2.5 Perataan Laba 2.5.1 Pengertian Perataan Laba
Income smooting merupakan pola manajemen laba yang dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat
mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Berikut beberapa ahli memberikan pengertian perataan laba income smoothing: 1.
Perataan laba menurut Beidleman 1973 sebagai berikut: “meratakan earning
yang dilaporkan sebagai pengurangan secara sengaja fluktuasi disekitar tingkat earning tertentu yang dianggap n
ormal bagi sebuah perusahaan”. Dalam pengertian ini perataan mempresentasikan sebuah upaya yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam earning sepanjang diijinkan oleh prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.
2. Sedangkan Koch 1981 menyebutkan perataan laba dapat didefinisikan
sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara
artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Tindakan perataan laba yang sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam batasan
Generally Accepted Accounting Principles GAAP, mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan.
3. Menurut Belkaoui perataan laba income smoothing
adalah “pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-
Universitas Sumatera Utara
tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan”.
4. Menurut Fuddenberg dan Tirole dalam penelitian Budileksamana dan Andriani
2011 berpendapat bahwa perataan laba adalah suatu proses manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang dilaporakan terlihat stabil.
5. Dari hasil penelitian Budhijono 2009 perataan laba atau income smoothing
adalah suatu cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi income baik secara artifisial atau ekonomi.
Tindakan ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan laba menjadi menyesatkan. Oleh karena itu, akan mengakibatkan terjadinya
kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pihak eksternal Hasanah, 2013. Tindakan ini
dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan manajemen perusahaan dalam mengelola laba perusahaannya. Perencanaan yang direncanakan atau disengaja
mengacu secara spesifik kepada keputusan atau pilihan yang disengaja untuk meredam fluktuasi pendapatan ke suatu tingkat tertentu. Oleh sebab itu, perataan
yang dibuat atau disengaja ini pada dasarnya adalah suatu perataan akuntansi yang menggunakan fleksibilitas yang ada dalam prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan pilihan-pilihan serta kombinasi-kombinasi yang tersedia untuk meratakan laba.
Dari berbagai definisi perataan laba diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa perataan laba adalah suatu tindakan manajemen untuk mengurangi
fluktuasi laba agar laba yang dilaporkan terlihat stabil. Dengan kata lain perataan
Universitas Sumatera Utara
laba adalah suatu tindakan manipulasi yang sengaja, yang dilakukan oleh manajemen terhadap fluktuasi laba yang dilaporkan agar laba perusahaan berada
di tingkat yang dianggap normal oleh perusahaan atau dengan kata lain agar laba yang dilaporkan perusahaan terlihat stabil sepanjang diijinkan oleh prinsip
akuntansi dan manajemen yang sehat.
2.5.2.Klasifikasi dan Jenis Perataan Laba
Berdasarkan penelitian Eckel 1981 dalam Dewi dan Zulaikha 2011 perataan laba digolongkan kedalam dua tipe yaitu perataan alami naturally
smoothing dan perataan yang disengaja intentionally smoothing. Perataan laba berdasarkan tipe disengaja intentionally smoothing terbagi atas artifical
smoothing dan real smoothing.
Sumber: Nom Eckel 1981 The Income Smoothing Hypothesis Revisited, Abacus Vol 17, No dalam Dewi dan Zulaikha, 2011
Gambar 2.1 Tipe Perataan Laba SMOOTH INCOME STREAM
Intentionally Being Smoothed by
Management
Naturally Smooth
Artificial Smoothing
Real Smoothing
Universitas Sumatera Utara
Pada Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa perataan laba digolongkan kedalam dua tipe, yaitu: Naturally Smooth dan Intentionally Being Smoothed by
Management. Naturally Smooth perataan secara alami, perataan ini mempunyai implikasi bahwa sifat proses perataan laba itu sendiri menghasilkan suatu aliran
laba yang rata. Hal ini kita dapati pada perolehan penghasilan dari keperluanpelayanan umum, dimana aliran laba yang ada akan rata dengan
sendirinya tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Intentionally Being Smoothed by Management perataan yang disengaja
dikenal juga dengan designed smoothing, perataan ini berbeda dengan naturally smoothing yang terjadi secara alami. Pada designed smoothing, perataan yang
terjadi diakibatkan adanya intervensi atau campur tangan dari pihak lain, dalam hal ini adalah manajemen. Designed smoothing dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
Artifical smoothing accounting smoothing dan Real smoothing transactional atau economic smoothing.
Artifical smooting muncul ketika manajemen manipulasi waktu pencatatan akuntansi untuk menghasilkan perataan laba. Artifical smoothing merupakan
implementasi prosedur-prosedur akuntansi untuk memindahkan beban danatau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Real smoothing muncul ketika
manajemen melakukan tindakan untuk mengendalikan kejadian ekonomi tertentu yang mempengaruhi laba yang akan datang Eckel, 1981.
