perusahaan, yang meliputi kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan, serta governance di perusahaan, sebagai berikut:
70
1. Pengungkapan informasi harus meliputi, tapi tidak terbatas pada informasi
material tentang : a
Keuangan dan hasil operasi perusahaan; b
Tujuan-tujuan perusahaan; c
Kepemilikan saham mayoritas dan hak-hak suara; d
Masalah-masalah material yang berhubungan dengan para karyawan dan para pihak yang berkepentingan lainnya;
e Struktur dan kebijakan governance perusahaan.
2. Informasi harus disiapkan, diaudit, dan diungkapkan sesuai dengan
standar-standar kualitas yang tinggi di bidang akuntansi, pengungkapan keuangan dan nonkeuangan, serta audit.
3. Pemeriksaan tahunan harus dilaksanakan oleh auditor independen untuk
menyediakan jaminan eksternal yang objektif tentang cara penyiapan dan penyajian laporan keuangan.
4. Saluran-saluran untuk penyampaian informasi harus disiapkan untuk
memungkinkan akses informasi yang wajar, tepat waktu, dan dengan biaya yang efisien.
B. Tujuan Diadakannya Prinsip Keterbukaan dalam Kegiatan Penanaman Modal
Bagi Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan belum terkelola secara maksimal dan memadai, bukanlah perkara mudah untuk
melakukannya. Pengelolaan potensi ekonomi menjadi ekonomi riil berupa
70
Agus Kretarto, Op.Cit., hlm 43.
Universitas Sumatera Utara
pengadaan barang dan jasa tidak hanya memerlukan modal yang besar tetapi juga membutuhkan teknologi, keterampilan skill dan manajemen yang kesemua itu
bisa diperoleh melalui kegiatan penananaman modal khususnya penanaman modal asing. Bisa saja pemerintah melakukan hal tersebut, namun karena adanya
keterbatasan modal, teknologi kemampuan skill dan manajemen sehingga secara rasional penanaman modal dapat dilibatkan untuk mendukung dan membantu
dalam pengelolaan tersebut.
71
Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan investasi, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, antara lain:
72
1. Wilayah yang luas dan subur dengan kekayaan alam yang melimpah,
2. Upah buruh yang relatif rendah,
3. Pasar yang sangat besar,
4. Lokasi yang strategis,
5. Adanya upaya sungguh-sungguh dari pemerintah untuk mendorong iklim
investasi yang sehat, 6.
Tidak adanya pembatasan atas arus devisa, termasuk atas modal dan keuntungan, dan lain-lain.
Namun di samping potensi yang sangat besar tersebut, juga terdapat beberapa kelemahan yang dapat menjadi kendala dalam menarik investasi
khususnya investasi asing yang mencakup hal-hal seperti :
73
1. Kurangnya keterampilan tenaga kerja yang ada,
2. Birokrasi yang kadang-kadang terlalu panjang dan dapat membengkakkan
biaya awal dan operasional,
71
Aminuddin Ilmar,Op.Cit., hlm 194.
72
Ana Rokhmatussa‟dyah dan Suratman, Hukum Investasi Pasar Modal, Cek.Kedua Jakarta: Sinar Grafika Offset,2011, hlm 56.
73
Ibid., hlm 56.
Universitas Sumatera Utara
3. Stabilitas keamanan yang agak kurang stabil sejak beberapa tahun yang
lalu sejak tahun 1998, 4.
Kebijakan yang seringkali berubah-ubah, 5.
Kurang adanya kepastian hukum, 6.
Mekanisme penyelesaian sengketa yang kurang credible sehingga kurang menguntungkan investor,
7. Kurang adanya transparansi, dan lain-lain.
Pada masa-masa sebelum krisis merebak pra-1998, iklim penanaman modal di Indonesia dipandang cukup menarik bagi investor asing maupun dalam
negeri karena lingkungan politik yang relatif stabil, meskipun stabilitas tersebut semu. Untuk Indonesia dapat memperbaiki perekonomian negara dari pasca krisis,
dirumuskanlah kebijakan-kebijakan yang membuat Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara Asia umumnya dan negara-negara tetangga di ASEAN
pada khususnya, terutama dalam menarik investasi asing.
74
Kekuatan globalisasi telah membantu menghasilkan prestasi ekonomi yang mengesankan di ASEAN dari tahun 1970 hingga 1996, baik dari segi
kuantitas dan kualitas. Selama masa itu, Produk Nasional Bruto PNB negara- negara ASEAN tumbuh pada tingkat tahunan rata-rata sebesar 6,6 persen,
membuat ASEAN salah satu wilayah yang paling cepat berkembang di dunia. Hal ini sangat luar biasa karena negara-negara berkembang lainnya mencapai tingkat
pertumbuhan moderat tiga persen pada periode yang sama. Tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan tinggi ASEAN telah tercermin dalam peningkatan GNP total
negara yang kemudian membentuk ASEAN dari hanya US 21 miliar pada tahun 1961 untuk US 120 miliar dan pada tahun 1979, US 172 miliar pada tahun 1984
74
Ibid., hlm 57.
Universitas Sumatera Utara
dan US 269 miliar pada tahun 1986. Diperkirakan bahwa pada tahun 2000 ASEAN GNP gabungan telah melebihi US 500 milyar.
75
Pelajaran yang juga dapat diambil selama periode pasca krisis adalah volatilitas nilai tukar sangat dipengaruhi oleh premi risiko yang bersumber dari
berbagai ketidakpastian risiko yang dimana ditimbulkan oleh kurangnya penerapan prinsip keterbukaan, baik ketidakpastian di bidang sosial politik,
maupun ketidakpastian di bidang ekonomi dan keuangan. Sejak krisis ekonomi berlangsung, fluktuasi nilai tukar rupiah secara persistent telah diwarnai oleh
ketidakpastian situasi sosial politik,yang pada gilirannya menjadi sumber utama terjadinya lingkaran permasalahan ekonomi vicious circle selama ini.
76
Untuk menyatukan antara kepentingan investor dengan negara penerima- penerima modal harus disadari tidak mudah. Artinya, apabila negara penerima
modal dalam hal ini yaitu host country terlalu ketat dalam menentukan syarat penanaman modal investor, mungkin saja para investor tidak akan datang lagi
bahkan bagi investor yang sudah ada pun bisa jadi akan merelokasi perusahaannya. Disebut demikian, karena di era globalisasi ini, para pemilik
modal sangat leluasa dalam menentukan tempat berinvestasi yang tidak terlalu dibatasi ruang geraknya. Untuk itu dalam menyikapi arus globalisasi yang terus
merambah ke berbagai bidang tersebut, peraturan perundang-undangan investasi
75
Ngyuen Phuong Binh, “Southeast Asian Security: A Vietnamese Perspective”, Institute
of Defense and Strategic Studies, Singapore, May 2001, hlm 11.
76
Rowland B.F Pasaribu, “Pertumbuhan Ekonomi Dalam Konsep Pembangunan
Berkelanjutan ”,
http:www.academia.edu4938476Bab_13_Pertumbuhan_Ekonomi_Dalam_Konsep_Pembangun an_Berkelanjutan_420, diakses pada tanggal 26 Oktober 2015, hlm 432.
Universitas Sumatera Utara
asing FDI di berbagai negara pun terus diperbarui sesuai dengan perkembangan dunia bisnis yang semakin mengglobal.
77
Transparansi yang sah terjadi, ketika sasaran organisasi benar-benar dijalankan dengan pelaksanaannya, tetapi sulit untuk memastikan dan terkadang
sulit ditentukan. Kebenaran biasanya muncul dengan sendirinya dalam bagaimana neraca keuangan suatu perusahaan dilihat dari waktu ke waktu.
78
Ada 2 dua jenis yang biasanya muncul dalam praktik transparansi pada kegiatan perusahaan, yaitu:
79
1. Transparansi sejati; transparansi yang lebih dari sekedar menyampaikan
informasi atau memamerkan wajah baik perusahaan pada konsumen consumer, bersifat mendalam dan mendorong seluruh industri agar
memeriksa praktik bisnis mereka. Transparansi sejati membuat industri farmasi mengambil tindakan keras terhadap hal-hal seperti obat tiruan atau
produksi obat-obatan yang dapat mencederai konsumen. Transparansi sejati akan menciptakan undang-undang bagi produk yang aman untuk
anak-anak, melindungi customer dari hal-hal seperti bahaya asbes, mengikuti aturan pelaporan keuangan dan melaksanakan standar untuk
melindungi konsumen. Transparansi sejati memiliki daya tahan dan terjalin dalam cara karyawan berinteraksi, berpikir dan hidup setiap hari.
Itulah satu-satunya jenis transparansi yang memberi dampak yang langgeng dalam mengubah suatu perusahaan menjadi lebih baik.
77
Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, Cet.Pertama Jakarta: Sinar Grafika,2010, hlm 5.
78
Asmin Nasution, Op.Cit., hlm 128.
79
Ibid., hlm 129.
Universitas Sumatera Utara
2. Transparansi situasional; yaitu transparansi yang terjadi ketika pemimpin
atau perusahaan bereaksi secara terbuka dan memberikan informasi yang tidak sesuai dengan nilai dasar perusahaan. Ini tidak tulus, itu adalah
dendam terhadap situasi atau kecaman, dan tidak memiliki daya tahan jika tidak berakar pada nilai dasar. Artinya jika seluruh kultur perusahaan
bukan sesuatu yang karyawan ketahui konsekuensinya seperti kebenaran setengah-setengah, kualitas produk buruk, atau pe
rilaku “apa untungnya bagi saya”, maka kultur perusahaan itu tidak transparan.
Tidak kalah pentingnya juga, ikut andil dalam perubahan kebijakan investasi asing adalah pesatnya perkembangan teknologi di berbagai sektor,
khususnya di sektor informasi. Hal ini telah menimbulkan ekspansi perusahaan- perusahaan multinasional terutama di bidang jasa keuangan. Menyikapi hal ini,
maka sejumlah negara pun melakukan kebijakan liberalisasi di bidang investasi, antara lain membuka seluas-luasnya bidang usaha yang dapat dimasuki oleh
investor asing yang sebelumnya tertutup. Selain itu prosedur untuk berinvestasi pun disederhanakan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Gregorius Chandra:
80
“Era Globalisasi dan liberalisasi perdagangan mewarnai millenium baru abad Ke-21. Dunia usaha terasa ibarat sebuah dusun global global
village. Adanya
kemajuan dalam
bidang ilmu
pengetahuan, telekomunikasi, teknologi informasi, jaringan transportasi, dan sektor-
sektor kehidupan lainnya menyebabkan arus informasi semakin mudah dan lancar mengalir antarindividu atau kelompok. Batas-batas geografis
maupun negara sudah tidak signifikan lagi. Akibatnya konsumen semakin terdidik dan banyak menuntut. Tuntutan konsumen ini antara lain:
1. Produk berkualitas tinggi high quality.
2. Harga yang wajar fair price disertai dengan cara pembayaran yang
lunak dan alternatif pembayaran yang mudah e-commerce. 3.
Penyerahan produk yang cepat fast delivery. 4.
Layanan khusus special service. 5.
Produk yang memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi high flexibility.
80
Hendrik Budi Untung, Op.Cit., hlm 6.
Universitas Sumatera Utara
6. Akrab dengan pemakai user-friendly”.
Washington Post dalam artikelnya menyebutkan kurangnya sistem hukum yang pasti di Indonesia merupakan faktor utama mengapa investor pergi.
Kurangnya kepercayaan investor membuat perginya modal asing yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia untuk memperbaiki kondisi perekonomian yang belum
pulih akibat krisis finansial Asia tahun 1997-1998. Investor asing juga sering mengeluh bahwa mereka sering kali dijadikan subjek tuntutan sewenang-wenang
oleh pejabat pemerintah, petugas pajak, dan mitra lokal. Secara garis besar, kepastian hukum merupakan suatu tolak ukur dalam menghitung resiko.
Bagaimana resiko dapat dikendalikan dan bagaimana penegakan hukum terhadap resiko. Jika penegakan hukum tidak mendapat kepercayaan dari investor maka
hampir dapat dipastikan investor akan berspekulasi di tengah ketidakpastian.
81
Sebenarnya resiko politik dan resiko ekonomi suatu negara tidak akan menyurutkan minat investasi, jika ada kompensasi terhadap resiko bentuk return
yang lebih tinggi. Dengan paket kebijakan yang bisa memberikan return yang tinggi kepada investor, diharapkan aliran modal yang masuk dapat segera
mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
82
Jadi untuk menarik atau meningkatkan arus masuknya modal asing ke dalam suatu negara sehingga dapat menguntungkan aliran investasi suatu negara,
paling tidak diperlukan tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: 1.
Mempertahankan secara terus-menerus keuntungan ekonomi yang dapat diambil para investor atau dengan kata lain, penanam modal asing yang
81
Lusiana. Op.Cit., hlm 16.
82
Hendrik Budi Untung, Op.Cit., hlm 53.
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kesempatan ekonomi, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan investasinya.
83
2. Perlu diciptakan adanya kepastian hukum yang mencerminkan nilai
kebenaran dan keadilan serta tidak bersifat diskriminatif. Ketidakpastian hukum dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Terkadang peraturan
ditentukan tidak boleh berlaku surut, namun kenyataannya kebijakan hukum yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dibuat berlaku
surut, tidak sesuai UUD 45 yang merupakan hierarki perundang-undangan yang paling tinggi atau undang-undang lainnya dalam aspek substansi
hukum, mulai dari undang-undang sampai dengan peraturan-peraturan daerah dan putusan-putusan pengadilan serta proses pengambilan
keputusan pejabat negara yang tidak konsisten dan tidak transparan. Semua hal tersebut membuat pengusaha atau investor merasa berada di
persimpangan jalan, menimbulkan perasaan tidak adanya kepastian hukum dan kepastian usaha.
84
3. Untuk menjamin keberlangsungan investasi asing, diperlukan adanya
stabilitas politik dan harus dihindari munculnya konflik vertikal antara elite politik dan konflik horizontal konflik antara kelompok
masyarakat.
85
C. Penerapan Prinsip Keterbukaan dalam Kegiatan Penanaman Modal Berdasarkan UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan
Peraturan Pelaksanaannya
Pada dasarnya, sudah menjadi kewajiban pemerintah dan atau pemerintah daerah untuk menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan
83
Ibid., hlm 54-55.
84
Lusiana, Op.Cit., hlm 16.
85
Hendrik Budi Untung, Loc.Cit., hlm 53.
Universitas Sumatera Utara
penanaman modal. Untuk menjamin kepastian, dan keamanan itu, perlu diatur peraturan
pelaksanaan terkait
kewenangan pemerintah,
provinsi, dan
kabupatenkota dalam penyelenggaraan penanaman modal.
86
Pendelegasian pembuatan peraturan pelaksanaan memiliki beberapa manfaat, yakni menghindari salah satu cabang kekuasaan eksekutif atau legislatif
mendominasi kekuasaan sehingga tidak menciptakan prinsip checks and balances kekuasaan. Apabila peraturan pelaksanaan didominasi oleh legislatif, dalam arti
peraturan pelaksanaan dibuat oleh legislatif, secara praktis dapat menghambat pelaksanaan suatu undang-undang oleh eksekutif mengingat legislatif tidak
mengetahui praktik pelaksanaan secara detail dan pengaturan lokal. Sebaliknya apabila peraturan pelaksanaan dibuat secara penuh oleh eksekutif, maka akan
berpotensi kekuasaan legislatif akan diambil alih oleh eksekutif. Selain itu, mencegah eksekutif menyelenggarakan pemerintahan secara tidak terkendali.
Adanya delegasi kewenangan dari legislatif kepada eksekutif akan mencegah eksekutif melakukan improvisasi yang tidak tepat dalam menyelanggarakan
pemerintahan.
87
Setiap penanam modal dari negara asal manapun termasuk warga negara Indonesia sendiri yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia berhak
menerima perlakuan yang sama dari pihak pemerintah.
88
Perlakuan yang tidak membeda-bedakan hak yang didapat oleh investor, kecuali kepada investor asing
yang memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia yaitu hak-hak yang berkaitan dengan kesatuan kepabeanan, wilayah perdagangan bebas,
86
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit., hlm 89.
87
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, “Mengapa Undang-Undang Memerlukan
Peraturan Pelaksanaan ”, http:setkab.go.idmengapa-undang-undang-perlu-peraturan-pelaksanaan
diakses pada tanggal 26 November 2015.
88
Ana Rokh matussa‟dyah dan Suratman, Op.Cit., hlm 59.
Universitas Sumatera Utara
pasar bersama common market, kesatuan moneter, kelembagaan yang sejenis, dan perjanjian antara pemerintah Indonesia dan pemerintah asing yang bersifat
bilateral, regional, atau multilateral yang berkaitan dengan hak istimewa tertentu dalam penyelenggaraan penanaman modal.
89
Sebaliknya juga kepada setiap penanam modal wajib untuk bertanggung jawab dalam melakukan kegiatan penanaman modal. Yaitu dengan cara yang telah
ditentukan oleh UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, antara lain:
90
a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan; b.
Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan
kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara; d.
Menjaga kelestarian lingkungan hidup; e.
Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraaan pekerja; dan
f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 14 UU No.25 Tahun 2007 disebutkan setiap penanam modal berhak mendapat:
91
89
Lihat bagian penjelasan Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
90
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab IX Pasal 16.
91
Republik Indonesia, Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab IX Pasal 14.
Universitas Sumatera Utara
a. Kepastian hak, hukum, dan perlindungan;
b. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya;
c. hak pelayanan;
d. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pada kenyataannya, tidak semua investor dapat menikmati fasilitas-
fasilitas kemudahan yang telah ditetapkan . Hanya kepada para investor yang telah memenuhi kriteria tertentu yang sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat 3
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. Ada sepuluh kriteria dari investor yang akan mendapat fasilitas penanaman modal. Kriteria itu meliputi:
92
1. Menyerap banyak tenaga Kerja;
2. termasuk skala prioritas tinggi;
3. termasuk pembangunan infrastruktur;
4. melakukan alih teknologi;
5. melakukan industri pionir;
6. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan atau
daerah yang ditentukan dalam undang-undang bila perlu; 7.
menjaga kelestarian lingkungan hidup; 8.
melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; 9.
bermitra dengan UKM atau koperasi; 10.
industri yang menggunakan barang modal atau peralatan yang diproduksi dalam negeri.
92
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit., hlm 273.
Universitas Sumatera Utara
Apabila hanya salah satu saja dari kriteria di atas telah dipenuhi, maka dianggap cukup bagi pemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan
kepada investor. Ada sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada investor, baik itu investor domestik maupun investor asing. Kesepuluh
fasilitas itu, disajikan berikut ini:
93
1. Fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto.
2. Pembebasan atau keringanan bea masuk impor barang modal yang belum
bisa diproduksi di dalam negeri. 3.
Pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan produksi tertentu.
4. Pembebasan atau penangguhan Pajak Penghasilan PPN atas impor
barang modal. 5.
Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat. 6.
Keringanan PBB. 7.
Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan. 8.
Fasilitas hak atas tanah. 9.
Fasilitas pelayanan keimigrasian. 10.
Fasilitas perizinan impor. Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM selaku Lembaga
Pemerintah Non Departemen Indonesia yang berhak mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal juga telah menetapkan bahwa kemudahan
yang dapat dinikmati oleh investor sesuai pengawasan BKPM dalam rangka PTSP
93
Ibid., hlm 274.
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang mencakupi perizinan kegiatan penanaman modal adalah layanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal.
94
Berdasarkan Pasal 13 Perpres No.27 tahun 2009 tentang PTSP di bidang penanaman modal, apabila Kepala BKPM dalam memperoleh pelimpahan
kewenangan dari Menteri TeknisKepala LPND disertai dengan pemberian “hak substitusi”, maka dalam penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal oleh
pemerintah Daerah pemerintah Provinsi maupun KabupatenKota, Kepala BKPM berdasarkan hak substitusi yang diperolehnya dapat memberikan
pelimpahan kewenangan kepada gubernur atau memberi penugasan kepada pemerintah kabupatenkota didasarkan atas kualifikasi PTSP di bidang penanaman
modal tersebut.
95
Untuk meningkatkan pelayanan kepada investor, dalam Pasal 25 ayat 5 UUPM secara tegas dikemukakan, pelayanan dilakukan secara terpadu dalam satu
pintu. Apa yang diinginkan oleh pembentuk undang-undang tersebut, cukup ideal yakni untuk mengurus berbagai perizinan dalam rangka menjalankan kegiatan
penanaman modal, para calon investor tidak perlu mendatangi ke berbagai instansi pemberi izin. Sebagaimana yang dijabarkan dalam Pasal 26 ayat 1, pelayanan
terpadu satu pintu bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.
Jika dilihat dari tataran normatif tentu hal ini cukup menggembirakan bagi calon- calon penanam modal. Disebut demikian, karena segala sesuatu yang menjadi
94
Lihat Pasal 11 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal.
95
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia Jakarta: Prenada Media Group, 2013, Ed. Pertama, hlm 50.
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan penanam modal dapat dijelaskan secara komprehensif oleh petugas yang telah diberi kewenangan untuk itu.
96
Penjabaran lebih lanjut perihal pelayanan terpadu satu pintu diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Terpadu Satu Pintu di bidang Penanaman Modal Perpres No.272009 PTSP. Selanjutnya dalam Pasal 3 dijelaskan PTSP di bidang penanaman modal bertujuan
untuk membangun penanaman modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas, dan informasi mengenai penanaman modal, dengan cara mempercepat,
menyederhanakan pelayanan, dan meringankan atau menghilangkan biaya pengurusan perizinan dan non perizinan.
97
Kemudian tolak ukur tujuan dari PTSP dijelaskan pada Pasal 5 ayat 1 dan 2, yakni sebagai berikut:
98
Pasal 5 1
Pelaksanaan PTSP di bidang Penanaman Modal harus menghasilkan mutu pelayanan prima yang diukur dengan indikator kecepatan, ketepatan,
kesederhanaan, transparan, dan kepastian hukum. 2
PTSP di bidang Penanaman Modal harus didukung ketersediaan: a.
Sumber daya manusia yang profesional dan memiliki kompetensi yang handal;
b. Tempat, sarana dan prasarana kerja, dan media informasi;
c. Mekanisme kerja dalam bentuk petunjuk pelaksanaan PTSP di
bidang Penanaman Modal yang jelas, mudah dipahami dan mudah diakses oleh Penanam Modal;
d. Layanan pengaduan help desk Penanam Modal; dan
e. SPIPISE.
96
Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm 146.
97
Ibid., hlm 147.
98
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, Bab III Pasal 5 ayat 1 dan
2.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1 angka 16 Perpres No.27 Tahun 2009 menyebutkan bahwa Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik yang selanjutnya disingkat
SPIPISE adalah sistem pelayanan Perizinan dan NonPerizinan yang terintegrasi antara BKPM dengan KementerianLPND yang memiliki kewenangan Perizinan dan
Nonperizinan.
99
Implementasi SPIPISE diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Peraturan Presiden Nomor 27 tahun 2009
tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal serta peraturan Kepala BKPM No.14 Tahun 2009 tentang Sistem Pelayanan dan Perizinan investasi
secara Elektronik. SPIPISE pada hakikatnya adalah sistem elektronik pelayanan perizinan investasi yang terintegrasi antara BKPM dengan daerah dalam hal ini adalah BPMPPT,
sehingga proses pelayanan perizinan investasi yang diselenggarakan oleh BPMPPT langsung dapat diakses dan terpantau oleh pemerintah.
100
Layanan Perizinan yang diselenggarakan oleh penyelenggara PTSP di bidang Penanaman Modal, terdiri atas:
101
a. Izin Prinsip Penanaman Modal;
b. izin Usaha untuk berbagai sektor usaha;
c. izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal;
d. izin Usaha Perluasan untuk berbagai sektor usaha;
e. izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal;
f. izin usaha Perubahan untuk berbagai sektor usaha;
g. izin usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal;
99
Sentosa Sembiring, Loc.Cit., hlm 147.
100
Wikipedia, https:id.wikipedia.orgwikiSPIPISE diakses pada tanggal 10 November 2015.
101
Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal, Bab
V Pasal 12 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
h. izin usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal untuk berbagai
sektor usaha; i.
izin Pembukaan Kantor Cabang; j.
izin Kantor Perwakilan Perusahaan Asing KPPA; dan k.
surat Izin Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing SIUP3A. Untuk Layanan Nonperizinan yang diselenggarakan oleh penyelenggara
PTSP di bidang penanaman modal, terdiri atas:
102
a. Fasilitas bea masuk atas impor mesin;
b. fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan;
c. usulan fasilitas Pajak Penghasilan PPh Badan untuk Penanaman Modal
di bidang-bidang usaha tertentu danatau di daerah-daerah tertentu; d.
angka Pengenal Importir Produsen API-P; e.
angka Pengenal Importir Umum API-U; f.
rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing RPTKA; g.
rekomendasi Visa untuk Bekerja TA.01; dan h.
izin Mempekerjakan Tenaga Asing IMTA. Dalam ketentuan Pasal 26 ayat 2 UU Penanaman Modal dikatakan
bahwa pelayanan terpadu satu pintu tersebut dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dari lembaga yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang berwenang
mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau kabupaten kota.
103
102
Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal, Bab
V Pasal 12 ayat 2.
103
Ana Rokhmatussa‟dyah dan Suratman, Op.Cit., hlm 95.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana yang dimuat dalam Peraturan kepala BKPM No.5 Tahun 2013, Penyelenggaraan PTSP dilakukan oleh pemerintah, pemerintah Provinsi dan
pemerintah Kabupaten Kota. Kemudian pemerintah mendelegasikan wewenang dalam bentuk penyerahan tugas, hak, kewajiban dan pertanggungjawaban
perizinan dan nonperizinan termasuk penandatanganannya kepada penyelenggara PTSP di bidang Penanaman Modal, antara lain:
104
a. Kepala BKPM dari Menteri Teknis Kepala Lembaga pemerintah Non
Kementerian LPNK; b.
Kepala PDPPM Perangkat Daerah Provinsi di bidang Penanaman Modal dari Gubernur;
c. Kepala PDKPM Perangkat Daerah Kabupaten di bidang Penanaman
Modal dari BupatiWalikota; d.
Kepala Badan Pengusahaan KPBPB Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas dari
Menteri TeknisLPNK,
Gubernur dan
BupatiWalikota; e.
Administrator KEK Kawasan Ekonomi Khusus dari Menteri Teknis LPNK, Gubernur dan Bupati Walikota.
Keragaman dalam iklim investasi yang dihadapi oleh perusahaan di seluruh daerah di indonesia telah menjadi kepentingan negara menyusul adanya
kebijakan desentralisasi. Kebijakan desentralisasi pemerintah daerah melapisi pemerintah daerah dengan kekuasaan dan tanggung jawab ekstra dalam
pembangunan daerah yang terkait .Secara langsung sejak ketentuan desentralisasi dibuat , kabupaten kota aktif ikut bertanggung jawab untuk menjadi penyedia
104
Lihat dan perhatikan Pasal 4 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan
Nonperizinan Penanaman Modal.
Universitas Sumatera Utara
layanan untuk meningkatkan kualitas hidup warganya , dan diberi kewajiban serta tanggung jawab untuk secara resmi menyetujui penanaman modal asing dan
dalam negeri yang sebelumnya sangat bersifat kepusatan sentralistik melalui bantuan BKPM. Banyak pemerintah daerah yang telah setuju mencoba untuk
menaati kewenangan otonom yang baru, dan mencari cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dengan menarik minat investasi masyarakat.
Melalui administrasi daerah dan penyediaan layanan infrastruktur dan lingkungan lokal, mereka dapat mempertahankan perusahaan yang sedang melalui tahap
perkembangan dan produksi, dan menarik minta investor baru yang tertarik untuk membuat perusahaan yang baru. Tapi mereka juga dapat mengkatalisasi lebih
banyak investasi secara tidak langsung; contohnya, demi menjamin lingkungan yang baik untuk layanan tambahan.
105
Sejak perubahan regulasi pada bidang penanaman modal yang memuat ketentuan perundang-undangan penanaman modal yang baru dan beberapa
peraturan pemerintah lainnya seperti Peraturan Presiden No.90 Tahun 2007 tentang BKPM dan Peraturan pemerintah No.77 Tahun 2007 tentang bidang usaha
yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal, sehingga investor merasa yakin dan percaya serta nyaman berinvestasi di
Indonesia, Indonesia mulai memiliki neraca pembayaran yang kuat, dengan ekspor yang mencatat rekor, dan mencapai kelebihan saldo saat ini senilai
US 12,7 miliar pada tahun 2007. Hal ini telah menghasilkan akumulasi cadangan devisa resmi yang besar, mencapai US 60 miliar di pertengahan tahun 2008,
memberikan Indonesia perlindungan terhadap goncangan-goncangan dari luar.
105
The World Bank, “Raising Investment In Indonesia: A Second Generation of
Reforms ”, East Asia Prem, Report No.31708-ID, February 24,2005 , Page 51.
Universitas Sumatera Utara
Dengan konsolidasi fiskal, investasi publik telah meningkat secara tetap selama lima tahun terakhir. Investasi swasta pulih kembali dan meskipun masih berada di
bawah tingkat prakrisis, investasi tersebut meningkat pesat. Setelah krisis, angka investasi jatuh dari 30 persen sebelum krisis menjadi serendah 19 persen dari PDB
pada tahun 2002. Pada tahun 2007, angka investasi Indonesia telah mencapai 25 persen dari PDB.
106
Pada tahun 2008-2009, Indonesia mampu mengatasi krisis ekonomi dengan baik, hal ini disebabkan karena reformasi struktural yang signifikan dan
berhasil diimplementasikan pasca akibat dari krisis keuangan Asia. Sejak memuncak pada tahun 2005, tingkat pengangguran di Indonesia telah berkurang
banyak dan berada di 8,4 di tahun 2010. Kekhawatiran tentang inflasi juga telah berkurang, dengan tingkat inflasi berada pada 4,4 dari persentase tahun ke tahun
bulan Oktober 2011. Indonesia menjalankan surplus rekening giro sederhana sebagai bagian dari PDB, dan pertumbuhan dan investasi telah berangsur kuat.
107
Kemudian pada babak pertama 2011, pertumbuhan PDB rata-rata 6.5 karena dorongan investasi yang kuat, hal ini berlaku juga dalam konsumsi swasta
dan kinerja ekspor. Selain itu, rencana pembangunan ekonomi jangka pendek menunjukkan tingkat pertumbuhan sekitar 6 untuk tahun 2011 dan 2012.
Namun, Indonesia belum benar benar pulih untuk menyamakan kedudukan dalam pertumbuhan negara-negara anggota ASEAN lainnya yang dimana tingkat
pertumbuhan krisis keuangan Indonesia pada tahun 2010 adalah 2 di bawah
106
The World Bank, “Strategi Kemitraan Negara Untuk Indonesia TA2009-2012
:Mendukung Institusi Indonesia yang Inklusi untuk Pembangunan yang Berkelanjutan ”,
International Finance Corporation World Bank Group, Desember 2012, hlm 3.
107
OECD 2012, “OECD Reviews of Regulatory Reform : Indonesia 2012 Strengthening
Co- ordination
and Connecting
Markets”, OECD
Publishing. http:dx.doi.org10.17879789264173637-en diakses pada tanggal 2 November 2015.
Universitas Sumatera Utara
rata-rata, sehingga hal ini menunjukkan bahwa Indonesia harus tetap melakukan usaha lebih lanjut untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Selain itu,
pertumbuhan tidak merata tersebar di seluruh daerah, dengan kontribusi pulau Jawa hampir 60 dari total pertumbuhan Indonesia tahun 2010.
108
Beberapa persyaratan penanaman modal yang diterapkan dalam UU No.25 Tahun 2007 tidak bertentangan dengan perjanjian internasional seperti Agreement
on TRIMs, GATS maupun Domestic Regulations. Meskipun beberapa dari persyaratan tersebut masih membedakan perlakuan antara asing dan domestik,
namun tidak berarti persyaratan tersebut bertentangan dengan GATS. Keberlakuan GATS dibatasi oleh Specific of commitment yang diberikan oleh
pemerintah Indonesia dan perlakuan sama dalam konteks GATS yang tierapkan pada fase post establishment stage tahap dimana perusahaan sudah berdiri. Oleh
karena itu, persyaratan penanaman modal yang diskriminatif tersebut diterapkan oleh UU No.25 Tahun 2007 pada fase entry approval tahap dimana perusahaan
belum berdiri, maka persyaratan yang demikian tidak bertentangan dengan GATS.
109
Domestic Regulations pada dasarnya adalah seperangkat kaidah hasil perundingan yang ditujukan untuk menyokong terwujudnya internalisasi modal.
Sasaran yang ingin dituju oleh Domestic Regulations adalah harmonisasi persyaratan-persyaratan penanaman modal dalam ketentuan domestik domestic
regulations dari negara-negara anggota. Agar tidak terdapat syarat-syarat penanaman modal dalam peraturan nasional yang tidak rasional dan menghambat
pergerakan arus modal secara internasional. Undang-undang No.25 Tahun 2007
108
Ibid.
109
Asmin Nasution, Op.Cit., hlm 143.
Universitas Sumatera Utara
sejalan dengan
tujuan Domestic
Regulations. Undang-undang
cukup mengakomodir ketentuan Domestic Regulations. Hal ini dapat dibuktikan dengan
diaturnya secara pasti dalam undang-undang tersebut mengenai:
110
a. Penetapan bidang usaha dan persyaratan yang lebih transparan dan lebih
membuka kesempatan yang lebih besar. b.
Sistem perizinan yang lebih sederhana. c.
Perlakuan yang sama sebagai kebijakan dasar penanaman modal di Indonesia.
d. Transparansi melalui kewajiban penyusunan laporan kegiatan penanaman
modal. e.
Mengeliminir pembedaan perlakuan antara asing dan domestik dengan mengakhiri ada dua undang-undang penanaman modal yang berbeda
UUPMA dan UUPMDN.
110
Ibid., hlm 144.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang