75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah secara simultan
free cash flow, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap
earnings management pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Secara parsial kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan free cash flow,
kepemilikan institusional, dan leverage masing-masing tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap manajemen laba.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian yang berkaitan dengan
manajemen laba diharapkan mengembangkan suatu model dengan menggunakan mekanisme
corporate governace lain sebagai variabel moderator dalam penelitian. Penelitian ini terbatas hanya pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2014, sehingga ada kemungkinan bahwa hasil penelitian akan berbeda jika sektor yang diteliti
berbeda, misalnya pada sektor perbankan. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian di sektor lainnya guna mendapatkan akurasi hasil penelitian
yang lebih baik. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian yang khusus ditujukan untuk mengembangkan model pengukuran manajemen laba
Universitas Sumatera Utara
76 yang lebih akurat, misalnya per industri. Sehingga karakteristik industri yang
berbeda yang dapat mempengaruhi manajemen laba dapat dimasukkan ke dalam pengukuran tersebut. Bagi Perusahaan, perlunya bagi manajemen perusahaan
untuk memberikan perhatian khusus terhadap fenomena manajemen laba dalam kaitannya dengan pelaksanaan
good corporate governance serta meningkatkan kepemilikan saham oleh pihak manajerial sehingga hal tersebut akan mengurangi
tindakan manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis 2.1.1
Earnings Management 2.1.1.1. Pengertian
Earnings Management
Beberapa definisi manajemen laba menurut beberapa ahli dalam Sulistyanto 2008: 48-50, yaitu sebagai berikut:
1 Davidson, Stickney, dan Weil 1987
Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima umum untuk
menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan. 2
Schipper 1989 Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan
keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi pihak yang tidak setuju mengatakan ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi
operasi yang tidak memihak dari sebuah proses. 3
National Association of Fraud Examiners 1993 Manajemen laba adalah kesalahan yang disengaja dalam membuat laporan
keuangan mengenai fakta material atau data akuntansi sehingga menyesatkan ketika semua informasi itu dipakai untuk membuat pertimbangan yang
akhirnya akan menyebabkan orang yang membacanya akan mengganti atau mengubah pendapat atau keputusannya.
Universitas Sumatera Utara
12 4
Fisher dan Rosenzweig 1995 Manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan atau
menurunkan laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan atau penurunan keuntungan ekonomi perusahaan
jangka panjang. 5
Lewitt 1998 Manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk meyetarafkan diri dengan
inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk
menutupi konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer. 6
Healy dan Wahlen 1999 Manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu
dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan untuk menyesatkan
stakeholder yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak
yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Walaupun menggunakan terminologi yang berbeda, definisi-definisi itu
mempunyai benang merah yang menghubungkan satu definisi dengan definisi lainnya, yaitu menyepakati bahwa manajemen laba merupakan aktivitas
manajerial untuk mempengaruhi dan mengintervensi laporan keuangan. Sulistyanto 2008: 51 menjelaskan bahwa apa yang dilakukan manajer
tersebut bisa diterima atau akan tetap diakui, sejauh yang dilakukan manajer masih dalam ruang lingkup prinsip akuntansi berterima umum. Dengan kata lain,
Universitas Sumatera Utara
13 apabila manajemen laba yang dilakukan oleh seorang manajer merupakan
permainan memilih metode dan standar akuntansi yang sesuai dengan kebutuhannya dan diungkapkan secara jelas dalam laporan keuangan, maka
tindakan ini tidak dikategorikan sebagai kecurangan. Menurut Scott 2003: 369,
earnings management is the choice by a manajer of accounting policies so as to achieve some specific objective.
Manajemen laba merupakan suatu tindakan manajer yang memilih kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan yang spesifik dan kebijakan akuntansi
yang dimaksud adalah penggunaan akrual dalam menyusun laporan keuangan. Scott membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama,
melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan
political costs. Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient
contracting Efficient Earnings Management, dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai
pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba
income smoothing dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Manajemen laba merupakan tindakan manajer dalam menentukan laba
sedemikian rupa dengan mempermainkan pos-pos pendapatan dan biaya dalam laporan laba-rugi baik melalui pemanfaatan pemilihan alternatif metode maupun
melalui operasi Azlina, 2010. Anggraeni 2013 menyatakan bahwa manajemen
Universitas Sumatera Utara
14 laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Tindakan manajemen laba yang memanipulasi laporan keuangan memiliki maksud untuk meningkatkan
kesejahteraannya secara personal maupun untuk meningkatkan nilai bagi perusahaan.
Isu-isu dalam manajemen laba menurut Belkaoui 2007: 206-210, antara lain sebagai berikut:
1. Manajemen laba yang bertujuan untuk memenuhi harapan dari analisis
keuangan atau manajemen yang diwakili oleh peramalan laba dari publik. 2.
Manajemen laba bertujuan untuk mempengaruhi kinerja harga jangka pendek dengan berbagai cara.
3. Manajemen laba berakhir dan dapat bertahan karena informasi yang asimetris
suatu kondisi yang disebabkan oleh informasi yang diketahui manajemen namun tidak ingin untuk mereka ungkapkan.
4. Manajemen laba terjadi dalam konteks suatu kumpulan pelaporan yang
fleksibel dan seperangkat kontrak tertentu yang menentukan pembagian aturan diantara pemegang kepentingan.
5. Strategi perusahaan bagi manajemen laba mengikuti satu atau lebih dari tiga
pendekatan memilih dari pilihan-pilihan yang ada dalam GAAP Generally
Accepted Accounting Principle, bergantung pada perkiraan subjektif dan
Universitas Sumatera Utara
15 pilihan aplikasi yang ada dalam opsi. Dan menggunakan akuisisi serta disposisi
aktiva dan waktu untuk melaporkannya. 6.
Manajemen laba merupakan suatu hasil usaha untuk melewati ambang batas. 7.
Manajemen laba dapat berasal dari pemenuhan perjanjian dari kontrak kompensasi implisit.
8. Manajemen laba tumbuh dari ancaman dua bentuk aturan yakni aturan industri
spesifik dan aturan antitrust.
9. Laba negatif secara tiba-tiba umumnya lebih merugikan daripada revisi
ramalan negatif. Menurut Watts dan Zimmerman dalam Sulistyanto 2008: 44-46 ada
beberapa faktor yang mendorong manajer melakukan praktik manajemen laba, yaitu:
1. Perencanaan Bonus
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan
earnings management dengan memaksimalkan laba saat ini.
2. Motif Politik
Earnings management digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Motif Pajak
Universitas Sumatera Utara
16 Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi
earnings management yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan
penghematan pajak pendapatan. 4.
Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan
untuk meningkatkan bonus mereka dan jika kinerja perusahaan buruk akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. IPO
Initial Public Offering Informasi mengenai laba menjadi sinyal atas nilai perusahaan pada perusahaan
yang akan melakukan IPO. Hal ini berakibat bahwa manajer perusahaan yang akan
go public melakukan earnings management menaikkan harga saham perusahaan.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik. Secara umum, terdapat lima teknik manajemen laba menurut Wolk, Dodd,
dan Tearney dalam Sulistiawan 2011:43-51, yaitu: 1.
Mengubah Metode Akuntansi Metode akuntansi merupakan pilihan-pilihan yang disediakan oleh standar
akuntansi dalam menilai aset perusahaan. Pemilihan atas metode akuntansi tertentu akan memberikan
outcome yang berbeda, baik bagi manajemen, pemilik, maupun pemerintah yang berdampak menimbulkan konflik
Universitas Sumatera Utara
17 kepentingan di antara ketiganya. Namun, pemilihan metode akuntansi tertentu
yang dilakukan oleh manajer atau pengelola perusahaan merupakan salah satu bentuk maksimalisasi nilai perusahaan menurut perspektifnya masing-masing,
sejalan pemilihan tersebut sejalan dengan rambu-rambu yang sudah diatur. 2.
Membuat Estimasi Akuntansi Teknik ini dilakukan dengan tujuan memengaruhi laba akuntansi melalui
kebijakan dalam membuat estimasi akuntansi. Cara untuk mendapatkan tambahan atau pengurangan laba adalah mengubah estimasi akuntansi.
Perubahan estimasi akuntansi ini disesuaikan dengan kebutuhan penyajian laporan keuangan. Jika mengharapkan kenaikan laba, perusahaan dapat
mengubah estimasi aset tetap atau aset tidak berwujudnya menjadi lebih panjang. Hasilnya, laba menjadi lebih tinggi karena biaya penyusutan menurun.
