manajemen laba earning management dalam rangka menyesatkan pemilik pemegang saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
2.3 Laba
Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam
laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut Accounting Pricipal Board APB Statement mengartikan
laba rugi sebagai kelebihan defisit penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi. Sedangkan menurut Financial Accounting Standart Board
FASB mendefinisikan accounting income atau laba akuntansi sebagai perubahan dalam equity net asset dari suatu entity selama suatu periode tertentu yang
diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik Syafi,2002. Sedangkan menurut Mahmud M. Hanafi 2010:32 dalam
Siregar 2016 menyatakan bahwa laba merupakan ukuran keseluruhan prestasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai penjualan yang dikurangi biaya-biaya
perusahaan. Menurut Belkauoi 2007:226 dalam Iskandar 2014 menyatakan bahwa
Laba adalah hal yang mendasar dan penting dari laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan di berbagai konteks. Laba umumnya dipandang sebagai dasar
untuk perpajakan, penentu dari kebijakan pembayaran dividen, panduan dalam melakukan investasi dan pengambilan keputusan, dan satu elemen dalam
peramalan. Selanjutnya Belkaoui 2007:226-229 dalam Iskandar 2014 memberikan penjelasan lanjutan mengenai laba, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Laba adalah dasar untuk perpajakan dan redistribusi kekayaan di antara
individu-individu. Satu versi dari laba yang dikenal sebagai laba kena pajak diperhitungkan menurut aturan-aturan yang ditentukan oleh peraturan fiskal
pemerintah. 2.
Laba dipandang sebagai suatu panduan bagi kebijakan dividen dan retensi perusahaan. Laba yang diakui adalah indikator dari jumlah maksimum yang
dapat didistribusikan sebagai dividen ditahan untuk ekspansi atau diinvestasikan kembali kedalam perusahaan.
3. Laba dipandang sebagai panduan umum investasi dan pengambilan keputusan.
4. Laba dianggap sebagai suatu sarana prediktif yang membantu dalam
meramalkan laba dan peristiwa-peristiwa ekonomi di masa depan. Bahkan pada kenyataannya, nilai-nilai laba masa lalu, yang didasarkan pada biaya
historis dan nilai saat ini, ternyata dapat bermanfaat di dalam meramalkan nilai-nilai masa depan dari kedua versi laba.
5. Laba dapat dilihat sebagai suatu alat ukur efisiensi. Laba adalah ukuran baik
dari keahlian kepengurusan manajemen atas sumber daya entitas maupun efisiensinya dalam menyelenggarakan urusan-urusan perusahaan. Hal ini
dinyatakan dengan baik di dalam Laporan Kelompok Studi tentang Tujuan- tujuan Pelaporan Keuangan dari FASB, yang memiliki pendapat bahwa
Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam menilai kemampuan manajemen memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki perusahaan secara efektif guna mencapai sasaran utama perusahaan. Dan proses laba terdiri atas usaha-usaha dan pelaksanaan yang
Universitas Sumatera Utara
diarahkan untuk menacapai sasaran utama perusahaan berupa pengembalian, dalam beberapa waktu, jumlah maksimum kas kepada para pemiliknya.
Sasaran utama manajemen adalah untuk memaksimalkan laba per saham. Pada awal abad XX Fischer, Lindahl, dan Hick menjelaskan sifat-sifat laba
ekonomi mencakup tiga tahap, yaitu sebagai berikut: 1.
Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak
dapat diukur. 2.
Real Income adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real income ini
adalah “biaya hidup” cost of living. Dengan perkataan lain, kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan
pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.
3. Money Income merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk
konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Fischer, money income lebih dekat pada pengertian akuntansi tentang income. Lindahl menganggap
konsep laba sebagai interest, yaitu merupakan penghargaan yang terus- menerus terhadap barang modal sepanjang waktu. Perbedaan antara interest
dengan konsumsi yang diharapkan pada periode tertentu dianggap sebagai saving sehingga laba dianggap sebagai konsumsi ditambah saving.
Menurut Yadiati 2007: 92 dalam Ratnasari 2012 terdapat dua laba akuntansi dari segi pragmantik, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Laba sebagai alat prediksi
Angka laba dapat memberikan informasi sebagai alat untuk menaksir dan menduga aliran kas untuk pembagian dividen dan sebagai alat untuk menaksir
kemampuan perusahaan dalam menaksir earning power dan nilai perusahaan di masa mendatang.
2. Laba sebagai alat pengendalian manajemen
Laba dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi manajemen dalam mengukur kinerja manajer atau divisi dari suatu perusahaan.
Dapat dilihat bahwa laba merupakan salah satu komponen penting dan patut dipertimbangkan dalam laporan keuangan, maka pihak manajer tidak jarang
yang melakukan tindakan yang tidak semestinya agar laba yang dilaporkan dapat sesuai harapan.
2.4 Manajemen Laba
Manajemen laba atau earning management menurut Ratnasari 2012
merupakan suatu proses yang disengaja menurut batasan standar akuntansi keuangan untuk mengarahkan pelaporan laba pada tingkaat tertentu. Dengan
melakukan manajemen laba, manajer mengharapkan laba yang dilaporkan sesuai dengan harapan investor, tetapi terkadang tidak sesuai fakta yang ada. Menurut
Ratnasari 2012 manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba juga menambah bias
dalam laporan keeuangan dan dapat menggangu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa
rekayasa.
Universitas Sumatera Utara
Kepercayaan pada informasi adalah penting bagi pemakai, sebab keputusan ini didasarkan pada informasi yang dapat mempengaruhi kesejahterahan
ekonominya. Tanggung jawab unntuk menyajikan laporan keuangan perusahaan yang dapat dipercaya terletak pada manajernya. Tanggungjawab ini dapat
dipenuhi dengan menerapkan prinsip akuntansi yang diterima umum yang tepat sesuai dengan keadaan perusahaan, dengan memelihara sistem yang efektif dari
perkiraan kontrol intern dan menyajikan laporan keuangan tepat. Dalam penelitian Ayres 1994 yang dikutip Dewi 2012 menyatakan
bahwa ada tiga faktor yang dapat dikaitkan dengan munculnya praktik manajemen laba oleh manajer demi menunjukan prestasinya, yaitu:
1. Manajemen akural accruals management.
2. Penerapan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib adoption of mandatory
accounting changes. 3.
Perubahan akuntansi secara sekarela voluntary accounting changes. Sedangkan Scott 2000:320 dalam Dewi 2012 mengemukakan beberapa
terjadinya motivasi perusahaan melakukan manajemen laba, yaitu: 1.
Bonus Purposes Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak
secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini.
2. Political Motivation
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cendrung mengurangi laba yang dilaporkan
Universitas Sumatera Utara
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk
penghematan pajak pendapatan. 4.
Pengantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikan pendapatan
untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Initial Publik Offering IPO
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan
harapan dapat menaikan harga saham perusahaan. 6.
Pentingnya memberikan informasi kepada investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor
sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
Menurut Scott 2003 dalam Ratnasari 2012, ada beberapa pola manajemen laba yang dilakukan, antara lain:
1. Taking a Bath
Ini dapat terjadi selama periode stres organisasi atau reorganisasi. Tindakan manajemen melaporkan biaya-biaya pada masa mendatang dari dimasa kini
Universitas Sumatera Utara
dan menghapuskan beberapa aktiva. Hal ini juga memberi kesempatan manjer yang mempunyai net income dibawah bogey tingkat laba minimum untuk
memperoleh bonus untuk menaikan bonus dimasa yang akan datang. 2.
Income Minimization Income Minimization ini mirip dengan Taking a Bath, tetapi tidak terlalu
eksterm. Pola seperti ini dapat dapat dipilih dengan pertimbangan nyata perusahaan selama periode profitabilitas tinggi. Tindakan untuk menghapus
modal aset, beban iklan, pengeluaran, RD dan sebagainya dengan tujuan mencapai suatu tingkat Return on Asset atau Return on Investmen tertentu.
Biasanya dilakukan pada periode yang tingkat profitabilitasnya tinggi. 3.
Income Maximization Manajer berusaha melaporkan net income yang tinggi dengan motivasi
mendapat bonus yang lebih besar. Pola ini juga dilakukan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang.
4. Income Smoothing
Manajer mempunyai kecenderungan untuk meratakan laba bersih sehingga berada tetap di antara bogey laba minimum untuk mendapat bonus dan cap
laba maksimum untuk mendapat bonus. Lebih jauh lagi apabila manajer mempunyai sikap menghindari resiko, mereka akan memilih untuk mengurangi
aliran bonus yang tidak berubah-ubah, sehingga perataan laba pun dipilih sebagai jalan keluar.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Perataan Laba 2.5.1 Pengertian Perataan Laba