuk kelompok sayur-sayuran yang terbesar adalah pengeluaran untuk membeli kangkung, bayam, kacang panjang, dan sawi putih. Proporsi pengeluaran untuk kelompok sayur-sayuran menempati urutan kedua setelah beras yaitu sebesar 26,94 dari pengeluaran pangan. Hal ini dikarenakan responden selalu membeli sayuran setiap hari dan memasaknya sendiri. Rumah tangga miskin yang tinggal pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres membeli sayuran di warung ataupun pedagang sayur keliling. Harga sayur- sayuran yang tinggi juga berpengaruh terhadap banyaknya pengeluaran untuk kelompok sayur-sayuran. Proporsi pengeluaran untuk kelompok kacang-kacangan yang meliputi pengeluaran untuk kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, tahu, dan tempe adalah sebesar 9,46 dari pengeluaran pangan. Pengeluaran rumah tangga perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 42 responden untuk kelompok kacang-kacangan yang terbesar adalah pengeluaran untuk tahu dan tempe. Tahu dan tempe menjadi makanan yang selalu ada bagi rumah tangga responden. Tahu dan tempe merupakan lauk-pauk sumber protein nabati yang harganya murah, mudah diperoleh, dan tersedia terus-menerus di pasar. Alasan inilah yang membuat responden memilih untuk selalu mengkonsumsi tahu dan tempe setiap harinya. Tahu dan tempe banyak mengandung protein, lemak, vitamin, dan karbohidrat. Cara pengolahannya pun mudah, rumah tangga responden mengkonsumsinya dalam bentuk tahu dan tempe goreng. Pada penelitian ini, masih banyak dijumpai kepala keluarga responden yang merokok, meskipun telah ada himbauan dari pemerintah bahwa merokok tidak baik untuk kesehatan. Hal ini terbukti pada proporsi pengeluaran untuk tembakau dan sirih mencapai 9,36 dari pengeluaran pangan. Kelompok pangan yang termasuk dalam tembakau dan sirih antara lain rokok kretek, rokok putih, sirih, dan tembakau. Pengeluaran terbesar dari kelompok ini adalah pengeluaran untuk rokok kretek, karena rokok kretek harganya lebih murah yaitu Rp 7.000,00 per bungkus daripada rokok putih yang mencapai Rp 10.000,00 per bungkus. Ada juga kepala keluarga responden yang meracik rokok sendiri tingwe. Hampir semua responden yang merokok berpendapat bahwa merokok itu sama halnya dengan makan. Bahkan responden lebih memilih untuk tidak makan nasi yang penting bisa merokok, karena jika sehari saja tidak merokok maka mulut akan terasa masam. Kelompok konsumsi lain yang dikonsumsi oleh rumah tangga responden antara lain kerupuk, karak, dan mie instan. Proporsi pengeluaran untuk konsumsi lain sebesar 6,04 dari pengeluaran pangan. Kerupuk dan karak selalu dikonsumsi responden dan menjadi makanan pelengkap yang setiap hari ada di rumah responden. Hal ini dikarenakan kerupuk dan karak harganya murah dan mudah diperoleh. Responden membeli kerupuk dan karak dari penjual keliling yang lewat setiap pagi di depan rumah responden. Mie instan yang juga merupakan sumber karbohidrat menjadi makanan alternatif dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga setelah nasi dibanding perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 43 kelompok konsumsi lain. Mie instan sangat digemari oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, dewasa, hingga lanjut usia. Alasannya karena mie instan rasanya enak, praktis, dan tersedia dalam berbagai variasi harga yang memungkinkan responden untuk memilih produk mie instan sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, mie instan juga mudah diperoleh di berbagai tempat, tidak hanya di swalayan tetapi juga di pasar tradisional, toko, atau warung yang ada di sekitar tempat tinggal