3. Mengubah Periode Pengakuan Pendapatan dan Biaya
Teknik ini dilakukan untuk mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan dan biaya dengan cara menggeser biaya dan pendapatan ke periode berikutnya
agar memperoleh laba maksimum. Teknik ini biasanya dilakukan pada perusahaan yang melakukan IPO. Manajer akan mempercepat pengakuan
pendapatan periode mendatang dengan melaporkannya ke periode tahun berjalan agar kinerja perusahaan pada tahun berjalan menjelang IPO terlihat
baik, atau menunjukkan laba maksimal. 4.
Mereklasifikasi Akun Teknik ini dilakukan dengan memindahkan posisi akun dari satu tempat ke
tempat lainnya. Jadi, sebenarnya laporan keuangan yang disajikan sudah sama,
Universitas Sumatera Utara
18 tetapi karena kelihaian penyajinya, laporan keuangan ini bisa memberikan
dampak interpretasi yang berbeda bagi penggunanya. Implikasi dari teknik ini berdampak pada terjadinya kesalahan interpretasi laporan keuangan oleh
pengguna, terutama yang tidak memiliki pengetahuan akuntansi. Meskipun laba rugi memberikan informasi lengkap, sampai saat ini banyak pengguna
laporan keuangan cenderung hanya membaca bagian laba bersihnya. 5.
Mereklasifikasi Akrual Diskresioner dan Akrual Nondisresioner Akrual diskresioner adalah akrual yang dapat berubah sesuai dengan kebijakan
manajemen, seperti pertimbangan tentang umur ekonomis aset tetap atau pertimbangan pemilihan metode depresiasi. Akrual nondiskresioner adalah
akrual yang dapat berubah bukan karena kebijakan atau pertimbangan pihak manajemen, seperti perubahan piutang yang besar karena adanya tambahan
penjualan yang signifikan. Pola manajemen laba menurut Scott 2003: 383-384 dapat dilakukan
dengan cara: a.
Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. Manajemen laba dilakukan untuk
mentransfer kemakmuran dirinya dengan kebijakan akuntansi, bukan melalui keputusan operasi.
b. Income Minimization
Universitas Sumatera Utara
19 Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi
sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
c. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization
bertujuan untuk memperoleh laba yang lebih besar. Laporan yang menujukkan laba yang besar akan menyebabkan meningkatnya bonus kompensasi yang
diperoleh oleh manajer. Pola seperti ini mungkin akan dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
d. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya
investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.1.2 Perataan Laba Income Smoothing
Perhatian pengguna laporan keuangan yang seringkali hanya berfokus pada informasi laba, mendorong manajemen melakukan
disfunctional behavior berupa praktik perataan laba. Tindakan perataan laba merupakan tindakan yang
umumrasional. Beidleman dalam Belkaoui 2007: 192 mendefinisikan perataan laba sebagai pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa
tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Dengan pengertian ini, perataan mencerminkan suatu usaha dari manajemen perusahaan untuk
menurunkan variasi yang abnormal dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip- prinsip akuntansi dan manajemen yang baik.
Universitas Sumatera Utara
20 Alasan manajemen melakukan perataan laba, antara lain:
1. Rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan
dapat mengurangi hutang pajak. 2.
Tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung kestabilan penghasilan dan kebijakan deviden sesuai dengan
keinginan. 3.
Tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan, karena dapat menghindari permintaan kenaikan upahgaji oleh
karyawanpekerja. 4.
Tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian, dimana kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan dan gelombang
optimisme dan pesimisme dapat ditekan. Menurut Ronen dan Sadan dalam Jatiningrum 2000, perataan laba dapat
dilakukan dalam 3 cara, yaitu: a.
Manajemen dapat menetapkan waktu terjadinya peristiwa tertentu, untuk mengurangi perbedaan laba yang dilaporkan. Jadi alternatifnya, manajemen
juga dapat menentukan waktu pengakuan beberapa peristiwa. b.
Manajemen dapat mengalokasikan pendapatan dan beban tertentu pada periode akuntansi yang berbeda.
c. Manajemen dengan kebijaksanaannya mengelompokkan item laba tertentu ke
dalam kategori yang berbeda misalnya, antara itempos biasa dan itempos luar basa
Universitas Sumatera Utara
21 Perataan laba merupakan perilaku yang rasional didasarkan pada asumsi
dalam positive accounting theory bahwa agent dalam hal ini manajemen adalah
individu yang rasional yang memperhatikan kepentingan dirinya. Konsisten dengan asumsi tersebut, maka motivasi yang mempengaruhi pilihan manajer atas
kebijakan tertentu adalah memaksimumkan kepentingannya. Perataan laba dapat diakibatkan oleh :
1. Natural smoothing perataan yang alami: yang menyatakan bahwa proses laba
secara inheren menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Contohnya, public
utilities. 2.
Intentional smoothing perataan yang disengaja: biasanya dihubungkan dengan tindakan manajemen. Dapat dikatakan bahwa
intentional smoothing berkenaan dengan situasi dimana rangkaian yang dilaporkan dipengaruhi oleh
tindakan manajemen. Intentional smoothing dapat diklasifkikasikan menjadi:
a. Real smoothing: merupakan usaha yang diambil manajemen dalam
merespon perubahan kondisi ekonomi. Dapat juga berarti suatu transaksi yang sesungguhnya untuk dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan
pengaruh perataannya pada laba. Perataan ini menyangkut pemilihan waktu kejadian transaksi riil untuk mencapai sasaran perataan.
b. Artificial smoothing: merupakan suatu usaha yang disengaja untuk
mengurangi variabilitas aliran laba secara artificial. Perataan laba ini
menerapkan prosedur akuntansi untuk memindahkan biaya danatau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Dengan kata lain,
artificial smoothing dicapai dengan menggunakan kebebasan memilih
Universitas Sumatera Utara
22 prosedur akuntansi yang memperbolehkan pengubahan
cost danatau revenue dari satu periode akuntansi ke periode yang lainnya.
2.1.3 Teori Keagenan
Timbulnya praktek manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori keagenan. Konsep teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara penyedia modal
prinsipal dan para agen Sugiarto, 2009: 53. Hubungan keagenan timbul pada saat seorang atau lebih individu yang disebut sebagai
principal menggaji individu lain yang disebut sebagai
agent untuk memberikan jasa kepadanya, kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada
agent tersebut. Di dalam konteks manajemen keuangan, hubungan keagenan tersebut terutama antara: 1
pemegang saham dengan manajer, 2 manajer dengan debitur yang memberikan hutang, dan 3 antara manajer dan para pemegang saham Lubis, 2012: 11.
Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham, maka pemegang saham harus mengeluarkan biaya
yang disebut agency cost yang meliputi pengeluaran untuk memonitor kegiatan
manajer, pengeluaran untuk membuat suatu struktur organisasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan, serta
opportunity cost yang timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa persetujuan pemegang saham. Pengawasan secara
total terhadap kegiatan para manajer akan memecahkan masalah keagenan, tetapi dibutuhkan biaya yang mahal dan kurang efisien. Solusi yang lebih baik adalah
memberi suatu paket kompensasi berupa gaji tetap ditambah bonus kepemilikan perusahaan saham perusahaan jika kinerja mereka bagus Syahyunan, 2012: 6-7
Universitas Sumatera Utara
23 Para manajer tersebut dalam menjalankan operasional tentu akan lebih
banyak mengetahui informasi internal dalam prospek perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dibandingkan pemilik. Ketidakseimbangan
penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi dapat menjadi pemicu bagi para
manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba dalam rangka menyesatkan pemegang saham terkait kinerja ekonomi perusahaan Asward dan Lina, 2015.
2.1.4 Free Cash Flow
Jensen 1976 mendefinisikan free cash flow sebagai aliran kas yang
merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present
value NPV positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Brigham dan Houston 2006: 65-66 mengartikan bahwa
free cash flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk dibayarkan kepada investor pemegang
saham dan pemilik utang setelah perusahaan melakukan investasi dalam aset tetap, produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan
operasi yang sedang berjalan. Nilai dari operasi perusahaan akan bergantung pada seluruh arus kas bebas yang diharapkan pada masa mendatang. Hal ini berarti
bahwa semakin besar aliran dana bebas atau free cash flow suatu perusahaan maka
menunjukkan bahwa keuangan perusahaan tersebut semakin bagus, karena perusahaan memiliki dana untuk pertumbuhan perusahaan, pembayaran utang,
dan pembagian dividen. Wild
et al. 2005: 23 menyatakan bahwa free cash flow arus kas bebas
positif mencerminkan jumlah yang tersedia bagi aktivitas bisnis setelah
Universitas Sumatera Utara
24 penyisihan untuk pendanaan dan investasi yang diperlukan untuk
mempertahankan kapasitas produksi pada tingkat sekarang. Pertumbuhan dan fleksibilitas keuangan bergantung pada ketersediaan arus kas bebas. Bagi pihak
manajemen, seberapa besar free cash flow juga mencerminkan kemampuan
perusahaan kedepannya Rosnidi, 2009 Menurut Lubis dan Putra 2012: 101 ada lima manfaat dari
free cash flow, yaitu:
1. Untuk membayar bunga kepada
debt holder, perusahaan harus tetap mengingat bahwa
net cost dari perusahaan adalah after taxes interest expenses.
2. Membayar kembali
debt holder’s untuk pokok pinajaman. 3.
Membayar dividen kepada para pemegang saham 4.
Membeli kembali saham yang dimiliki oleh pemegang saham 5.
Membeli saham dari perusahaan lain yang merupakan non operating
assets Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai
free cash flow aliran kas bebas, misalnya bila perusahaan memiliki
free cash flow yang tinggi dengan tingkat pertumbuhan rendah maka
free cash flow ini seharusnya didistribusikan kepada pemegang saham. Tetapi, bila perusahaan memiliki
free cash flow tinggi dengan tingkat pertumbuhan tinggi maka free cash flow ini dapat
ditahan sementara dan bisa dimanfaatkan untuk investasi pada periode mendatang Rosnidi, 2009.
Universitas Sumatera Utara
25 Free cash flow inilah yang sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Ketika free cash flow tersedia,
manajer disinyalir akan menghamburkan free cash flow tersebut sehingga terjadi
inefisiensi dalam perusahaan atau akan menginvestasikan free cash flow dengan
return yang kecil Smith dan Kim dalam Zuhri dan Prabowo, 2010. Perusahaan dengan
free cash flow arus kas bebas yang tinggi akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk melakukan manajemen laba, karena
perusahaan tersebut terindikasi menghadapi masalah keagenan yang lebih besar Agustia, 2013. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan dengan
surplus arus kas bebas yang tinggi juga cenderung melakukan praktik manajemen laba dengan meningkatkan laba yang dilaporkan untuk menutupi tindakan pihak
manajer yang tidak optimal dalam memanfaatkan kekayaan perusahaan.
2.1.5 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari para pemegang saham untuk mendelegasikan pengendalian dengan tingkat tertentu kepada para
manajer. Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan
oleh jumlah utang dan equity tetapi juga oleh persentase kepemilikan oleh
manajer dan institusional. Pada perusahaan modern, kepemilikan perusahaan biasanya sangat menyebar Pujiningsih, 2011.
Terjadinya manajemen laba selain karena tindakan manajemen yang oportunistik, juga terjadi karena kurangnya pengawasan dan kontrol pada
perusahaan. Struktur kepemilikan kepemilikan manajerial dan kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
26 institusional dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada
akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan Dwi Putri, 2013.
2.1.5.1 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manjerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Jensen dan Meckling 1976 menemukan bukti bahwa kepemilikan
manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan
pemegang saham. Penelitian ini menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham
oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya.
Menurut Downes dan Godman dalam Novelma 2014, kepemilikan manajerial
insider ownership adalah para pemegang saham yang juga berarti dalam hal ini sebagai pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen yang sama
secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan yang bersangkutan. Sesuai dengan teori keagenan, konflik antara manajer dan
pemegang saham timbul karena adanya pemisahan atas kepemilikan dan kontrol, pihak insider atau manajemen cenderung menginginkan pembagian dividen kecil,
karena mereka menginginkan kelebihan aliran kas untuk membiayai investasi perusahaan, namun pihak
insider cenderung memanfaatkan kelebihan arus kas tersebut untuk memperkaya diri sendiri dan melakukan kegiatan yang tidak ada
Universitas Sumatera Utara
27 kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan tanpa memikirkan kesejahteraasn
pemegang saham, dan cenderung merugikan pemegang saham. Berdasarkan berbagai penelitian keterlibatan manajer pada kepemilikan
saham efektif untuk meningkatkan kinerja manajer. Dengan strategi ini manajer berhati-hati mengambil keputusan. Posisi manajer sangat rentan karena modal,
selain itu manajer juga berorientasi pada minimalisasi risiko sehingga dalam prakteknya apabila mendapat kesempatan cenderung melakukan kegiatan yang
menguntungkan kepentingan pribadi. Dengan adanya peluang yang merugikan perusahaan perlu dilibatkan dalam kepemilikan saham yang dikenal sebagai
kepemilikan manajerial Dewi, 2011. Manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan.
Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer
yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan
kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Dengan kata lain, presentase tertentu
terhadap kepemilikan saham oleh pihak manajemen, cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba Anggraeni, 2013.
2.1.5.2 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain. Kepemilikan
saham oleh pihak-pihak yang terbentuk institusi seperti perusahaan asuransi, bank,
Universitas Sumatera Utara
28 perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik keagenan. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan
pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat
mengurangi manajemen laba. Pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar
modal. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat
akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen Boediono, 2005. Rachmawati dan Triatmoko 2007 menyatakan bahwa dalam hubungannya
dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Ada
dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara
transfer owner sehingga hanya terfokus pada laba sekarang current earnings. Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor
institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya
memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk
menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan earnings
management. Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman
sophisticated. Menurut pendapat ini, investor lebih
Universitas Sumatera Utara
29 terfokus pada laba masa datang
future earnings yang lebih besar relatif dari laba sekarang. Investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk
melakukan analisis investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan
melakukan monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer.
2.1.6 Leverage
Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt ratio yaitu
rasio yang mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang. Tingkat
leverage dapat diketahui melalui perbandingan total hutang dengan total aset. Menurut Van Horn dalam Naftalia 2013
Financial Leverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap, dengan harapan akan
memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya, sehingga keuntungan pemegang saham bertambah. Perusahaan yang memiliki
hutang besar, memiliki kecenderungan melanggar perjanjian hutang jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki hutang lebih kecil. Rasio
leverage juga menunjukkan risiko yang dihadapi perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan, maka ketidakpastian untuk menghasilkan
laba di masa depan juga akan makin meningkat Agustia, 2013. Foster dalam Agustia 2013 mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara rasio
leverage dengan
return perusahaan. Artinya, hutang dapat digunakan untuk memprediksi keuntungan yang kemungkinan bisa diperoleh bagi investor jika berinvestasi pada
suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
30
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap
earnings management diantaranya adalah: 1.
Asward dan Lina 2015 Asward dan Lina meneliti tentang “Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue
Model”, Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komposisi dewan komisaris dan ukuran komite audit. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan
conditional revenue model yang dikembangkan oleh Stubben 2010. Penelitian ini menggunakan sampel dari
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling dan diperoleh 128 perusahaan sebagai sampel. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan
multiple regression analysis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap
manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
31 2.
Simorangkir 2015 Simorangkir meneliti tentang “Pengaruh Ukuran KAP, Proporsi Komisaris
Independen, Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Manajemen laba diukur dengan
discretionary accruals menggunakan Modified Jones Model. Populasi pada penelitian ini adalah 134 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013. Berdasarkan metode purposive
sampling, sampel yang diperoleh sebanyak 101 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa struktur kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba,
free cash flow berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap manajemen laba. Variabel ukuran KAP, proporsi
komisaris independen, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
3. Wijaya 2015
Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya adalah “Pengaruh Surplus Free Cash
Flow dan Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”. Mekanisme
good corporate governance yang digunakan pada penelitian ini antara lain: ukuran dewan komisaris, dewan komisaris independen, ukuran komite
audit, frekuensi rapat komite audit, jumlah finance experts komite audit. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2013. Total sampel penelitian adalah 139 perusahaan
yang ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
32 menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
surplus free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.
Variabel dewan komisaris independen, ukuran komite audit, frekuensi rapat komite audit, dan jumlah
finance experts komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
4. Saragih 2014
Saragih melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2010-2012 yaitu sebanyak 137 perusahaan. Pemilihan sampel menggunakan metode penentuan sampel sasaran yang berdasarkan beberapa kriteria sehingga
diperoleh sampel sejumlah 27 perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, leverage dan profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial kepemilikan institusional berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba, kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, Leverage berpengaruh positif dan signifikan
terhadap manajemen laba dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
Universitas Sumatera Utara
33 manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. 5.
Aygun et al. 2014
Judul penelitiannya adalah “ The Effect of Corporate Ownership Structure
and Board Size on Earnings Management: Evidence from Turkey”. Struktur kepemilikan perusahaan diukur dengan dua variabel yaitu kepemilikan manajerial
dan kepemilkan institusional. Penelitian ini juga menggunakan tiga variabel kontrol, diantaranya
return on assets ROA, ukuran perusahaan, dan financial leverage. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda. Sampel yang digunakan adalah perusahaan Turki yang terdaftar di
Istanbul Stock Exchange ISE selama periode 2009-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan ukuran dewan memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
manajemen laba. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa return on assets
berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, sementara financial
leverage memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. 6.
Selahudin et al. 2014
Penelitian yang dilakukan adalah tentang “ Remodelling the Earnings
Managements with the Appearance of Leverage, Financial Distress and Free Cash Flow: Malaysia and Thailand Evidences”. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 335 perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Malaysia dan 224 perusahaan publik yang terdaftar di Thailand selama periode 2010-2012.
Universitas Sumatera Utara
34 Teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penilitian ini
menunjukkan bahwa leverage dan financial distress memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan free cash flow memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. 7.
Agustia 2013 Penelitian Agustia adalah tentang “Pengaruh Faktor
Good Corporate Governance, Free Cash Flow¸dan Leverage terhadap Manajemen Laba”. Good
corporate governance diukur dengan ukuran komite audit, proporsi komite audit independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.
Discretionary accrual digunakan sebagai proksi manajemen laba. Sampel penelitian adalah 14
perusahaan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang dipilih menggunakan
purposive sampling selama periode penelitian, tahun 2007-2011. Data dianalisis menggunakan regresi berganda. Berdasarkan hasil pengujian
disimpulkan bahwa semua komponen good corporate governance ukuran komite
audit, proporsi komite audit independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba,
sedangkan leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba, dan free cash
flow berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti perusahaan dengan
free cash flow yang tinggi akan membatasi praktik manajemen laba.
8. Putri dan Yuyetta 2013
Putri dan Yuyetta meneliti tentang “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba”. Sampel dalam penelitian ini adalah 39
Universitas Sumatera Utara
35 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011
dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan ukuran KAP memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan institusional, auditor spesialisasi industri, dan independensi auditor tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen laba. 9.
Mehdi 2012 Penelitian yang dilakukan Mehdi berjudul “
Free cash flow and earnings management: The moderating role governance and ownership.” Penelitian
dilakukan pada 85 perusahaan Perancis yang terdaftar dalam SBF 120 selama periode 2001-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang
memiliki arus kas bebas yang tinggi lebih condong untuk meningkatkan pengawasan mereka terhadap laba perusahaan. Audit komite independen,
kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial mengurangi praktik manajemen laba dengan adanya arus kas bebas. Namun, dewan pengurus
independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dikarenakan
corporate governance telah disubstitusikan dengan peran monitoring mereka untuk mengurangi manajemen laba dengan adanya arus kas bebas.
10. Widyastuti 2009
Penelitian yang dilakukan Widyastuti berjudul, “Pengaruh struktur kepemilikan dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba”. Penelitian ini
dilakukan pada perusahaan publik sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Universitas Sumatera Utara
36 Indonesia yang pengumpulan datanya dilakukan pada periode tahun 2005.
Struktur kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Di sisi lain, ukuran perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Semakin besar ukuran perusahaan maka akan menyebabkan peningkatan manajemen laba. Variabel
leverage dan variabel profitabilitas juga berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama
Tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Data Hasil Penelitian
1. Asward
dan Lina 2015
Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance
terhadap Manajemen
Laba dengan Pendekatan
Conditional Revenue Model
Dependen: Earnings
Management Independen:
1. Konsentrasi
Kepemilikan 2.
Kepemilikan Institusional
3. Kepemilikan
Manajerial 4.
Komposisi Dewan
Komisaris 5.
Ukuran Komite Audit
Regresi Linier Berganda
Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
dan ukuran komite audit berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Sedangkan konsentrasi
kepemilikan, dan komposisi dewan
komisaris berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
2. Simo-
rangkir 2015
Pengaruh Ukuran KAP,
Proporsi Komisaris
Independen, Free Cash
Flow, Kepemilikan
Institusional, dan Ukuran
Perusahaan terhadap
Manajemen Laba
Dependen: Earnings
Management Independen:
1. Ukuran KAP
2. Proporsi
Komisaris Independen
3. Free Cash Flow
4. Kepemilikan
Institusional 5.
