3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memilki kewenangan dan kebijakan
sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan operasi sulit untuk didefinisikan maka
manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi. Dalam hal ini dapat digunakan sewaktu-waktu untuk meratakan laba melihat kondisi
pendapatan periode itu. Teknik-teknik itu memang mungkin untuk dilakukan karena Prinsip
Akuntansi Berterima Umum PABU memberikan berbagai pilihan dalam mencatat berbagai peristiwa keuangan. Manajemen memiliki keleluasan untuk
menganti satu metode ke metode yang lain. Keleluasan untuk memakai teknik- teknik akuntansi dalam mencatat terbukti telah disalahgunakan oleh manajemen
untuk melakukan perataan laba. Bahkan Koch 1981 dalam Hapsari 2012 mensinyalir bahwa perataan laba banyak dilakukan dengan menggunakan teknik-
teknik akuntansi yaitu dengan merubah kebijakan akuntansi.
2.6 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba
2.6.1 Return on Assets ROA
Menurut Brigham dan Houston 2010 :148, “Rasio laba bersih terhadap
total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva ROA setelah bunga dan
pajak”. Menurut Sitanggang 2012:30 bahwa Return on Assets ROA merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih dari jumlah dana yang diinvestasikan perusahaan atau total aset perusahaan. untuk
menentukan jumlah dana yang diinvestasikan dalam beberapa literatur jumlah investasi disamakan dengan total aset, hal ini dapat diterima selama semua aset
Universitas Sumatera Utara
dioperasionalkan dalam operasi utama perusahaan core business. Artinya tidak ada aset yang masih belum dioperasionalkan atau dioperasionalkan tetapi bukan
untuk operasional utama perusahaan. Return on InvestmentAssets menunjukan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aset yang dipergunakan Syahyunan, 2015:106. Sedangkan menurut Mardiayanto 2009: 196 dalam “ROA adalah ratio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi”. Return on Assets ROA digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan laba melalui pengoperasian aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimilki sebuah perusahaan maka semakin efesien penggunaan aktiva
sehingga akan memperbesar laba. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas adalah
tingkat keuntungan bersih yang dicapai perusahaaan. Rasio profitabilitas dengan menggunakan pengukuran. Return on Assets ROA merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak dari total aset yang dimilikinya. alat untuk mengukur sejauh mana perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aktiva atau aset yang diliki perusahaan. Dengan kata lain, semakin tinggi ROA maka semakin baik
profitabilitas assets dalam memperoleh keuntungan bersih. ROA dapat dirumuskan sebagai berikut Brigham dan Houston, 2010:148:
Return on Assets =
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 Net Profit Margin NPM
Brigham dan Houston Net Profit Margin adalah rasio yang mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Menurut Syahyunan, 2015:106 Net
Profit Margin NPM adalah rasio untuk mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjualan. NPM digunakan untuk menunjukan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih antara laba bersih dengan penjualan.
Semakin besar Net Profit Margin menunjukan kinerja perusahaan yang produktif untuk memperoleh laba yang tinggi melalui tingkat penjualan tertentu
serta kemampuan perusahaan yang baik dalam menekan biaya-biaya operasional. Dengan kata lain, semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin
produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan perusahaan
secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Para
investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai
apakah perusahaan itu profitabel atau tidak. Pengukuran Net Profit Margin yang digunakan adalah Brigham dan Houston, 2010:146:
Net Profit Margin =
Universitas Sumatera Utara
2.6.3 Debt to Equity Ratio DER
Debt to Equity Ratio DER merupakan perhitungan leverage sederhana yang membandingkan total utang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas
modal sendiri dalam menanggung resiko. Ratio ini menggambarkanMenurut Syahyunan 2015:105 Debt to Equity Ratio DER adalah perbandingan hutang
dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Total hutang
merupakan total kewajiban baik utang jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan total ekuitas merupakan total modal sendiri meliputi total modal
saham yang disetor dan laba yang ditahan yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Sitanggang 2012:25 Debt to Equity Ratio DER, yaitu ratio
antara total utang dengan total ekuitas dalam perusahaan yang memberi gambaran perbandingan antara total utang dengan modal sendiri equity perusahaan. Debt
to Equity Ratio menunjukan proporsi hutang terhadap modal yang dimiliki. DER sering digunakan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan yang dilakukan
berdasarkan pada laba yang diperoleh perusahaan. Seorang kreditur akan memberikan kredit pada perusahaan yang mempunyai laba yang stabil karena laba
yang stabil memberikan keyakinan pada kreditur bahwa perusahaan akan mampu membayar hutangnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin rendah DER semakin baik. DER yang tinggi menunjukan nilai resiko semakin tinggi yang
menunjukan peningkatan dari resiko pada kreditur berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Dengan kata lain, semakin
Universitas Sumatera Utara
besar rasio ini berarti semakin besar peranan utang dalam membiayai aset perusahaan. Pengukuran Debt to Equity Ratio yang digunakan adalah Brigham
dan Houston, 2010:143: Debt to Equity Ratio =
2.6.4 Firm Size Ukuran Perusahaan
Menurut Iskandar 2014, bahwa Firm Size atau ukuran perusahaan adalah sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya bagi suatu objek yang berupa aset
perusahaan. Menurut ukurannya perusahaan dapat diklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu: besar, menengah, dan kecil.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, long Size, nilai
pasar saham dan lain-lain Andriani , 2011. Ukuran perusahaan menunjukan besar atau kecilnya kekayaan assets yang dimiliki oleh perusahaan. Besar atau
kecilnya perusahaan dapat dilihat dari total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan, nilai pasar atas saham perusahaan tersebut, dan lain-lain. Besar
kecilnya suatu perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang
dihadapinya. Kemampuan
suatu perusahaan
untuk beroperasi
dapat mempengaruhi pendapatan saham perusahaannya.
Jika perusahaan memiliki total aktiva assets yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aktiva yang ada diperusahaan terrsebut.
Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dirasakan oleh pemilik atas asetnya. Ukuran perusahaan yang besar memudahkan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dalam masalah pendanaan. Perusahaan umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang tinggi dalam masalah pendanaan melalui pasar
modal. Kemudahan ini bisa ditangkap sebagai informasi yang baik. Firm Size dapat dirumuskan sebagai berikut Ashari, 1994:
Firm Size = Ln Total Assets
2.7 Penelitian Terdahulu