usahanya yang ditetapkan oleh instansi teknis yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan.
2 Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat
1 dengan total nilai investasi mulai dari Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah izinnya harus diproses menggunakan SPIPISE.
3 Penanaman Modal Asing sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
kecuali harus ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan, harus memenuhi ketentuan:
a. Total nilai investasi lebih besar dari Rp. 10.000.000.000,00
sepuluh miliar rupiah atau nilai setaranya dalam satuan US Dollar, diluar tanah dan bangunan;
b. Nilai modal ditempatkan sama dengan modal disetor
sekurang-kurangnya sebesar Rp. 2.500.000.000,00 dua miliar lima ratus juta rupiah atau nilai setaranya dalam
satuan US Dollar;
c. Penyertaan dalam modal perseroan, untuk masing-masing
pemegang saham sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah atau nilai setaranya dalam satuan US
Dollar dan persentase kepemilikan saham dihitung berdasarkan nilai nominal saham.
Tujuan LKPM ditujukan untuk memantau realisasi investasi dan produksi dan apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi perusahaan. LKPM mencakup
kegiatan penanaman modal yang dilakukan perusahaan di setiap lokasi dan bidang usaha investasi, kecuali bidang usaha perdagangan. Bagi perusahaan yang
melakukan kegiatan penanaman modal di bidang usaha perdagangan, LKPM cukup berdasarkan lokasi yang telah dinyatakan pada Izin Prinsip.
120
B. Fungsi LKPM dalam Pengendalian Penanaman Modal
LKPM ditujukan untuk memantau perkembangan kegiatan perusahaan dan dimaksudkan untuk mewujudkan pengendalian pelaksanaan penanaman modal
yang mencakup kegiatan:
121
1. Pemantauan pelaksanaan penanaman modal;
120
National Single Window for Investment, “Laporan Kegiatan Penanaman Modal”,
http:nswi.bkpm.go.idwpsportalLKPM- IDutpc404_SB8K8xLLM9MSSzPy8xBz9CP0os3hDAwNPJydDRwMLXx9jA0-
zwBADE5MwI09PI_2CbEdFAJaB9tM diakses pada tanggal 15 November 2015.
121
Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.3 Tahun 2012, Bab II Pasal 3 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
2. Pembinaan pelaksanaan penanaman modal;
3. Pengawasan pelaksanaan penanaman modal.
Pemantauan dalam kegiatan penanaman modal adalah proses yang sangat penting untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penanaman modal oleh
investor. Dengan pemantauan yang efektif realisasi investasi dapat direkam dengan baik, pembinaan kepada perusahaan meningkat. Dengan demikian,
realisasi investasi akan meningkat, dan pengawasan akan berjalan efektif.
122
Kegiatan pemantauan pelaksanaan penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 huruf a dilaksanakan terhadap penanaman modal
baik yang masih dalam tahap konstruksi tahap pembangunan maupun penanaman modal yang telah produksioperasi komersial telah ada izin usaha.
Kegiatan pemantauan dilakukan melalui pengumpulan, verifikasi dan evaluasi data realisasi penanaman modal yang tercantum dalam LKPM yang disampaikan
oleh perusahaan. LKPM yang akan disampaikan oleh suatu perusahaan harus sesuai dengan perizinan penanaman modal yang dimiliki oleh perusahaan.
123
Verifikasi dan evaluasi data realisasi penanaman modal yang tercantum dalam LKPM yang dilaksanakan oleh BKPM, PDPPM, PDKPM, Badan
Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK mencakup perizinan dan nonperizinan penanaman modal yang diterbitkannya sesuai kewenangan masing-
masing instansi pemerintah terkait. Verifikasi dan evaluasi LKPM meliputi:
124
a. Keterangan perusahaan;
122
Aceh Investment Coordinating Board, “Tata Cara Pengisian Laporan Kegiatan
Penanaman Modal LKPM ”, Banda Aceh, 9 Januari 2013, hlm 2.
123
Republik Indonesia, Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab V Pasal 10.
124
Lihat Pasal 12 ayat 1 dan 2 Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal.
Universitas Sumatera Utara
b. perizinan dan nonperizinan yang dimiliki;
c. realisasi investasi dan permodalan;
d. penyelesaian fisik;
e. penggunaan tenaga kerja;
f. produksi dan pemasaran;
g. realisasi impor mesin, barang dan bahan yang diimpor dengan
menggunakan fasilitas pembebasan bea masuk yang diberikan oleh pemerintah;
h. kewajiban perusahaan yang tercantum dalam perizinan penanaman
modalnya atau ketentuan perundang-undangan; i.