responden. Ada rumah tangga responden yang membeli mie instan eceran dan apa juga yang langsung membeli satu kardus mie instan untuk konsumsi satu bulan. Menurut responden, mie instan tidak bisa menggantikan posisi nasi sebagai makanan pokok karena sifat karbohidrat dari mie instan berbeda dengan nasi. Sifat karbohidrat dari mie instan adalah sederhana yaitu lebih mudah diserap oleh tubuh, tetapi membuat orang akan lebih cepat merasa lapar. Sedangkan sifat karbohidrat nasi lebih kompleks yang akan memberi efek kenyang lebih lama dibandingkan mengkonsumsi mie instan. Pada saat terjadi banjir, bantuan dari relawan kebanyakan adalah mie instan, sehingga mie instan menjadi makanan responden sehari-hari. Rumah tangga responden selalu menyajikan minuman teh hangat yang manis dan kental, sehingga pengeluaran yang digunakan untuk membeli gula dan teh merupakan pengeluaran yang rutin setiap bulannya. Proporsi pengeluaran untuk minuman yang meliputi gula, teh, dan kopi mencapai 3,82 dari pengeluaran pangan. Pengeluaran terbesar dari kelompok ini adalah pengeluaran untuk gula, karena merupakan bahan pelengkap untuk membuat minuman teh dan kopi. Harga gula juga lebih mahal daripada teh dan kopi yaitu Rp 10.000,00 per kg. Responden jarang membeli kopi karena kopi dapat menyebabkan kecanduan, susah tidur, dan jantung berdebar-debar. Rumah tangga responden juga mengkonsumsi makanan dan minuman jadi. Kelompok makanan dan minuman jadi yang dikonsumsi antara lain roti, biskuit, bakso, dan mie ayam. Proporsi pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi sebesar 3,71 dari pengeluaran pangan. Pengeluaran makanan jadi berupa roti dan biskuit adalah pengeluaran rutin untuk rumah tangga responden yang mempunyai anak balita dan anak-anak usia sekolah. Pengeluaran untuk membeli perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 44 mie ayam dan bakso hanya kadang-kadang jika responden atau anak-anaknya ingin membelinya yang rata-rata hanya dua kali dalam sebulan. Sayur-sayuran dalam penelitian ini merupakan pengeluaran pangan yang terbesar kedua, maka sayuran yang akan dimasak pasti memerlukan bumbu- bumbuan sebagai perasa dan penyedap masakan. Kelompok bumbu-bumbuan dalam penelitian ini antara lain garam, merica, ketumbar, terasi, vetsin, kecap, cabe, bawang merah, dan bawang putih. Proporsi pengeluaran untuk bumbu- bumbuan sebesar 3,70 dari pengeluaran pangan. Pengeluaran terbanyak adalah untuk membeli cabe, bawang merah, dan bawang putih. Cabe digunakan untuk membuat sambal. Bawang merah dan bawang putih hampir digunakan untuk semua jenis makanan dan diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak jika dibanding dengan jenis bumbu-bumbu yang lain seperti garam, merica, ketumbar, terasi, vetsin, dan kecap. Selain itu harga bawang merah dan bawang putih juga lebih mahal daripada harga bumbu-bumbu yang lain. Harga bawang merah Rp 20.000,00 per kg dan harga bawang putih Rp 25.000,00 per kg. Proporsi pengeluaran rumah tangga responden untuk kelompok telur dan susu adalah 2,49 dari pengeluaran pangan. Diantara produk-produk peternakan, pengeluaran untuk telur ayam ras adalah yang paling tinggi. Telur ayam ras merupakan sumber protein hewani yang harganya lebih murah yaitu Rp 14.000,00 per kg, jika dibandingkan dengan harga telur ayam kampung yaitu Rp 21.000,00 per kg dan telur itik yaitu Rp 24.000,00 per kg. Harga telur ayam ras yang lebih murah menjadi pilihan untuk dikonsumsi oleh rumah tangga responden. Sumber protein lain seperti susu jarang dikonsumsi rumah tangga responden, alasannya karena susu harganya mahal. Sebenarnya harga susu bermacam-macam yang bisa disesuaikan dengan pendapatan responden. Rumah tangga responden yang mempunyai anak balita dan anak usia sekolah yang mengkonsumsi susu karena susu mengandung banyak protein, vitamin dan kalsium yang diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan tulang dan gigi, kekebalan tubuh, perkembangan otak serta kecerdasan bagi anak-anaknya. Orang dewasa dan orang tua jarang sekali mengkonsumsi susu, karena responden menganggap sudah tidak dalam masa pertumbuhan sehingga sudah tidak membutuhkannya lagi. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 45 Pengeluaran minyak dan lemak bagi rumah tangga responden meliputi pengeluaran untuk minyak goreng, mentega, dan kelapa. Proporsi pengeluaran untuk minyak dan lemak sebesar 2,36 dari pengeluaran pangan. Pengeluaran terbesar rumah tangga responden dari kelompok minyak dan lemak adalah pengeluaran untuk minyak goreng. Hal ini dikarenakan semua rumah tangga responden menggunakan minyak goreng untuk menggoreng lauk pauk dan menumis sayuran. Rumah tangga responden jarang mengkonsumsi mentega untuk mengolah makanannya, sedangkan kelapa hanya untuk memasak makanan yang bersantan. Rumah tangga responden tidak setiap hari mengkonsumsi ikan, hanya dua atau tiga minggu sekali. Proporsi pengeluaran untuk ikan sebesar 1,51 dari pengeluaran untuk pangan. Minimnya pengetahuan tentang gizi dan kurangnya pendapatan membuat rumah tangga responden jarang mengkonsumsi ikan. Padahal ikan mempunyai kandungan protein yang tinggi, lemak, vitamin, dan mineral yang baik untuk kesehatan. Kelompok pengeluaran untuk ikan meliputi ikan segar dan ikan awetan. Pada penelitian ini, pengeluaran terbesar rumah tangga responden adalah untuk membeli ikan awetan seperti gereh dan teri nasi. Ikan awetan memiliki umur simpan yang lebih lama daripada ikan segar, hal tersebut yang menjadi alasan rumah tangga responden untuk memilih mengkonsumsinya. Buah-buahan sangat diperlukan tubuh karena mengandung banyak vitamin dan nutrisi yang penting untuk kesehatan. Kelompok buah-buahan meliputi jeruk, mangga, pisang, pepaya, dan semangka. Responden jarang mengkonsumsi buah karena responden lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan energi daripada vitamin. Proporsi pengeluaran untuk buah-buahan sebesar 1,30 dari pengeluaran pangan. Pada penelitian ini, pengeluaran terbesar rumah tangga responden adalah untuk membeli buah pepaya dan pisang. Pisang dapat menyediakan energi yang cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain, sedangkan pepaya dapat membantu melancarkan pencernaan. Responden membeli pepaya dan pisang di warung atau penjual keliling yang menjual sayur-sayuran. Hal ini dikarenakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 46 pepaya dan pisang dapat dibeli eceran, yaitu untuk pepaya Rp 1.000,00 per potong dan pisang Rp 1.500,00 per biji. Pemenuhan konsumsi protein hewani tidak menjadi prioritas bagi rumah tangga miskin yang tinggal pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres. Hal ini terbukti rumah tangga responden yang jarang mengkonsumsi daging. Proporsi pengeluaran untuk daging sebesar 1,22 dari pengeluaran pangan. Kelompok pengeluaran untuk daging meliputi daging sapi, ayam, dan kambing. Pengeluaran terbesar rumah tangga responden adalah untuk membeli daging ayam. Harga daging ayam lebih murah yaitu Rp 22.000,00 per kg, jika dibandingkan dengan harga daging sapi yaitu Rp 70.000,00 per kg dan daging kambing Rp 66.000,00 per kg. Rumah tangga responden mengkonsumsi daging ayam pada saat-saat tertentu saja, misalnya pada saat ada keluarga yang datang berkunjung ke rumah. Responden yang mempunyai anak usia sekolah mengkonsumsi daging ayam dua minggu sekali. Umbi-umbian dikonsumsi rumah tangga responden untuk makanan sampingan. Kelompok umbi-umbian meliputi ketela pohon, ketela rambat, gaplek, kentang, dan talas. Proporsi pengeluaran umbi-umbian pada rumah tangga miskin yang tinggal di daerah rawan banjir Kecamatan Jebres sebesar 0,46 dari pengeluaran pangan. Proporsi pengeluaran untuk umbi-umbian sangat sedikit padahal umbi-umbian juga merupakan sumber karbohidrat. Hal ini dikarenakan kebutuhan pangan pokok rumah tangga responden lebih banyak untuk beras daripada untuk umbi-umbian. Pengeluaran terbesar dari kelompok umbi-umbian adalah pengeluaran untuk ketela pohon dan ketela rambat. Responden mengkonsumsi ketela pohon dan ketela rambat dengan cara dikukus, direbus, dan digoreng. Pada saat terjadi banjir semua aktivitas responden terhenti, hal tersebut menyebabkan pendapatan yang diterima juga berkurang. Responden juga mengalami hambatan dalam mengakses pangan, sehingga menyebabkan ketersediaan pangan bagi rumah tangga berkurang. Oleh karena itu, responden tinggal di pengungsian untuk beberapa hari dan sangat mengandalkan bantuan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 47 pangan dari pemerintah dan relawan. Bantuan pangan yang diterima berupa nasi bungkus, roti, dan mie instan. Selain pengeluaran untuk pangan, pengeluaran lain bagi rumah tangga adalah pengeluaran non pangan. Pengeluaran non pangan terdiri dari 8 kelompok yaitu pengeluaran untuk perumahan, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan, sandang, barang tahan lama, pajak dan asuransi, serta keperluan sosial. Besarnya rata-rata pengeluaran non pangan rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 20 : Tabel 20. Rata-Rata Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Miskin pada Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Bulan Juli 2010 No. Pengeluaran Non Pangan Rata-Rata RpBln Proporsi 1. Perumahan 139.380,00 35,62 2. Aneka barang dan jasa 92.956,67 23,75 3. Biaya pendidikan 92.733,33 23,70 4. Biaya kesehatan 4.000,00 1,02 5. Sandang 9.273,33 2,37 6. Barang tahan lama 0,00 0,00 7. Pajak dan asuransi 4.872,77 1,25 8. Keperluan sosial 48.133,33 12,30 Jumlah 391.349,43 100,00 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 3 Berdasarkan Tabel 20, besarnya rata-rata pengeluaran non pangan rumah tangga miskin pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres pada bulan Juli 2010 adalah Rp 391.349,43. Proporsi pengeluaran non pangan yang terbesar adalah untuk perumahan yaitu sebesar 35,62 dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk perumahan meliputi sewa atau kontrak rumah, rekening listrik, PDAM, minyak tanah, kayu bakar, dan Liquified Pressurized Gas LPG. Rumah yang menjadi tempat tinggal responden ada yang statusnya rumah kontrakan, sehingga ada pengeluaran untuk kontrak rumah. Pengeluaran untuk kontrak rumah ada yang dibayarkan setiap bulan, ada juga yang per tahun. Adapula rumah responden yang statusnya rumah milik sendiri, sehingga tidak ada pengeluaran untuk kontrak rumah. Selain itu, pengeluaran untuk kelompok ini adalah untuk rekening listrik, PDAM, minyak tanah dan LPG. Listrik dan air selalu diperlukan untuk menunjang kegiatan sehari-hari, sehingga setiap bulan harus membayar tagihan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 48 rekening listrik dan rekening PDAM. Minyak tanah dan LPG digunakan untuk sarana memasak. Meskipun telah diberlakukannya konversi minyak tanah ke LPG dengan membagikan tabung LPG 3 kg, kompor gas, selang, dan regulatornya, tetapi masih ada rumah tangga responden yang tetap menggunakan minyak tanah untuk bahan bakar. Alasannya mereka takut menggunakan LPG karena di media cetak dan media elektronik banyak berita tentang LPG yang meledak dan memakan banyak korban. Pada saat terjadi banjir, tempat tinggal responden mengalami kerusakan ringan. Untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak terkena banjir, Pemerintah Kota Surakarta memberikan bantuan berupa bahan bangunan misalnya kayu, triplek, semen, batu bata, cat, dan uang tunai sebesar Rp 500.000,00 sampai Rp 1.000.000,00 sebagai ganti rugi. Besarnya bantuan yang diberikan tergantung tingkat kerusakan dari masing-masing tempat tinggal responden. Adanya bantuan tersebut dimaksudkan untuk meringankan pengeluaran non pangan bagi rumah tangga miskin khususnya yang tinggal pada daerah rawan banjir di Kecamatan Jebres Lampiran 8. Proporsi pengeluaran non pangan untuk aneka barang dan jasa adalah terbesar kedua setelah proporsi pengeluaran untuk perumahan yaitu sebesar 23,75 dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk aneka barang dan jasa meliputi sabun mandi, sabun cuci baju, sabun cuci piring, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, ongkos transportasi, bensin, perawatan kendaraan, dan komunikasi. Pengeluaran terbesar adalah pengeluaran untuk peralatan mandi dan mencuci karena meliputi barang yang selalu dibutuhkan dan digunakan setiap hari oleh seluruh anggota rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga responden yang tidak mempunyai kendaraan pribadi adalah untuk ongkos transportasi yaitu ongkos bus, sedangkan rumah tangga responden yang mempunyai kendaraan sendiri meliputi pengeluaran untuk bensin dan perawatan kendaraan jika ada kerusakan. Rumah tangga responden ada yang memiliki alat komunikasi berupa handphone, sehingga menambah pengeluaran untuk membeli pulsa. Pada penelitian ini, proporsi pengeluaran untuk biaya pendidikan menempati urutan ketiga dari seluruh proporsi pengeluaran non pangan yaitu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 49 sebesar 23,70. Hal ini menunjukkan bahwa responden memperhatikan pendidikan untuk anak-anaknya, tetapi karena adanya keterbatasan dana tingkat pendidikan anak responden hanya setingkat SMP. Anak responden lebih memilih untuk bekerja dibandingkan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Pengeluaran untuk biaya pendidikan meliputi pengeluaran untuk membeli buku pelajaran, Lembar Kerja Siswa LKS, alat tulis, dan uang saku. Kota Surakarta sudah menetapkan kebijakan mengenai pembebasan iuran bulanan untuk pelajar setingkat SD dan SMP, sehingga tidak ada pengeluaran responden untuk iuran bulanan. Kehidupan bermasyarakat pada rumah tangga miskin yang tinggal di daerah rawan banjir Kecamatan Jebres banjir masih sangat diutamakan. Responden beranggapan bahwa sumbangan yang diberikan adalah tabungan yang suatu saat nanti pasti akan kembali ketika responden punya kerja. Hal ini terbukti proporsi pengeluaran untuk keperluan sosial mencapai 12,30 dari pengeluaran non pangan. Pada penelitian ini, pengeluaran untuk keperluan sosial meliputi sumbangan untuk perkawinan, kematian, dan khitanan. Besarnya pengeluaran per bulan untuk keperluan sosial bagi setiap rumah tangga responden tidaklah sama, tergantung berapa banyaknya undangan dari orang yang punya kerja. Pengeluaran terbanyak adalah untuk sumbangan perkawinan, umumnya responden mengeluarkan uang sebesar Rp 20.000,00 per orang untuk menyumbang. Proporsi pengeluaran untuk sandang bagi rumah tangga miskin yang tinggal di daerah rawan banjir Kecamatan Jebres sebesar 2,37 dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran sandang meliputi pengeluaran untuk pakaian, alas kaki, dan tutup kepala. Rumah tangga responden hanya membeli pakaian pada saat lebaran atau setahun sekali, itupun hanya diutamakan untuk anak-anak. Hal ini dilakukan untuk menghemat pengeluaran. Responden lebih mementingkan untuk keperluan pengeluaran konsumsi yang lainnya daripada untuk membeli pakaian. Adapula rumah tangga responden yang tidak mengeluarkan biaya untuk membeli pakaian karena mendapat pakaian layak pakai dari kerabat atau saudaranya. Pengeluaran untuk pajak dan asuransi adalah sebesar 1,25 dari pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk kelompok ini meliputi pengeluaran perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 50 untuk Pajak Bumi dan Bangunan PBB dan lainnya. PBB dikeluarkan untuk pajak tanah dan rumah atau bangunan yang ditempati responden. Biaya PBB yang dikeluarkan tergantung dari luas dan kelas tanah menurut lokasinya. Pengeluarannya untuk PBB yaitu Rp 20.000,00 sampai Rp 40.000,00 per tahun, sehingga jika dirata-rata per bulannya menjadi sedikit. Biaya lainnya adalah biaya untuk pajak kendaraan bermotor bagi rumah tangga responden yang memiliki kendaraan pribadi yang juga dikeluarkan setiap setahun sekali. Kesehatan merupakan suatu keadaan yang harus dijaga dengan selalu menerapkan pola hidup sehat, karena kesehatan memungkinkan setiap orang hidup produktif untuk melakukan semua aktivitasnya. Kesehatan mahal harganya, sehingga setiap orang pasti lebih memilih sehat daripada sakit. Responden tidak memiliki penyakit yang memprihatinkan, tetapi hanya penyakit yang ringan- ringan saja. Proporsi pengeluaran untuk biaya kesehatan rumah tangga responden rendah yaitu sebesar 1,02 dari pengeluaran non pangan. Rendahnya biaya kesehatan pada rumah tangga responden dikarenakan responden memiliki kartu Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta PKMS. PKMS merupakan suatu program pemeliharaan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Kesehatan kepada masyarakat Kota Surakarta, terutama bagi masyarakat miskin yang berwujud bantuan pengobatan gratis. Kartu PKMS terdiri dari dua jenis yaitu kartu PKMS gold dan silver. Perbedaannya adalah pada biaya pengobatannya, untuk kartu PKMS gold berapapun biayanya baik rawat jalan maupun rawat inap semua ditanggung pemerintah, sedangkan untuk PKMS silver maksimal hanya Rp 2.000.000,00. Setiap rumah tangga miskin dapat mengajukan PKMS gold atau silver dengan surat pengantar dari RT dan RW. Penentuan rumah tangga yang mendapatkan kartu PKMS gold adalah dari Kantor Pelayanan Terpadu yang melakukan survei langsung dengan kriteria yang dipertimbangkan adalah jumlah pendapatan rumah tangga per bulan, jumlah anggota rumah tangga, dan kondisi tempat tinggal. Kartu PKMS diperbarui setiap satu tahun sekali. Adanya bantuan tersebut sangat bermanfaat karena dapat membantu meringankan pengeluaran rumah tangga responden, khususnya pengeluaran untuk biaya kesehatan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 51 Pengeluaran non pangan lainnya adalah pengeluaran untuk barang tahan lama yang meliputi alat rumah tangga, alat dapur, dan alat hiburan. Pada penelitian ini, tidak ada pengeluaran untuk barang tahan lama. Hal ini dikarenakan peralatan rumah tangga, alat hiburan, dan peralatan dapur bersifat tahan lama. Rumah tangga responden tidak membeli peralatan tahan lama dalam jangka waktu yang pendek, karena jika belum benar-benar rusak responden tidak membeli peralatan tersebut.

D. Selisih Pendapatan dengan Pengeluaran Rumah Tangga