Ukuran Perusahaan
Regresi Linier Berganda
Kepemilikan institusional berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba,
free cash flow berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap
manajemen laba. Variabel ukuran KAP, proporsi
komisaris independen, dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
37
Lanjutan Tabel 2.1
No. Nama
Tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Data Hasil Penelitian
3. Wijaya
2015 Pengaruh
Surplus Free Cash Flow
dan Mekanisme
Good Corporate
Governance terhadap
Manajemen Laba
Dependen: Earnings
Management Independen:
1. Surplus Free
Cash Flow 2.
Ukuran Dewan Komisaris
3. Dewan Komisaris
Independen 4.
Ukuran Komite Audit
Regresi Linier Berganda
Surplus free cash flow berpengaruh positif
signifikan terhadap manajemen laba, ukuran
dewan komisaris berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba. Variabel
dewan komisaris independen, ukuran
komite audit, frekuensi rapat komite audit, dan
jumlah
finance experts komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
4. Saragih
2014 Pengaruh
Struktur Kepemilikan
dan Kinerja Keuangan
terhadap Manajemen
Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
Dependen: Earnings
Management Independen:
1. Struktur
Kepemilikan
2. Kinerja
Keuangan
Regresi Linier Berganda
Secara parsial kepemilikan manajerial
dan leverage berpengaruh positif dan signifikan
terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional
berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba. Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Secara simultan, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, leverage dan profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
5. Aygun
et al.
2014 The Effect of
Corporate Ownership
Structure and Board Size on
Earnings Management:
Evidence from Turkey
Dependen: Earnings
Management Independen:
1. Corporate
Ownership Structure
2. Board Size
Regresi Linier Berganda
Kepemilikan manajerial dan
return on assets memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap manajemen laba.
Kepemilikan institusional, financial leverage, dan
ukuran dewan memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap manajemen laba,
Universitas Sumatera Utara
38
Lanjutan Tabel 2.1
No. Nama
Tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Data Hasil Penelitian
6. Selahudin
et al. 2014
Remodelling the Earnings
Managements with the
Appearance of Leverage,
Financial Distress and
Free Cash Flow:
Malaysia and Thailand
Evidences
Dependen: Earnings
Management Independen:
1. Leverage
2. Financial
Distress 3.
Free Cash Flow Regresi Linier
Berganda Leverage dan financial
distress memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap manajemen laba,
sedangkan
free cash flow memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.
7. Agustia
2013 Pengaruh
Faktor Good
Corporate Governance,
Free Cash Flow¸dan
Leverage terhadap
Manajemen Laba
Dependen: Earnings
Management Independen:
1. Faktor
GCG 2.
Free Cash Flow 3.
Leverage Regresi Linier
Berganda L
everage berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Free
cash flow berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap manajemen laba. good corporate
governance tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba,
8. Putri dan
Yuyetta 2013
Pengaruh Struktur
Kepemilikan dan Kualitas
Audit terhadap Manajemen
Laba Dependen:
Earnings Management
Independen:
1. Struktur
Kepemilikan 2.
Kualitas Audit Regresi Linier
Berganda Kepemilikan manajerial
dan ukuran KAP memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap manajemen laba,
sedangkan kepemilikan institusional, auditor
spesialisasi industri, dan independensi auditor tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
manajemen laba.
9. Mehdi
2012 Free cash flow
and earnings management:
The moderating
role governance
and ownership
Dependen: Earnings
Management Independen:
1. Free Cash Flow
Regresi Linier Sederhana
Variabel free cash flow
memliki pengaruh yang signifikan terhadap
earnings management Audit komite independen,
kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap
earnings management dengan
adanya free cash flow.
Dewan penguruh independen tidak memiliki
pengaruh terhadap earnings management.
Universitas Sumatera Utara
39
Lanjutan Tabel 2.1
No. Nama
Tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Data Hasil Penelitian
10. Widyastuti
2008 Pengaruh
struktur kepemilikan
dan kinerja keuangan
terhadap manajemen
laba
Dependen: Earnings
Management Independen:
1. Struktur
Kepemilikan 2.
Kinerja Keuangan
Regresi Linier Berganda
Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap manajemen laba.
Leverage dan profitabilitas juga
berpengaruh positif terhadap manajemen laba
Kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba..
2.3 Kerangka Konseptual