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. PDPPM adalah unsur pembantu kepala daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi, dengan bentuk sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemerintah provinsi, yang menyelenggarakan fungsi
utama koordinasi di bidang penanaman modal di pemerintah provinsi, sedangkan PDKPM adalah unsur pembantu kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah kabupatenkota, dengan bentuk sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemerintah kabupaten kota, yang menyelenggarakan fungsi
utama koordinasi di bidang penanaman modal di pemerintah kabupaten kota. Kegiatan pembinaan terhadap penanaman modal sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 huruf b dilakukan secara berjenjang yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. PDKPM terhadap penanaman modal yang berlokasi di kabupaten kota
kecuali di KPBPB dan KEK
125
; b.
PDPPM terhadap penanaman modal yang kegiatan pembinaannya tidak dapat dilaksanakan oleh PDKPM, Badan Pengusahaan KPBPB, dan
Administrator KEK; c.
Badan Pengusahaan KPBPB terhadap penanaman modal yang berlokasi di wilayah KPBPB
126
; d.
Administrator KEK terhadap penanaman modal yang berlokasi di KEK; e.
BKPM terhadap penanaman modal yang kegiatan pembinaannya bukan merupakan kewenangan PDPPM, PDKPM, Badan Pengusahaan KPBPB
dan Administrator KEK.
127
Kegiatan pembinaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat 1 huruf b Perka BKPM No.3 Tahun 2012 dilaksanakan melalui:
128
a. Bimbingan sosialisasi ketentuan pelaksanaan penanaman modal;
b. pemberian konsultasi pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; c.
fasilitasi penyelesaian masalah hambatan yang dihadapi penanaman modal dalam merealisasikan penanaman modalnya.
125
Kawasan Ekonomi Khusus KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
fungsi perekonomian memperoleh fasilitas tertentu.
126
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas KPBPB, adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah
pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai.
127
Republik Indonesia, Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab IV Pasal 8 ayat 1.
128
Republik Indonesia, Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab VI Pasal 16.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk tata cara pengawasan, hal ini diatur dalam Pasal 19 Perka BKPM No.3 Tahun 2012. Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 3 ayat 1 huruf c dilaksanakan melalui pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal, sebagai tindak lanjut dari:
129
a. evaluasi atas pelaksanaan penanaman modal berdasarkan perizinan dan
nonperizinan yang dimiliki; b.
adanya indikasi penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan penanaman modal;
c. penggunaan fasilitas pembebasan bea masuk sesuai dengan tujuan
pemberian fasilitas pembebasan bea masuk. Sebagai salah satu contoh, berdasarkan pengawasan yang dilakukan
BPMPT Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, fungsi pengawasan merupakan salah satu bentuk pengendalian pelaksanaan penanaman modal yang diamanatkan
untuk dijalankan oleh setiap PDKPM yang berwenang. Fungsinya adalah sebagai upaya atau kegiatan yang dilakukan guna mencegah dan mengurangi terjadinya
penyimpangan terhadap ketentuan pelaksanaan penanaman modal dan penggunaan fasilitas penanaman modal. Terkait hal itu, sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas kegiatan investasi di Kabupaten Kubu Raya, Bidang Penanaman Modal BPMPT Kabupaten Kubu Raya melakukan pengawasan
terhadap beberapa perusahaan dalam rangka menjalankan fungsi Pengawasan periode semester I tahun 2015 pada delapan perusahaan yang ada di kabupaten
tersebut dengan memeriksa LKPM setiap perusahaan-perusahaan tersebut yang
129
Republik Indonesia, Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab VII Pasal 19.
Universitas Sumatera Utara
menjadi dasar untuk mengevaluasi sampai sejauh mana tahap permohonan perizinan dan nonperizinan yang diajukan para penanam modal.
130
Tujuan diperuntukkan kewajiban menyampaikan LKPM ini adalah agar tercapainya realisasi penanaman modal sesuai dengan aspek-aspek yang
memengaruhi investasi dalam pengendalian pelaksanaan penanaman modal. Adapun aspek-aspek internal dan eksternal yang memengaruhi investasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
131
1. Faktor Dalam Negeri
a. Stabilitas politik dan perekonomian.
b. Kebijakan dalam bentuk sejumlah deregulasi dan debirokratisasi
yang secara terus-menerus dilakukan pemerintah dalam rangka menggairahkan iklim investasi.
c. Diberikannya sejumlah pembebasan dan kelonggaran di bidang
perpajakan, termasuk sejumlah hak lain bagi investor asing yang dianggap sebagai perangsang insentif.
d. Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak
bumi, gas, bahan tambang dan hasil hutan di wilayah Indonesia. e.
Iklim dan letak geografis serta kebudayaan dan keindahan alam Indonesia yang merupakan daya tarik sendiri, khusus bagi proyek-
proyek yang bergerak di bidang industri kimia, perkayuan, kertas dan perhotelan tourism.
130
Reporter MC Kabupaten Kubu Raya, “Banyak Perusahaan di Kubu Raya belum menyampaikan LKPM”, http:www.infopublik.idread114846banyak-perusahaan-di-kubu-raya-
belum-sampaikan-lkpm.html diakses pada tanggal 21 Desember 2015.
131
Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm 9.
Universitas Sumatera Utara
f. Sumber daya manusia dengan upah yang cukup kompetitif,
khususnya proyek-proyek. 2.
Faktor Luar Negeri a.
Apresiasi mata uang dari negara-negara yang jumlah investasinya di Indonesia cukup tinggi, seperti Jepang, Korea Selatan,
Hongkong, dan Taiwan. b.
Pencabutan GSP Sistem Preferensi Umum terhadap empat negara industri baru di Asia Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan
Singapura. c.
Meningkatkan biaya produksi di luar negeri. Berdasarkan peraturan kepala BKPM No.3 tahun 2012, tujuan dilaporkan
LKPM secara berkala dalam pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan hak,
kewajiban dan tanggung jawab penanam modal yang dilakukan BKPM melalui pelayanan terpadu satu pintu adalah:
132
1. Memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi
masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan; 2.
Melakukan bimbingan dan fasilitasi penyelesaian masalah dan hambatan yang dimiliki oleh perusahaan, dan;
3. Melakukan pengawasan pelaksanaan penanaman modal, penggunaan
fasilitas fiskal yang sesuai dan melakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan lapangan terhadap perusahaan.
132
Lihat Pasal 2 Peraturan Kepala BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal.
Universitas Sumatera Utara
Mengacu pada peraturan Kepala BKPM No.13 Tahun 2009 yang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BKPM No.3 Tahun 2012
tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, pengawasan terhadap perusahaan penanaman modal dapat dibedakan atas 2 dua
jenis, antara lain:
133
1. Pengawasan tidak langsung Pengawasan secara tidak langsung dilakukan melalui penelitian LKPM
yang disampaikan perusahaan yang mengacu pada Pendaftaran Penanaman Modal Izin Prinsip Penanaman Modal Izin Usaha Penanaman Modal yang
diterbitkan baik mengenai realisasi investasi, sumber dana, bidang usaha, jenis dan kapasitas produksi, lokasi proyek dan luas lahan, kepemilikan saham, jumlah
tenaga kerja asing, jadwal waktu maupun ketentuan lain yang ditetapkan seperti AMDAL, UKLUPL, Kemitraan, dan lain-lain. Pengawasan tidak langsung ini
juga bisa diperoleh dari laporan masyarakat, informasi media massa ataupun dengan informasi dari instansi teknis terkait.
2. Pengawasan langsung Pengawasan langsung dilakukan dengan cara peninjauan langsung ke
lokasi proyek. Pengawasan ini dapat dilakukan dengan 2 dua cara yaitu secara rutin dan secara khusus apabila dalam pelaksanaan proyek diduga terdapat
penyimpangan atau terjadi keresahan dalam masyarakat. Melalui pengawasan langsung dapat diketahui secara pasti adanya pelanggaran atau penyimpangan
yang dilakukan oleh perusahaan. Namun demikian dalam pengawasan langsung sering ditemui kendala antara lain:
133
BKPM, “Diklat PTSP Bidang Penanaman Modal Tingkat Pertama: Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal
”, PUSDIKLAT BKPM, 2012, hlm 18.
Universitas Sumatera Utara
a. Perusahaan tidak memberikan izin kepada petugas pengawas masuk ke
lokasi proyek. b.
Di lokasi proyek tidak terdapat penanggung jawab yang memiliki kewenangan dalam memberikan informasi sehingga tidak diperoleh data.
c. Perusahaan tidak memberikan informasi yang sebenarnya.
d. Data yang diperlukan tidak ada di lokasi proyek.
e. Pengusaha tidak berada di tempat.
Penyelenggaraan pelaksanaan pengendalian penanaman modal diatas yang berlangsung adalah untuk menjamin bahwa perusahaan telah memenuhi
kriteria-kriteria fasilitas fiskal dan non-fiskal, perizinan dan non perizinan sehingga dapat disediakan fasilitas serta insentif dari pemerintah yang mendukung
dan hasil akhirnya dapat dilihat dari perkembangan aspek-aspek yang memajukan kesejahteraan dan kedaulatan negara. Sehingga dapat dipastikan dalam upaya
menyakinkan calon investor untuk menanamkan modal atau berinvestasi di Indonesia, kepastian hukum, perlindungan hukum legal protection dan keadilan
hukum yang diutamakan dalam kondusifitas meraih keuntungan dalam bisnisnya berada dalam posisi yang aman.
134
C. Tata Cara Penyampaian LKPM