Universitas Sumatera Utara
2.5.3 Tujuan Perataan Laba
Seperti halnya definisi, tujuan dari perataan laba juga mendatangkan berbagai pendapat dari para peneliti terdahulu. Menurut Siregar 2016 tujuan
yang ingin dicapai oleh manajemen dalam perataan laba yaitu: 1.
Mencapai keuntungan pajak. 2.
Untuk memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen.
3. Mengurangi fluktuasi pada laporan laba dan mengurangi resiko, sehingga
harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar. 4.
Untuk menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil. 5.
Untuk menjaga posisikedudukan mereka dalam perusahaan. Adapun tujuan perataan laba menurut Foster 1986 dalam Siregar 2016
adalah sebagai berikut: 1.
Memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah.
2. Memberikan informasi yang relavan dalam melakukan prediksi terhadap laba
di masa mendatang. 3.
Meningkatkan kepuasan relasi bisnis 4.
Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen. 5.
Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. Menurut Hepworth 1953 dalam Iskandar 2014 tindakan perataan laba
yang dilakukan oleh manajemen pada dasarnya untuk mendapat berbagai keuntungan ekonomis dan psikologis yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Mengurangi total pajak.
2 Meningkatkan kepercayaan dari manajer.
3 Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan.
4 Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingi dan
gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
2.5.4 Motivasi dan Alasan Perataan Laba
Menurut Hepworth 1953 dalam Dewi dan Zulaikha 2011 bahwa praktik perataan laba yang dilakukan oleh manajemen merupakan suatu tindakan yang
rasional dan logis karena adanya alasan perataan laba sebagai berikut: 1
Sebagai teknik untuk mengurangi laba dan menaikan biaya pada tahun berjalan sehingga pajak yang terhutang atas perusahaan menjadi kecil.
2 Sebagai bentuk peningkatan citra perusahaan dimata investor, karena
mendukung kestabilan penghasilan dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan investor ketika perusahaan mengalami kenaikan atas laba yang
diperolehnya. 3
Sebagai jembatan penghubung antara manajemen perusahaan dengan karyawannya. Perataan laba dapat menstabilkan adanya fluktuasi laba,
sehingga dengan dilakukannya perataan laba tersebut karyawan dapat terhindar dari adanya penurunan upah yang diminta oleh karyawan ketika perusahaan
mengalami penurunan atas laba yang diperolehnya. Dipihak lain, berdasarkan penelitian Dye 1988 dalam Ratnasari 2012
pemilik mendukung perataan penghasilan karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal menunjukan maksud pemilik untuk
Universitas Sumatera Utara
meminimalkan biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukan oleh usaha pemilik saat ini
untuk mengubah persepsi investor prospektif atau potensial terhadap nilai perusahaan.
Alasan seseorang manajer melakukan praktik perataan laba menurut penelitian Sitinjak 2010 dalam Siregar 2016 adalah sebagai berikut:
a. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan para investor karena
laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan dividen yang stabil pula sebagaimana yang diinginkan para investor.
b. Penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui periode
beberapa metode tertentu, manajemen dapa mengurangi kewajiban perusahaan secara keseluruhan.
c. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajemen dan pekerja
karena kenaikan yang tajam dalam laba yang dilaporkan dapat menimbulkan permintaan upah yang lebih tinggi bagi para karyawan.
d. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada ekonomi
dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihindari serta rasa pesimis dan optimis dapat dikurangi.
2.5.5 Dimensi Perataan Laba
Dalam penelitian Dewi dan Zulaikha 2011 membedakan ketiga dimensi perataan tersebut sebagai berikut:
1. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan atau pengakuan peristiwa. Artinya,
manajemen dapat menentukan waktu transaksi aktual terjadi sehingga
Universitas Sumatera Utara
pengaruh transaksi tersebut terhadap laba yang dilaporkan cenderung rata sepanjang waktu. Cara ini merupakan rekayasa laba berdasarkan pada
penetapan waktu terjadinya transaksi yang lebih fokus pada pilihan manajemen dari pada persoalan akuntansi. Oleh karena itu, perataan jenis ini tidak hanya
dibahas pada literatur akuntansi. Disamping karena sulit untuk didentifikasi, hal ini juga hampir dapat dikatakan menyimpang. Contoh sederhana dapat
ditunjukan dengan penentuan nilai saat penjualan. Menyadari bahwa laba perusahaan pada tahun berjalan sudah terlalu tinggi dan mengkhawatirkan
sehingga pihak manajemen memutuskan untuk menangguhkan transaksi penjualan yang seharusnya terjadi pada akhir tahun berjalan menjadi penjualan
awal tahun. Dengan bertambahnya laba tersebut akan mengakibatkan penurunan laba pada periode yang akan datang.
