logistik pada penelitian ini. Hal ini menunjukan bahwa variabel Return on Assets ROA, Net Profit Margin NPM, Debt to Equity Ratio DER, dan FirmSize
mempunyai pengaruh sangat lemah terhadap praktik perataan laba Y.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Ef ek Indonesia selama periode 2011-2015 terdapat
perusahaan yang masih melakukan praktik perataan laba. Pengklasifikasi perusahaan yang melakukan praktik perataan laba atau tidak dengan menggunakn
perhitungan Indeks Eckel. Hal ini dibuktikan dalam penelitian ini bahwa dari 49 sampel penelitian dari sektor Manufaktur Terbuka yang diteliti ada 15 perusahaan
atau 31 yang melakukan praktik perataan laba,sedangkan sisanya 34 perusahaan atau 69 tidak melakukan praktik perataan laba. Sedangkan pengujian terhadap
empat variabel yang diduga mempengaruhi perataan laba menggunakan regresi logistik.
4.3.1 Pengaruh Return on Assets terhadap Praktik Perataan Laba
Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa variabel Return on Assets ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien dari ROA sebesar 3,267. Nilai koefisien yang bernilai positif
berarti variabel ROA berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba yang diproksikan dengan indeks Eckel. Diketahui nilai Prob. Dari ROA 0,000 0,05,
sehingga H
a
1 diterima dan menolak H 1. Maka ROA berpengaruh positif dan
Universitas Sumatera Utara
signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini menandakan bahwa ROA yang tinggi cenderung melakukan praktik perataan laba.
Perusahaan cenderung menurunkan laba saat memperoleh laba yang tinggi. Tingkat ROA yang stabil memiliki keuntungan bagi manajemen karena akan
mengamankan posisi atau jabatan dalam perusahaan. Manajemen terlihat memiliki kinerja yang baik yang dinilai dari laba yang dihasilkannya. Tingkat
profitabilitas yang stabil juga memberikan keyakinan pada investor atas investasi yang dilakukan karena perusahaan dinilai baik dalam menghasilkan laba.
Hal ini sesuai dengan teori the political cost hypothesis dalam positive accounting theory yang dikutip oleh Ratnasari 2012 menyatakan bahwa manajer
perusahaan akan memilih prosedur-prosedur akuntansi yang dapat menunda peloporan laba periode sekarang ke periode yang akan datang. Hal ini bertujuan
untuk menghindari kewajiban pajak dan berbagai aturan yang kurang menguntungkan bagi perusahaan. semakin besar biaya politik yang dihadapi oleh
perusahaan menyebabkan semakin besarnya usaha manajer untuk memilih kebijakan akutansi yang dapat menunda peloporan laba dari periode sekarang ke
periode yang akan datang. Hal ini sejalan dengan penelitian Iskandar 2014, Ratnasari 2012,
Andriani 2011, dan Prabayanti dan Yasa 2010 yang mengemukakan ROA berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Namun, tidak sesuai dengan
penelitian Styaningrum 2016 yang menyatakan ROA tidak berpengaruh terhadap Indeks Perataan Laba.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Pengaruh Net Profit Margin terhadap Praktik Perataan Laba
Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa variabel Net Profit Margin NPM berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap praktik perataan laba
pada perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien dari NPM sebesar 1,882 dengan nilai Prob. sebesar 0,025
0,05. Nilai koefisien yang bernilai positif berarti variabel NPM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba yang diproksikan dengan
indeks Eckel. Sehingga H
a
2 diterima dan menolak H 2.
Perusahaan yang memiliki NPM yang besar menunjukan kinerja perusahaan dalam kondisi baik. Dan hal ini tentu akan meningkatkan kepercayaan investor
untuk melakukan investasi pada perusahaan. Sehingga diduga rata-rata perusahaan dalam sampel penelitian belum memiliki kinerja yang cukup baik,
sehingga manajemen melakukan praktik perataan laba untuk memperbaiki kinerja perusahaan agar terlihat efektif dimata investor. Hasil ini konsisten dengan
penelitian Siregar 2016, Iskandar 2014 dan Dewi 2012, namun bertentangan dengan penelitian Styaningrung 2016 yang menyatakan bahwa Net Profit
Margin tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
4.3.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Praktik Perataan Laba
Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa variabel Debt to Equity Ratio DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien dari DER sebesar -0,853. Nilai koefisien yang bernilai negatif
berarti variabel DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap praktik
Universitas Sumatera Utara
perataan laba yang diproksikan dengan indeks Eckel. Diketahui nilai Prob. Dari DER 0,003 0,05, Hasil dari penelitian ini bertolak belakang dengan arah yang
dihipotesiskan sehingga H
a
3 ditolak dan menerima H 3.
DER berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba disebabkan oleh data rata-rata DER peruasahaan dalam sampel cenderung rendah. Nilai DER
minimum sebesar 0,06 dan nilai DER maksimum adalah sebesar 7,44. Dengan nilai rata-rata DER sebesar 0,885 sehingga resiko perusahaan menggunakan
proporsi struktur modal yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha tidak terlalu tinggi. Dengan kata lain, perusahaan tidak bergantung pada modal sendiri
dalam membiayai utang perusahaannya. Dengan DER yang rendah, maka perusahaan tidak memiliki resiko dan dampak yang besar terhadap utang
perusahaan pada pihak luar, dengan kondis tersebut manajemen cenderung untuk tidak melakukan praktik perataan laba untuk menarik investor berinvestasi di
perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siregar 2016 Chi-Yih
Yang, et 2010 dan penelitian Prabayanti dan Yasa 2010. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Styaningrum 2016 yang menyatakan bahwa
DER berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Dimana perusahaan yang menggunakan DER yang tinggi membuat perusahaan berusaha untuk memberikan
informasi laba yang lebih baik, agar para investor masih percaya kepada perusahaan tersebut. Semakin banyaknya perjanjian hutang memungkinkan
perusahaan menggunakan perataan laba sebagai metode untuk memenuhi perjanjian hutangnya.
Universitas Sumatera Utara
4.3.4 Pengaruh Firm Size terhadap Praktik Perataan Laba Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa variabel Firm Size berpengaruh
positif dan signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien dari Firm
Size sebesar 0,317. Nilai koefisien yang bernilai positif berarti variabel Firm Size
berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang diproksikan dengan indeks Eckel. Diketahui nilai Prob. Dari Firm Size 0,049 0,05, Hasil dari penelitian ini
sejalan dengan arah yang dihipotesiskan sehingga H
a
4 diterima dan menolak H 4.
Firm Size atau ukuran perusahaan diproksikan dengan Ln total aktiva berpengaruh positif terhadap perataan laba karena perusahaan besar cenderung
mendapatkan perhatian lebih dari analis dan investor. Perusahaan besar juga sering menjadi objek pemeriksaan yang lebih ketat dari pemerinttah dan
masyarakat umum. Oleh karena itu, perusahaan akan mengindari fluktuasi laba yang terlalu drastis dengan melakukan praktik perataan laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dewi 2012 dan Ratnasari 2012 Namun bertentangan dengan penelitian Andriani 2011 dan penelitian
Prabayanti dan Yasa 2010 yang menyatakan ukuran perusahaan atau Firm Size berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan