2.9 Kerangka Konseptual 2.9.1 Pengaruh Return on Assets
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang dicapai perusahaaan. Return on Assets ROA merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
mendapatkan laba dalam suatu waktu tententu. ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba melalui pengoperasian aktiva
yang dimiliki. Semakin tinggi ROA maka semakin baik profitabilitas assets dalam memperoleh keuntungan bersih. Perhatian investor yang besar pada tingkat
profitabilitas perusahaan dapat mendorong manajer untuk melakukan perataan laba. Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat
pengembalian yang semakin tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan usaha manajer perusahaan untuk menampilkan performa terbaik dari perusahaan yang
dipimpinnya. Salah satu tolok ukur performa terbaik dari perusahaan yang baik adalah adanya kestabilan laba, sehingga laba selalu menjadi pusat perhatian dalam
laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan teori the political cost hypothesis dalam positive
accounting theory yang dikutip oleh Ratnasari 2012 menyatakan bahwa manajer perusahaan akan memilih prosedur-prosedur akuntansi yang dapat
menunda peloporan laba periode sekarang ke periode yang akan datang. Hal ini bertujuan untuk menghindari kewajiban pajak dan berbagai aturan yang kurang
menguntungkan bagi perusahaan. Semakin besar biaya politik yang dihadapi oleh perusahaan menyebabkan semakin besarnya usaha manajer untuk memilih
Universitas Sumatera Utara
kebijakan akutansi yang dapat menunda peloporan laba dari periode sekarang ke periode yang akan datang.
2.9.2 Pengaruh Net Profit Margin
Net Profit Margin NPM dapat memperlihatkan seberapa besarnya laba bersih perusahaan diperoleh pada setiap penjualan. Net Profit Margin NPM
diduga mempengaruhi praktik perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan objek perataan penghasilan. NPM yang besar menunjukan
kinerja perusahaan dalam kondisi yang baik. Hal ini tentu akan meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada perusahaan. Sehingga
diduga rata-rata perusahaan dalam sampel penelitian belum memiliki kinerja yang cukup baik, sehingga manajemen melakukan praktik perataan laba untuk
memperbaiki kinerja perusahaan agar terlihat efektif dimata investor.
2.9.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio DER adalah perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan
untuk memenuhi seluruh kewajibannya. DER menggambarkan komposisistruktur modal perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Semakin
tinggi DER menunjukkan semakin tinggi komposisi utang perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri sehingga berdampak besar pada beban
perusahaan terhadap pihak luar. Diduga bahwa semakin besar DER maka semakin tinggi tingkat hutang, sehingga semakin besar resiko yang harus ditanggung oleh
investor.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, untuk mengimbangkan tingkat resiko yang tinggi, maka pihak manajemen akan melakukan praktik perataan laba agar dapat menarik minat
investor untuk berinvestasi. Tindakan manajer melakukan praktik perataan laba disebabkan karena manajer ingin menunjukan bahwa perusahaan yang
dipimpinnya mempunyai resiko yang rendah dan merupakan lahan yang menarik untuk menanamkan modal bagi investor. Teori the debt covenant hypothesis
menyebutkan bahwa manajer perusahaan yang mempunyai berbagai perjanjian hutang akan cenderung menggunkan metode akuntansi yang dapat memindahkan
pelaporan laba pada masa yang akan datang menjadi laba masa kini. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan technical default dan mememuhi
persyaratan kredit yang diajukan oleh kreditur.
2.9.4 Pengaruh Firm Size
Firm Size Ukuran Perusahaan adalah salah satu skala untuk mengklasifikasikan perusahaan. Ukuran perusahan adalah sebagai suatu
perbandingan besar atau kecilnya bagi suatu objek yang berupa aset perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan asset yang
dimiliki oleh perusahaan. Ratnasari 2012 menemukan bukti empiris bahwa
perusahaan-perusahaan besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
kecil karena perusahaan besar menjadi objek pemeriksaan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum. Dengan adanya pemeriksaan dari pemerintah
perusahaan tidak ingin menampilkan laba yang berfluktuasi terlalu tinggi,
Universitas Sumatera Utara
sehingga dilakukan perataan laba. Besaran perusahaan dapat dinilai dari total aktiva.
Dalam penelitian Dewi 2012 menyebutkan bahwa perusahaan besar cenderung melakukan praktik perataan laba karena perusahaan besar cenderung
mendapatkan perhatian lebih besar dari analis dan investor. Oleh karena itu, perusahaan besar akan menghindari fluktuasi laba terlalu drastis, sebab kenaikan
laba akan menyebabkan bertambahnya pajak. Dan sebaliknya penurunan laba kan memberikan image perusahaan yang kurang baik. Maka perusahaan besar
diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba.
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat ditunjukan pada Gambar 2.2
berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
2.10 Hipotesis