Rumah Adat Tarian Pakaian Lagu

commit to user 3 Meskipun latar belakang budaya Indonesia dipengaruhi oleh budaya luar, namun ke-eskstensian budaya yang ada masih terjaga dengan baik seperti sedia kala. Kebudayaan di Indonesia biasanya bersifat turun-temurun dimana para leluhur yang telah menciptakan budaya tersebut akan terus dilestarikan oleh penerusnya. Oleh karena itu hingga kini Indonesia masih memiliki aneka ragam jenis kebudayan yang masih terjaga keasliannya Adapun beberapa jenis budaya yang dimiliki oleh Indonesia hingga saat ini adalah sebagai berikut http:www.budaya-indonesia.org:

1. Rumah Adat

1 Sumatera Barat : Rumah Gadang 2 Sumatera Selatan : Rumah Limas 3 Jawa : Joglo 4 Papua : Honai 5 Sulawesi Selatan : Tongkonang Tana Toraja, Bola Soba Bugis Bone, Balla Lompoa Makassar Gowa 6 Sulawesi Tenggara: Istana buton 7 Sulawesi Utara: Rumah Panggung 8 Kalimantan Barat: Rumah Betang 9 Nusa Tenggara Timur: Lopo

2. Tarian

1 Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog. 2 Bali: Kecak, Barong Barongan, Pendet. 3 Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji 4 Aceh: Saman, Seudati. 5 Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin 6Betawi: Yapong 7 Sunda: Jaipong, Reog, Tari Topeng 8 Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Padoa, Rokatenda, Caci 9 Batak Toba Suku Simalungun: Tortor 10 Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis 11 Pesisir SibolgaTapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari Anak , Tari Pahlawan , Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari Payung. commit to user 4

3. Pakaian

1 Jawa: Batik. 2 Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong. 3 Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro Marapule. 4 sumatra selatan: Songket 5 Lampung: Tapis 6 Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur 7 Bugis - Makassar: Baju Bodo dan Jas Tutup, Baju Labu

4. Lagu

1 Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung. 2 Maluku : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama 3 Melayu : Soleram, Tanjung Katung 4 Minangkabau : Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang 5 Aceh : Bungong Jeumpa 6 Sulawesi Selatan: Angin Mamiri, Pakarena 7 Sumatera Utara: Sinanggar Tulo, Anju Ahu 8 Papua: Apuse 9 Jawa Barat: Es Lilin Selain data-data diatas, Indonesia masih memiliki aneka ragam kebudayaan dari jenis makanan, alat musik, patung hingga karya sastra. Indonesia sebenarnya kaya akan budaya yang terlampau banyak jumlahnya hingga jika semuanya ditelusuri, masih banyak penduduk Indonesia sendiri yang tidak paham akan kebudayan tersebut. Ketidakpedulian penduduk Indonesia terhadap budaya yang dimiliki merupakan cerminan bahwa penduduk Indonesia sebagian besar tidak terlalu fokus akan budaya alamiah mereka, dan kini sudah terpengaruhi oleh budaya barat. Hal ini yang menjadikan negara lain perlahan-lahan mulai mengakui beberapa kebudayaan Indonesia menjadi kepunyaan mereka. commit to user 5 Sebutlah Malaysia yang beribukotakan Kuala Lumpur, dengan jumlah penduduk hanya 28,310,000 yang berbanding jauh dengan penduduk Indonesia. Ardiansyah dalam, http:www.roabaca.comserba-serbisejarah-konfrontasi- indonesia-vs-malaysia-6.html mengemukakan bahwa sejak awal Malaysia terlibat konflik atau konfrontasi dengan Indonesia pada tahun 1963. Konfrontasi yang terjadi pada waktu itu berawal dari integritas bangsa yang telah dilecehkan oleh Malaysia, sehingga menyebabkan Presiden Soekarno pada waktu itu sangat marah dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Menjelang akhir 1965, Jendral Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya G30SPKI. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda. Dan pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian. Setelah konfrontasi yang terjadi pada era tahun 1963 – 1966, Indonesia juga disibukkan dengan adanya konflik blok Ambalat yang hingga kini, masih terjadi pelanggaran pelintasan kapal perang Malaysia di wilayah perairan laut Sulawesi. Seolah-olah pihak Malaysia sengaja memancing kemarahan Pemerintah Indonesia untuk segera bertindak terhadap status blok tersebut. Meskipun berdasarkan hasil pemetaan dan letak geografi oleh Mahkamah Internasional commit to user 6 PBB, letak ambalat masih masuk dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Lantas apa yang ingin dikuasai oleh Malaysia terhadap Ambalat? Ternyata ulah Malaysia memang sudah dapat ditebak bahwasanya pulau Ambalat memiliki blok-blok yang didalamnya berisi minyak dan gas yang berlimpah. Tidak heran apabila Malaysia bersikukuh mendapatkan Ambalat setelah berhasil memenangkan pulau Sipadan dan Ligitan oleh Mahkamah Internasional. Masalah demi masalah kini terus berdatangan terhadap hubungan Indonesia – Malaysia, belum lagi kasus Ambalat selesai dan kasus TKI, kini Indonesia disibukkan dengan adanya klaim budaya yang dilakukan oleh Malaysia. Pengakuan terhadap kebudayaan Indonesia berawal pada perebutan status batik dimana Malaysia entah secara sengaja atau tidak memperkenalkan batik sebagai salah satu dari kebudayaan asli mereka. Belum lagi tuntas dengan masalah batik, Malaysia berulah dengan mengakui angklung, yang notabene -nya alat kesenian Jawa Barat sebagai salah satu alat musik kebudayaan mereka. Masalah datang silih berganti, ketidaktegasan Pemerintah Indonesia dalam melindungi dan mempertahankan kebudayaannya menjadikan celah bagi Malaysia untuk terus ‘masuk’ dari belakang. Sempat terbesik kabar bahwa Malaysia juga ikut mengklaim Keris sebagai salah satu warisan kebudayaan mereka. Kemudian disusul penggunaan lagu Rasa Sayange pada salah satu iklan pariwisata Malaysia. Hal ini juga membuat Indonesia kebakaran jenggot melihat kesewenang- wenangan Malaysia terhadap kebudayaan Indonesia. Berbagai protes datang silih berganti menghujat Malaysia, baik dari kalangan budayawan Indonesia, LSM, commit to user 7 mahasiswa hingga pelajar-pelajar sekolah dasar ikut melakukan demonstrasi kepada Malaysia. Lantas belum ada titik terang dari masalah tersebut, muncul isu mengenai tarian Reog di Indonesia bahwasanya asal-usulnya berasal dari tarian Reog Malaysia. Isu tersebut secara tidak langsung mengakui bahwa Reog merupakan bagian dari kebudayaan mereka. Hal ini membuat kumpulan atau komunitas Reog Ponorogo marah-marah dan melakukan demonstrasi di Kedutaan Malaysia yang terletak di jalan H.R Rasuna Said Jakarta Selatan itu. Dari beberapa kejadian tersebut, Malaysia akhirnya meminta maaf kepada Indonesia atas hal penggunaan lagu Rasa Sayange dan Isu Reog tersebut. Namun tidak ada tanda-tanda kejelasan mengenai isu klaim batik dan angklung tersebut. Setelah kejadian tersebut hubungan kedua negara belum sepenuhnya pulih, hingga mulai memanas lagi ketika kapal patroli Malaysia terlihat melintasi dan menjaga Kepulauan Ambalat sekitar pertengahan tahun 2009 serta diikuti dengan kemunculan Tari Pendet pada iklan pariwisata Malaysia, yang secara tidak langsung juga Malaysia mengakui bahwa Tari Pendet adalah kepunyaan mereka. Berdasarkan historikal konflik budaya Indonesia – Malaysia tersebut mendorong peneliti untuk melakukan kajian dengan fokus perbandingan isi berita yang dimuat oleh dua surat kabar dari negara masing-masing, yakni Utusan Malaysia dan Media Indonesia. Pemilihan surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia berdasarkan berbagai pertimbangan. Pertama , konflik ini menyangkut dua negara yang bertetanggaan, dengan ras yang serumpun dan jenis bahasa yang hampir mirip. Oleh karena itu peneliti ingin membandingkan isi berita kedua surat kabar tersebut commit to user 8 agar terkesan adil melihat sudut pandang permasalahan dari kedua belah surat kabar dari negara masing-masing. Utusan Malaysia sesuai namanya adalah koran nasional yang berasal dari Malaysia dan diakui sebagai koran nasional terbaik di negaranya. Penduduk Malaysia mempunyai pandangan tersendiri mengenai konflik budaya tersebut. Diantaranya seperti yang diungkapkan mantan Menteri Penerangan Malaysia Tan Sri Zainuddin pada surat kabar Utusan Malaysia, bahwa suasana kebebasan baru dari media di Indonesia menyebabkan penyebaran informasi terjadi dengan cepat dan tanpa pembatasan termasuk bersifat benar dan tidak benar, resmi dan tidak resmi, setengah benar, sensasi dan provokasi. Adanya pendapat yang lain juga disinggung oleh Perdana Menteri Tun Abdul Najik bahwasanya tidak ada keuntungan yang diperoleh dari pertikaian tersebut, lebih banyak peluang yang bisa diperoleh dari interaksi hubungan diplomasi kedua negara http:www.utusan.com.my. Mengenai surat kabar Media Indonesia yang notabene -nya merupakan koran nasional terbesar kedua di Indonesia menyajikan isi berita terkait konflik budaya Indonesia – Malaysia dengan porsi yang lebih banyak dari surat kabar nasional lainnya. Pandangan penduduk Indonesia yang dirangkup dalam media tersebut juga beragam dalam menanggapi konflik tersebut. Seperti halnya yang dikatakan oleh Al Azhar seorang Budayawan Riau yang menegaskan bahwa klaim Malaysia atas Tari Pendet sebagai tari asli negara itu sama sekali tidak masuk akal. Klaim itu justru menunjukkan kebohongan besar bangsa Malaysia, karena dalam sejarah Melayu tidak pernah disebutkan Tari Pendet merupakan tari daerah commit to user 9 semenanjung Malaya maupun Riau http:www.mediaindonesia.com. Perbedaan sikap dan pandangan antara kedua negara membuktikan bahwa terkadang media massa sepenuhnya tidak bersikap netral, apalagi berkaitan dengan unsur nasionalisme. Pada dasarnya manusia-manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan boilogis mereka. Kebiasaan-kebiasaan, praktik-praktik, dan tradisi-tradisi untuk terus hidup dan berkembang diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu. Budaya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh setiap faset aktivitas manusia Mulyana dan Rakhmat, 2009:55. Pertimbangan kedua , surat kabar Utusan Malaysia dan Media Indonesia memiliki market yang cukup besar di negara masing-masing, serta memiliki pembaca yang beragam latar belakang. Ketiga , masing-masing surat kabar tersebut merupakan surat kabar non pemerintah yang independen.

B. Perumusan Masalah