a. Perusahaan tidak memberikan izin kepada petugas pengawas masuk ke
lokasi proyek. b.
Di lokasi proyek tidak terdapat penanggung jawab yang memiliki kewenangan dalam memberikan informasi sehingga tidak diperoleh data.
c. Perusahaan tidak memberikan informasi yang sebenarnya.
d. Data yang diperlukan tidak ada di lokasi proyek.
e. Pengusaha tidak berada di tempat.
Penyelenggaraan pelaksanaan pengendalian penanaman modal diatas yang berlangsung adalah untuk menjamin bahwa perusahaan telah memenuhi
kriteria-kriteria fasilitas fiskal dan non-fiskal, perizinan dan non perizinan sehingga dapat disediakan fasilitas serta insentif dari pemerintah yang mendukung
dan hasil akhirnya dapat dilihat dari perkembangan aspek-aspek yang memajukan kesejahteraan dan kedaulatan negara. Sehingga dapat dipastikan dalam upaya
menyakinkan calon investor untuk menanamkan modal atau berinvestasi di Indonesia, kepastian hukum, perlindungan hukum legal protection dan keadilan
hukum yang diutamakan dalam kondusifitas meraih keuntungan dalam bisnisnya berada dalam posisi yang aman.
134
C. Tata Cara Penyampaian LKPM
Dalam rangka meningkatkan daya saing investasi agar dapat menarik masuknya investasi ke Indonesia sebanyak mungkin, kelemahan koordinasi antara
instansi terkait tersebut perlu diperbaiki dengan cara meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi kelembagaan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Di
samping itu, perlu dilakukan penataan secara menyeluruh reformasi terhadap
134
Lusiana, Op.Cit., hlm 31.
Universitas Sumatera Utara
aparatur negara civil service reform serta informasi pelayanan publik public service reform.
135
Koordinasi yang harmonis di antara berbagai institusi yang berkaitan dengan efektivitas sistem hukum akan dapat berjalan dengan baik apabila ada
kejelasan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan dari masing-masing institusi, sehingga tidak terjadi duplikasi dan bahkan konflik. Hal ini karena fungsi
koordinasi adalah menyangkut kejelasan pola pelayanan terpadu serta pembagian kerja dan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu,
diperlukan mekanisme koordinasi yang dipahami dan mengikat bagi instansi- instansi terkait, misalnya menyangkut masalah promosi investasi, perizinan,
fasilitas investasi, dan lain-lain.
136
Pengaturan kewenangan di bidang penanaman modal sebagaimana termuat dalam UU pemerintahan Daerah juga terefleksi dalam Pasal 30 UU Penanaman
Modal yang mengatur penyelenggaraan urusan penanaman modal sebagaimana berikut ini:
137
1. Pemerintah dan atau pemerintah daerah menjamin kepastian dan
keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal.
2. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan penanaman modal yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan penyelenggaraan penanaman
modal yang menjadi urusan pemerintah.
3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang
merupakan urusan wajib pemerintah daerah didasarkan pada kriteria
135
Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm 248.
136
Ibid., hlm 248.
137
David Kairupan, Op.Cit., hlm 37-38.
Universitas Sumatera Utara
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi pelaksanaan kegiatan penanaman
modal.
4. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi
menjadi urusan pemerintah.
5. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas
kabupatenkota menjadi urusan pemerintah provinsi.
6. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya berada dalam
satu kabupaten kota menjadi urusan pemerintah kabupaten kota.
7. Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman modal, yang menjadi
kewenangan pemerintah adalah:
a. penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak
terbarukan dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi;
b. penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas
tinggi pada skala nasional;
c. penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan
penghubung antarwilayah atau ruang lingkupnya lintas Provinsi;
d. penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi
pertahanan dan keamanan nasional;
e. penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan
modal asing, yang berasal dari pemerintah negara lain, yang didasarkan perjanjian dibuat oleh pemerintah dan pemerintah
negara lain;
f. bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah
menurut undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
8. Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 7, pemerintah
menyelenggarakannya sendiri, melimpahkannya kepada gubernur selaku wakil pemerintah, atau menugasi pemerintah kabupaten kota.
9. Ketentuan mengenai pembagian urusan pemerintahan di bidang penanaman modal diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Dalam hal pemantauan, pengawasan, dan pembinaan pelaksanaan penanaman modal, hal ini dilaksanakan berdasarkan kewenangan masing-masing
institusi yang berwenang. Kegiatan pemantauan pelaksanaan penanaman modal sebagaimana yang dimaksud dalam ruang lingkup pengendalian pelaksanaan
penanaman modal dilaksanakan oleh BKPM, PDPPM, PDKPM, Badan Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK sesuai dengan kewenangannya.
Dalam hal pemerintah membutuhkan data realisasi penanaman modal khusus di suatu daerah, BKPM dapat langsung melakukan pemantauan penanaman modal
yang menjadi kewenangan pemerintah Provinsi, pemerintah KabupatenKota, Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK.
138
Kepala BKPM dapat melimpahkan pelaksanaan kegiatan pemantauan yang menjadi kewenangan pemerintah kepada Gubernur melalui dekonsentrasi.
139
Untuk dapat lebih memahami kerangka konsepsional pelimpahan wewenang, perlu dipahami beberapa konsep elementer tentang pembagian kekuasaan
division of powers antara pemerintah dan pemerintah daerah yang dikenal dalam ilmu hukum administrasi negara, yaitu desentralisasi, dekonsentrasi dan
138
Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab IV Pasal 7 ayat
1 dan 2.
139
Lihat Pasal 7 ayat 3 Perka BKPM No.5 Tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
medebewind asas pembantuan. Dalam desentralisasi terdapat penyerahan wewenang sepenuhnya dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tentang
urusan tertentu, sehingga pemerintah daerah dapat mengambil prakarsa sepenuhnya baik yang menyangkut policy, perencanaan, pelaksanaan maupun
pembiayaannya. UU Pemerintahan Daerah mendefinisikan “desentralisasi” sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia.
140
Sedangkan pada asas “dekonsentrasi” yang terjadi adalah pelimpahan wewenang kepada aparatur pemerintah pusat di daerah untuk melaksanakan
urusan pemerintah pusat dalam arti policy, perencanaan dan biaya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, sedangkan aparatur pemerintah pusat di daerah
bertugas melaksanakannya.
UU pemerintah
Daerah mendefinisikan
“dekonsentrasi” sebagai pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu.
141
Asas “pembantuan” mengandung arti keikutsertaan pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah pusat di daerah itu, dalam arti bahwa
organisasi pemerintah setempat daerah memperoleh tugas dan kewenangan untuk membantu melaksanakan urusan-urusan pemerintah pusat. Selanjutnya
dalam UU pemerintahan daerah “tugas pembantuan” didefinisikan sebagai penugasan dari pemerintah kepada daerah danatau desa, dari pemerintah provinsi
140
David Kairupan, Op.Cit., hlm 49.
141
Ibid, hlm 50.
Universitas Sumatera Utara
kepada kabupatenkota danatau desa, serta dari pemerintah kabupatenkota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
142
Kepatuhan perusahaan dalam menyampaikan LKPM masih rendah, hal ini disebabkan oleh:
143
1. Perusahaan belum mengetahui tata cara pengisian LKPM sesuai dengan
Perka BKPM No.3 Tahun 2012. 2.
Perusahaan belum merasakan manfaat pengisian LKPM dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami. Badan investasi sebagai
fasilitator penyelesaian permasalahan perusahaan melalui tim taskforce SK Gubernur.
Berikut ini adalah isi dari bunyi Pasal 11 Perka BKPM No.3 Tahun 2012 mengenai ketentuan-ketentuan penyampaian LKPM yang harus ditaati oleh para
investor dan diserahkan kepada instansi pemerintah terkait:
144
Pasal 11 1
Perusahaan yang telah mendapat perizinan penanaman modal, wajib menyampaikan LKPM secara berkala sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat 2 dan disampaikan kepada BKPM, PDPPM, PDKPM dan kepada Badan Pengusahaan KPBPB apabila lokasi proyek berada
di wilayah KPBPB atau Administrator KEK apabila lokasi proyek berada di wilayah KEK.
2 Penyampaian LKPM oleh perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat
1 dengan ketentuan sebagai berikut: a.
perusahaan yang masih dalam tahap konstruksi tahap pembangunan wajib menyampaikan LKPM setiap 3 tiga bulan
Triwulan menggunakan formulir LKPM sebagaimana tercantum pada Lampiran I, dengan periode laporan sebagai berikut:
1 Laporan Triwulan I disampaikan paling lambat pada tanggal
5 bulan April tahun yang bersangkutan; 2
Laporan Triwulan II disampaikan paling lambat pada tanggal 5 bulan Juli tahun yang bersangkutan;
142
Ibid, hlm 50.
143
Ibid., hlm 50.
144
Republik Indonesia, Perka BKPM No.3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Penanaman Modal, Bab V Pasal 11.
Universitas Sumatera Utara
3 Laporan Triwulan III disampaikan paling lambat pada
tanggal 5 bulan Oktober tahun yang bersangkutan; 4
Laporan Triwulan IV disampaikan paling lambat pada tanggal 5 bulan Januari tahun berikutnya.
b. perusahaan yang dalam tahap produksioperasi komersial telah
ada izin usaha wajib menyampaikan LKPM setiap 6 enam bulan Semester dengan menggunakan formulir LKPM
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, dengan periode laporan sebagai berikut:
1 Laporan Semester I disampaikan paling lambat pada tanggal
5 bulan Juli tahun yang bersangkutan; 2
Laporan Semester II disampaikan paling lambat pada tanggal 5 bulan Januari tahun berikutnya.
3 Perusahaan memiliki kewajiban menyampaikan LKPM pertama kali
atas pelaksanaan kegiatan penanaman modal pada periode Triwulan berikutnya sejak tanggal perizinan penanaman modalnya diterbitkan.
4 Perusahaan yang memiliki kegiatan usaha berlokasi di lebih dari 1 satu
kabupatenkota, wajib menyampaikan LKPM untuk setiap lokasi proyek masing-masing kabupatenkota.
5 Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha lebih dari 1 satu bidang
usaha, wajib merinci realisasi penanaman modal untuk setiap bidang usaha dalam LKPM.
6 Perusahaan yang telah beralih status dari PMDN menjadi PMA atau
dari PMA menjadi PMDN, wajib menyampaikan LKPM sesuai status baru perusahaan dengan tahapan pelaksanaan penanaman modal sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dan ayat 5.
7 Perusahaan yang telah melakukan penggabungan perusahaan merger,
maka perusahaan yang meneruskan kegiatan perusahaan surviving company wajib menyampaikan LKPM atas hasil penggabungan, sesuai
pelaksanaan penanaman modalnya dan ketentuan yang sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 dan ayat 5.
8 Penyampaian LKPM kepada BKPM, PDPPM, PDKPM, Badan
Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan:
a. secara online melalui SPIPISE http: nswi.bkpm.go.id;
b. dalam bentuk hard copy atau soft copy; atau
c. melalui surat elektronik ke alamat e-mail : lkpmbkpm.go.id dan
email PDPPM, PDKPM, serta Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK.
9 Kantor Perwakilan Perusahaan Asing dan Kantor Perwakilan
Perusahaan Perdagangan Asing wajib menyampaikan laporan kegiatannya kepada BKPM setiap akhir tahun dengan menggunakan
formulir laporan sebagaimana tercantum pada Lampiran III.
Setelah kegiatan pemantauan dalam LKPM berjalan sebagaimana mestinya, dilanjutkanlah dengan tahap pembinaan dan pengawasan agar arus
Universitas Sumatera Utara
kegiatan penanaman modal tetap lancar dan sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang dimana merupakan tujuan diselenggarakan kegiatan
penanaman modal baik dalam rangka penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri.
145
D. Evaluasi LKPM dan Sanksi