2. Perataan melalui alokasi sepanjang waktu.Atas dasar terjadinya dan diakuinya
peristiwa tertentu, manajemen memiliki media pengendalian dalam penentuan laba pada periode yang terpengaruh oleh kualifikasi peristiwa tersebut.
3. Perataan melalui klasifikasi classificarity smoothing. Jika angka-angka dalam
laporan laba rugi selain laba bersih merupakan proyek dari perataan laba, maka manajemen dapat dengan mudah mengklasifikasi elemen-elemen dalam
laporan laba rugi sehingga dapat mengurangi variasi setiap periodenya.
2.5.6 Sasaran Perataan Laba
Sasaran dalam melakukan perataan laba dapat difokuskan pada aktivitas yang umumnya dilakukan oleh pihak manajemen untuk mempengaruhi aliran
dana atau informasi. Artinya untuk menciptakan laporan keuangan yang
Universitas Sumatera Utara
diinginkan, manajemen dapat memasukan informasi yang seharusnya dilaporkan pada periode yang telah lalu atau yang akan datang kedalam periode saat ini atau
sebaliknya. Menurut Foster 1986 dalam Hapsari 2012 mengklasifikasikan beberapa
unsur dalam laporan keuangan yang sering kali dijadikan sasaran untuk melakukan perataan laba, antara lain:
1. Unsur penjualan
1 Pada saat pembuatan faktur penjualan, misalnya pihak manajemen
melakukan transaksi penjualan yang sebenarnya terjadi untuk periode yang akan datang tetapi pembuatan fakturnya dilakukan dan dilaporkan sebagai
penjualan pada periode saat ini. 2
Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar menghasilkan perusahaan periode saat ini menjadi lebih tinggi dari
yang seharusnya dilaporkan. 3
Dengan cara downgrading menurunkan nilai produk. Misalnya dengan cara menuliskan dalam faktur penjualan bahwa produk yang dijual termasuk
dalam kelompok produk rusak atau cacat, sehingga harga yang tercantum menjadi lebih rendah dari harga yang sebenarnya terjadi. Dengan hasil akhir
dalam laporan keuangan bahwa penghasilan dari penjualan perusahaan menjadi lebih rendah dari penjualan yang seharusnya terjadi.
2. Unsur Biaya
1 Memecah faktur pembelian.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya faktur untuk sebuah pembelian atau pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda, sehingga kemudian
dilaporkan kedalam beberapa periode akuntansi yang berbeda. Dengan memecah faktur pembelian juga memungkinkan terjadinya peningkatan
biaya angkut barang dan atau peningkatan biaya administrasi yang semula hanya satu kali menjadi beberapa kali.
2 Mencatat biaya dibayar dimuka prepayment sebagai biaya.
Misalnya melaporkan sewa dibayar dimuka untuk periode yang akan datang sebagai biaya sewa untuk periode saat ini.
2.5.7 Teknik Perataan Laba
Adapun beberapa teknik yang digunakan dalam perataan laba dari penelitian Hapsari 2012 diantaranya adalah :
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi melalui
kebijakan manajemen itu sendiri accrual, misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menerapkan
kebijakan diskon dan kredit sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada akhir bulan terakhir tiap kwartil, sehingga
laba kelihatan stabil pada periode tertentu. 2.
Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer memiliki kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan ada atau beban untuk periode
tertentu. Misalnya, jika penjualan meningkat maka manjemen dapat membebankan biaya riset dan penelitian serta amortisasi goodwill pada periode
itu untuk menstabilkan laba.
Universitas Sumatera Utara
3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memilki kewenangan dan kebijakan
sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan operasi sulit untuk didefinisikan maka
manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi. Dalam hal ini dapat digunakan sewaktu-waktu untuk meratakan laba melihat kondisi
pendapatan periode itu. Teknik-teknik itu memang mungkin untuk dilakukan karena Prinsip
Akuntansi Berterima Umum PABU memberikan berbagai pilihan dalam mencatat berbagai peristiwa keuangan. Manajemen memiliki keleluasan untuk
menganti satu metode ke metode yang lain. Keleluasan untuk memakai teknik- teknik akuntansi dalam mencatat terbukti telah disalahgunakan oleh manajemen
untuk melakukan perataan laba. Bahkan Koch 1981 dalam Hapsari 2012 mensinyalir bahwa perataan laba banyak dilakukan dengan menggunakan teknik-
teknik akuntansi yaitu dengan merubah kebijakan akuntansi.
2.6 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba