BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis yuridis mengenai kewajiban pembuatan laporan kegiatan penanaman modal terkait asas keterbukaan ditinjau dari UU Penanaman
Modal dan peraturan pelaksanaannya, Penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan prinsip keterbukaan dalam kegiatan penanaman modal berdasarkan
Pasal 3 UU No.25 Tahun 2007 adalah pelayanan terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif dalam
kegiatan penanaman modal. Jika ditinjau lebih lanjut dan dibandingkan dengan ketentuan internasional menurut OECD, TRIPs dan GATT, prinsip
keterbukaan yang dimaksud lebih merujuk kepada keterbukaan yang tidak membeda-bedakan kemampuan investor asing dalam berinvestasi dan
diberikan pelayanan sesuai dengan standar taraf internasional berupa kebijakan fiskal dan non-fiskal oleh pihak pemerintah sehingga terdapat kepastian hukum
yang dapat memudahkan langkah investor berikutnya dalam menjalankan aktivitas perusahaannya dan menarik minat penanam modal lainnya untuk
berinvestasi di Indonesia. Dalam Pasal 14 UU No.25 Tahun 2007 dan peraturan pelaksanaannya, Pasal 4 Perka BKPM No.3 Tahun 2012, dijelaskan
bahwa secara hakiki setiap penanam modal berhak menerima kepastian hak, hukum dan perlindungan, informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang
dijalankannya, hak pelayanan, lalu berbagai bentuk fasilitas fiskal kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kepada setiap
investor yang telah memenuhi syarat investasi minimum yang diatur dalam
Universitas Sumatera Utara
Pasal 22 Perka BKPM No.5 Tahun 2013, dan melakukan pengurusan perizinan dan non-perizinan yang diperlukan maka pemerintah wajib menjalankan
transparansi dalam memberikan kemudahan fasilitas sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18 ayat 4 UU Penanaman Modal berupa keringanan PBB,
pembebasan atau keringanan bea masuk impor barang modal, fasilitas atas hak tanah, perizinan impor dan lain sebagainya.
2. Berdasarkan ketentuan yang tertera dalam Pasal 15 huruf c UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan peraturan pelaksanaannya yakni Pasal 5
huruf e Perka BKPM No.3 Tahun 2012, setiap penanam modal diwajibkan untuk membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal LKPM dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. Pengaturan tata cara dan pedoman membuat LKPM diatur oleh Perka BKPM
No.3 Tahun 2012, sedangkan tata cara dalam mengurus perizinan dan nonperizinan penanaman modal untuk menyambut kewajiban dalam
menyampaikan LKPM secara berkala diatur dalam Perka BKPM No.5 Tahun 2013. Tujuan diserahkan LKPM adalah mempermudah BKPM dalam
memantau realiasi investasi dan produksi serta mengetahui apa saja hambatan- hambatan yang dihadapi perusahaan guna mencegah terjadinya penyimpangan
yang selakunya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Berdasarkan Pasal 29 UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, BKPM dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta mengkoordinasi
pelayanan kebijakan penanaman modal melalui pelayanan terpadu satu pintu one stop window investment yaitu dalam kegiatan pelimpahan wewenang
Universitas Sumatera Utara
penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non-perizinan, BKPM lah yang bertugas melibatkan perwakilan secara langsung dari setiap sektor dan daerah
terkait dengan pejabat yang mempunyai kompetensi dan kewenangan. Oleh sebab itu, BKPM secara terbuka mengeluarkan peraturan khusus terkait
penyelenggaraan penanaman modal agar calon investor tertarik untuk melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia. Sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang menyatakan LKPM wajib diserahkan kepada BKPM, hal ini dilakukan agar BKPM dapat melaksanakan tugas
pengendalian pelaksanaan penanaman modal yaitu memantau, membina dan mengawasi perkembangan perusahaan sejauh mana, membantu dan
mengantisipasi hambatan dalam mendapatkan hak, kepastian dan perlindungan hukum yang berhak didapatkan oleh setiap penanam modal atas perusahaannya.
B. Saran